Kelangkaan Orang Jujur
Prof. Dr. H. Imam Suprayogo Kamis, 23 Oktober 2014 . in Dosen . 8136 views

Setelah mengajarkan tentang tauhid, yakni mengenalkan ke-Maha Esaan Allah, Islam datang di muka bumi adalah untuk mengajarkan umat manusia agar jujur. Itulah sebabnya, Muhammad sebagai uswah hasanah, sejak sebelum diangkat sebagai seorang rasul, ia dikaruniai oleh Allah sifat jujur itu. Sifat yang amat mulia itu diakui oleh semua orang yang mengenalnya, hingga para tokoh Quraisy yang membencinya sekalipun.

Atas kejujuran Muhammad itu hingga kemudian masyarakat menyebunya al Amien atau orang yang terpercaya. Kepercayaan menjadi sebuah identitas yang sebegitu penting, mahal, mulia, dan terhormat. Disebutkan demikian karena, ternyata tidak terlalu banyak orang yang berhasil dan sanggup memiliki identitas itu. Seseorang yang semula disebut jujur dan bisa dipercaya, ternyata tidak lulus atas ujian kejujuran itu.

Betapa kejujuran juga menjadi suatu ajaran yang amat mendasar atau fondamental, hingga dalam sebuah riwayat, tatkala seseorang menanyakan kepada nabi tentang amalan atau perbuatan sederhana yang tatkala dilaksanakan akan menyelamatkan, baik di dunia maupun di akherat, ternyata dijawab olehnya adalah jangan berbohong atau jadilah orang yang bisa dipercaya. Jawaban itu terdengar mudah dan ringan, yaitu hanya sekedar dapat dipercaya, tetapi di dalam praktek ternyata amatlah sulit dilaksanakan.

Berbagai persoalan yang menimpa bangsa ini seperti berupa kemiskinan, kebodohan, ketertinggalan, keterbatasan lapangan kerja, korupsi, kolosi, nepotisme, konflik, dan sebagainya, adalah bermula dari kebohongan-kebohongan yang dilakukan, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Kebohongan bisa diartikan secara luas, bukan sekedar mengatakan sesuatu yang tidak ada buktinya.

Kebohongan secara lebih luas bisa berarti membuat keputusan yang tidak realistik, memberikan label-label atau simbol-simbol hingga menjadikan orang tersesat, berbagai jenis kepalsuan, rekayasa hingga sesuatu yang tidak pantas menjadi dipantas-antaskan, dan seterusnya. Manakala kebohongan sudah menjadi seluas itu, maka sebenarnya kebohongan itu ada di mana-mana, yakni di rumah, di perjalanan, di kantor, di pasar, dan bahkan hingga di tempat-tempat peribadatan sekalipun.

Betapa besar akibat kebohongan itu di dalam kehidupan bermasyarakat, hingga seorang arif mengatakan bahwa, komunitas dan bahkan suatu bangsa tidak akan hancur hanya oleh karena persoalan politik, ekonomi, hukum, pendidikan yang tidak berkualitas, dan sejenisnya, melainkan oleh karena kebohongan-kebohongan yang selalu dilakukan. Dengan adanya kebohongan, maka orang menjadi saling curiga, tidak percaya satu dengan yang lain, terjadi kekecewaan, kemarahan, putusnya hubungan tali sillaturrakhiem, dan seterusnya. Manakala keadaan itu terjadi, maka betapa sulitnya menjalani kehidupan ini.

Pada saat sekarang ini, sebenarnya telah terjadi apa yang disebut dengan kelangkaan orang jujur. Bahkan sebutan orang jujur pun sudah palsu. Orang yang semula dipercaya, disebut jujur, dan oleh karena itu dianggap pantas untuk diangkat sebagai seorang pemimpin, ternyata tidak lama kemudian, ketidak-jujurannya terbukti. Ia berbuat bohong, melakukan kepalsuan, dan bahkan juga mengambil sesuatu yang bukan haknya.

Sedemikian serius ketidak jujuran itu hingga sampai menjamah wilayah-wilayah yang seharusnya menjadi pilar penjaga kejujuran, seperti di lembaga pendidikan, lembaga hukum, dan bahkan agama. Munculnya berbagai jenis lembaga pendidikan yang sengaja mengabaikan kualitas atau disorientasi, mempermainkan hukum, dan bahkan agama yang hanya dijadikan kedok, maka semua itu sebenarnya menjadi pertanda, bahwa kejujuran sudah menjadi barang langka. Bahkan, orang sudah dengan biasa mencari untung dari adanya ketidak-jujuran itu. Karenanya, lebih dahsyat lagi, berbohong justru diajarkan di mana-mana.

Akhirnya, orang jujur menjadi benar-benar langka. Berbohong dianggap biasa. Orang tidak merasa salah tatkala membohongi orang lain. Sebaliknya, merasa sukses ketika berhasil berbuat bohong. Keadaan seperti itu sebenarnya sangat membahayakan. Agama hadir ke muka bumi memiliki misi untuk mengajak orang bersikap jujur, mengatakan dan melakukan apa adanya, agar sesuatu tidak dibuat-buat dan tidak dipalsukan. Oleh karena itu, agama disebut telah dijalankan dengan sungguh-sungguh tatkala kejujuran itu sudah menjadi pegangan yang kokoh, dan bukan sebaliknya, yaitu ketika mencari orang jujur sudah sangat sulit dan langka, sebagaimana yang terjadi sekarang ini. Wallahu a'lam.

(Author)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up