Dua Hal Yang Mendatangkan Rasa Takut
Prof. Dr. H. Imam Suprayogo Rabu, 29 Oktober 2014 . in Dosen . 2156 views

Dalam keadaan santai, tatkala sedang bersama mahasiswa, ada saja pertanyaan yang diajukan. Kadang pertanyaan itu aneh-aneh. Mungkin saja, lewat pertanyaan itu, mereka sekedar mengoda, atau juga bisa jadi memang serius. Namun bagaimana lagi, pertanyaan itu harus dijawab, sekalipun sekedar untuk menyenangkan.

Pada suatu saat, pernah mereka bertanya tentang apa saja yang menjadikan saya takut. Pertanyaan spontan yang mungkin hanya cocok diajukan oleh anak taman kanak-kanak itu, juga saya jawab, bahwa saya hanya takut pada dua hal, yaitu pada saat keadaan gelap dan tatkala sedang sendirian bertemu dengan orang gila. Mungkin oleh karena merasa bahwa jawaban saya tidak sempurna, mereka menanyakan tentang bagaimana terhadap Tuhan, apakah tidak takut.

Saya menjelaskan bahwa, saya tidak pernah merasa takut pada Tuhan. Selama ini Tuhan saya persepsikan sebagai Dzat Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Tuhan selalu menolong hamba-Nya, Maha Pemberi rizki, Maha Mengabulkan do'a, Maha Pencipta, dan pemilik sifat-sifat mulia lainnya, maka mengapa saya takut. Hati saya memang kadang tergetar tatkala mendengar nama Tuhan disebut, tetapi tidak bermakna takut, melainkan kagum yang luar biasa.

Kembali pada jawaban di muka, bahwa saya hanya takut pada kegelapan dan ketika sedang sendirian bertemu dengan orang gila. Kegelapan tidak saja saya maknai sebagai suasana gelap oleh karena tidak ada sinar, melainkan juga tatkala sedang tidak tahu apa-apa, padahal seharusnya saya mengetahui. Kegelapan juga saya maknai kebodohan. Saya membayangkan bahwa orang yang sedang tidak mengetahui sesuatu atau bodoh adalah sangat menderita.

Kepada mahasiswa saya menjelaskan bahwa orang bodoh tidak saja dianggap hina tetapi juga dipermainkan oleh orang pintar. Tatkala tidak mengerti bahwa negerinya memiliki kekayaan luar biasa banyaknya, maka tidak akan mempu memanfaatkannya. Harta kekayaannya dicuri dan sekaligus dihina. Itulah resiko bagi orang yang sedang mengalami kegelapan atau kebodohan. Oleh karena itu, saya merasa takut menjadi bodoh.

Lebih lanjut, saya juga menjelaskan bahwa, kesenjangan yang terjadi di masyarakat kita, sebenarnya juga disebabkan oleh adanya perbedaan kemampuan dalam melihat sesuatu. Sebagian melihat dengan terang, sedangkan lainnya tidak mengetahui sama sekali. Sebagian merasakan ada sinar, sehingga mampu melihat, sedangkan sementara yang lain, -----karena gelap, tidak mampu melihat potensi dirinya dan berbagai kekayaan negerinya sendiri.

Hal lain, sebagaimana yang saya sebutkan di muka, bahwa sesuatu yang saya takuti adalah tatkala sendirian bertemu dengan orang gila. Mereka itu selalu saya persepsi sebagai orang yang tidak berakal. Orang yang dalam keadaan seperti itu tidak akan bisa diajak berdialog, kompromi, atau membuat kesepakatan yang saling menguntungkan. Orang gila juga akan mengamuk dan melakukan apa saja yang mereka mau. Bagi saya, orang yang tidak berakal sangat menakutkan.

Oleh karena itu, bertemu dengan orang gila juga saya maknai bertemu dengan orang yang tidak mau menggunakan akalnya. Mungkin saja seseorang berakal, tetapi suatu ketika, misalnya sedang dalam keadaan emosi, marah, dan atau sejenisnya, akalnya tidak difungsikan. Orang yang dalam keadaan seperti itu, akan selalu membahayakan, setidak-tidaknya bisa merugikan orang lain. Saya termasuk menjadi orang yang tidak mau dirugikan itu.

Mahasiswa yang sedang mengajak berbincang-bincang santai itu, akhirnya tampak menjadi paham, bahwa sekalipun pertanyaannya sederhana, tetapi saya bawa pada jawaban yang mendasar, yaitu tentang betapa pentingnya pengetahuan dan akal sehat. Orang yang tidak berilmu sama artinya dengan orang yang berada pada suasana kegelapan. Demikian pula, orang gila juga mirip dengan orang yang tidak berakal. Kedua-duanya membahayakan dan juga menakutkan. Karena itu, keduanya harus dihindari. Wallahu a'lam.

(Author)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up