Kesadaran Berkualitas
Prof. Dr. H. Imam Suprayogo Senin, 18 Agustus 2014 . in Dosen . 1363 views

Tidak semua orang berpikir kualitas. Bagi orang-orang tertentu yang masih dalam keadaan terbatas, baru memulai, atau berada pada fase awal, biasanya akan menerima saja apa adanya. Memilih sesuatu, manakala ada yang dipilih. Pada fase-fase awal, tatkala masih berada pada tahap pertumbuhan, orang biasanya belum dihadapkan pada pilihan. Mendapatkannya saja sudah untung, yakni harus lewat usaha yang cukup berat, maka tidak perlu memilih.

Dalam kehidupan modern seperti sekarang ini saja, terutama bagi orang yang mampu, bisa memilih apa saja yang diinginkan. Pekerjaan, pendidikan, bidang ilmu, jabatan, politik, dan lain-lain, bagi sementara orang sudah berpeluang dan mampu untuk memilih sesuai dengan selera atau keinginannya. Namun bagi orang-orang yang belum berkecukupan, masih tetap saja, belum mampu memilih. Bagi mereka itu yang terpenting adalah adanya.

Pada saat zaman orang sudah bisa memilih, maka mereka akan memilih yang terbaik atau yang berkualitas. Memilih apa saja, ukurannya adalah kualitas itu. Demikian pula memilih sekolah atau perguruan tinggi, maka akan memilih yang terbaik, tersohor, yang mampu membekali ilmu pengetahuan yang diperlukan di masa depan. Dalam memilih pendidikan, orang tidak akan mau sembarangan, akan memilih yang terbaik.

Sekarang ini tampaknya, jumlah orang mampu memilih sudah semakin banyak. Apa saja, mereka memilih yang terbaik. Rumah misalnya, akan memilih lokasi yang strategis dan bergengsi, kendaraan juga memilih jenis yang terbaik atau bermerk dan harganya mahal. Demikian pula, jabatan, posisi, pekerjaan, dan bahkan kawan, mereka memilih yang sesuai dengan seleranya.

Beberapa hari yang lalu, saya mengetahui ternyata juga sudah ada lembaga pesantren yang memiliki kesadaran berkualitas itu. Pengasuh pesantren, mengambil kebijakan, bahwa hanya menerima calon santri secara terbatas jumlahnya. Resikonya agar semua operasional tertutupi dari para santri sendiri, maka pesantren dimaksud memungut biaya hidup yang cukup tinggi. Akibatnya hanya orang dari kelas tertentu, klas menengah ke atas, yang bisa masuk pesantren ini.

Pengasuh pesantren dimaksud, hanya menampung warga masyarakat yang berkecukupan dengan dalih akan memberikan layanan kepada klas menengah ke atas yang sudah mulai tertarik atau berkeinginan memasukkan anak-anaknya ke pesantren. Kyai itu melihat bahwa, sudah mulai banyak orang berkecukupan dari berbagai kalangan, menginginan putra-putrinya mengenyam pendidikan pesantren. Sementara itu belum semua pesantren berhasil membangun daya tarik, terutama di dalam pengelolaan kehidupan santrinya sehari-hari. Pesantren dimaksud, -------dalam banyak hal, masih menampakkan ketidak-teraturannya.

Tidak saja pesantren, beberapa lembaga pendidikan umum, juga semakin menyadari terhadap betapa pentingnya kualitas. Maka, muncul istilah yang memberikan kesan atau nuansa lebih berkualitas, misalnya boarding school, pendidikan klas internasional, pendidikan berbasis iptek, pendidikan bilingual, dan lain-lain. Fenomena dimaksudkan itu menggambarkan bahwa masyarakat sudah berada pada fase memilih, sehingga tatkala memamsukkan anaknya ke sekolah sudah memilih yang dianggap berkualitas, tidak terkecuali tatkala masyarakat akan memasukkan anaknya ke pesantren.

Islam mengenalkan konsep, yang disebut dengan 'beramal shaleh'. Beramal artinya adalah bekerja, sementara itu shaleh artinya adalah baik, benar, lurus dan atau tepat. Maka beramal shaleh bisa diartikan sebagai bekerja secara benar, tepat, dan baik. Atau juga, bisa disebut bekerja secara professional. Tentang betapa pentingnya bekerja secara professional ini, ada hadits nabi yang mengatakan bahwa, manakala suatu urusan diserahkan kepada bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya. Maka, Islam sebenarnya mendorong umatnya agar bekerja secara shaleh atau professional itu.

Selain itu, ada lagi konsep yang sangat mendasar, yang seharusnya dijadikan pegangan dalam kehidupan sehari-hari, ialah ihsan, atau pilihan terbaik. Pada setiap hari, dalam dunia yang semakin modern ini, orang dihadapkan pada pilihan-pilihan. Memilih, bagi siapapun, tidak selalu mudah. Islam mengajarkan harus memilih yang terbaik, atau ikhsan itu. Oleh karena itu, kesadaran berkualitas, sebenarnya adalah bersumber dari ajaran Islam, yakni dari al Qur'an dan hadits nabi. Umat Islam seharusnya menjadi pelopor, dan oleh karena itu salah satu cirinya adalah selalu menampakkan kualitas dalam berbagai aspek dan kegiatannya. Wallahu a'lam.

(Author)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up