Mensyukuri Nikmat Itu Memang Berat
Prof. Dr. H. Imam Suprayogo Rabu, 17 September 2014 . in Dosen . 2027 views

Anjuran agar manusia selalu bersyukur datang secara langsung dari Tuhan melalui kitab suci-Nya, yakni al Qur'an. Ditegaskan bahwa, siapa saja yang mampu bersyukur, maka akan ditambah nikmat yang telah diterimanya dan apabila kufur maka diperingatkan bahwa, adzab Allah amat pedih. Peringatan itu menggambarkan bahwa sekedar bersyukur saja bukan perkara gampang. Ditegaskan bahwa hanyalah sedikit saja di antara manusia, yang benar-benar mampu bersyukur. Peringatan demikian itu, juga dinyatakan lewat kitab suci-Nya, al Qur'an.

Apa yang dinyatakan di dalam al Qur'an tersebut, bahwa sangat sedikit orang yang mampu bersyukur, dalam kehidupan sehari-hari, tidak sulit dicarikan buktinya. Orang yang semula merasa tidak memiliki apa-apa dan kemudian dengan usahanya berhail menjadi kaya, maka belum tentu yang bersangkutan bersyukur. Demikian pula, dirasakan sedemikian sulit seseorang untuk memenuhi keinginan menjadi PNS atau pegawai, tetapi belum begitu lama keinginannya itu terkabul, ternyata keberhasilannya itu tidak disyukuri, mereka bekerja dengan asal-asalan.

Begitu pula, seseorang berkeinginan memiliki rumah sendiri. Semula rumah yang diinginkan itu tidak terlalu besar dan tidak perlu mewah. Bagi mereka yang terpenting adalah memiliki rumah, agar bisa digunakan berteduh untuk anak isterinya. Namun belum lama rumah itu berhasil dimiliki, dianggapnya belum cukup. Rumahnya dianggap terlalu kecil dan tidak mencukupi. Apalagi, ketika anaknya bertambah dan masing-masing semakin besar, hingga membutuhkan kamar tersendiri. Rumah yang dimilikinya tidak menjadikannya bersyukur, tetapi justru mengeluh oleh karena dianggapnya kurang mencukupi.

Betapa sulitnya orang bersyukur, seorang kyai, ------dalam sebuah pengajian di kampung, mengisahkan bahwa terdapat seorang yang datang ke rumahnya, menceritakan bahwa keluarganya sehari-hari mengeluh oleh karena rumahnya sudah tidak mencukupi lagi untuk memenuhi kebutuhannya. Anaknya bertambah dan yang lainnya sudah semakin besar hingga memerlukan kamar tersendiri. Orang dalam kisah dimaksud itu datang ke rumah kyai untuk meminta nasehat, bagaimana mencari solusi atas persoalan yang dihadapinya itu.

Kyai dimaksud rupanya mengetahui bahwa sebenarnya orang yang datang itu mengeluh hanya oleh karena tidak mampu bersyukur saja. Maka, ia memberi nasehat supaya orang itu membeli kambing ke pasar. Sudah barang tentu, saran tersebut tidak segera diterima olehnya. Pikirnya, kambing itu akan diletakkan di mana, sebab ia tidak memiliki kebun yang bisa digunakan untuk kandang kambing. Mendengarkan alasan itu, kyai menyarankan agar, kambing yang nanti akan dibeli, supaya ditaruh di dalam rumahnya yang sempit itu.

Oleh karena nasehat itu datang kyai yang selalu dipercaya banyak orang, sekalipun berat, anjuran itu diikuti. Ia segera ke pasar membeli hewan sebagaimana disarankan oleh kyai. Pada malam hari, juga sesuai saran kyai, kambing itu ditaruh di dalam rumah. Sudah barang tentu, kehadiran kambing itu, bukan menjadikan seluruh anak dan isterinya merasa tenang, tetapi justru sebaliknya. Mereka ribut lantaran suara dan bau kambing yang ada di rumah sempit itu. Keesokan harinya, ------menurut penuturan kyai, orang dimaksud datang lagi ke rumahnya. Bukannya ia berterima kasih atas nasehatnya, melainkan menggerutu dan memprotes terhadap nasehat kyai itu.

Mendapatkan protes itu, kyai segera balik menyalahkan yang bersangkutan. Keadaan rumah tangganya menjadi ribut oleh karena ada kesalahan mendasar, yaitu kambing yang dibeli hanya satu. Umpama kambing yang dibeli itu berjumlah dua atau tiga ekor, maka tidak akan bersuara. Kambing di mana-mana, jika sendirian, di tengah malam, pasti bersuara. Oleh karena itu, kyai memberi nasehat lagi, agar jumlah kambingnya ditambah, pasti akan tenang. Oleh karena bodohnya, nasehat kyai itu dipenuhi, maka ditambahlah kambingnya beberapa ekor lagi. Akan tetapi, apa yang terjadi, sebagai akibat penambahan jumlah kambing itu, keributan isteri dan anaknya memuncak.

Akhirnya, orang yang tidak mampu berpikir sendiri itu segera datang ke kyai lagi. Pada saat datang yang kemudian itu, ia bukan meminta nasehat, tetapi memprotes keras atas saran konyol yang diberikan kepadanya. Mendengarkan kemarahan itu, kyai memerintahkan agar kambingnya segera dijual lagi ke pasar, rumahnya dibersihkan, dan dipesan agar setelah semua itu ditunaikan, supaya datang lagi menghadapnya. Setelah semuanya dilaksanakan, yaitu bahwa semua kambingnya sudah dijual, rumahnya sudah dibersihkan, dan datang lagi, maka kyai segera bertanya, bagaimana keadaannya setelah tidak ada kambing lagi di rumah. Pertanyaan itu dijawab, bahwa semua anggota keluarganya merasa lebih enak, rumahnya tidak berbau kambing, dan semalaman tidak tidur bersama binatang lagi. Mendengarkan jawaban itu, kyai berkomentar ringan, bahwa bersyukur itu memang sulit dan bahkan berat. Seseorang baru mampu merasakan nikmat dalam hidupnya setelah tidak tidur lagi dengan kambingnya. Wallahu a'lam.

(Author)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up