Membangun Kualitas Beragama Dengan Fokus Pada Diri Sendiri
Prof. Dr. H. Imam Suprayogo Selasa, 28 Oktober 2014 . in Dosen . 6130 views

Kualitas keberagamaan pada setiap orang tidak sama. Tetapi semua orang yang menyadari tentang betapa pentingnya agama, menghendaki agar keberagaan itu semakin berkualitas. Seorang muslim adalah wajar bercita-cita untuk meningkatkan keimanan secara terus menerus dan mengamalkan ajaran Islam semaksimal mungkin. Mereka berharap mampu menjalankan shalat lima waktu, membayar zakat, menunaikan puasa di bulan ramadhan, dan juga menunaikan ibadah haji.

Namun ajaran Islam tidak sebatas menyangkut kegiatan ritual, tetapi juga terkait dengan kegiatan lainnya yang luas, hingga menyangkut kewajiban mencari ilmu pengetahuan, peningkatkan kualitas hidup, menjaga keadilan di tengah-tengah masyarakat, beramal saleh, memelihara akhlak mulia, dan seterusnya. Seseorang disebut sebagai telah berkualitas keberagamaannya, yaitu manakala mereka telah berhasil menjalankan ajaran yang dibawa oleh Rasulullah yang tertulis di dalam kitab suci dan tauladan yang diberikan olehnya.

Manakala ajaran Islam dipahami sedemikian luas itu, maka sebenarnya tidak mudah meningkatkan kualitas keberagamaan itu. Meningkatkan keimanan diri sendiri di tengah-tengah kehidupan bersama, sebagai bagian mendasar dari ajaran Islam, adalah bukan pekerjaan sederhana. Lingkungan kadangkala tidak bersahabat dan tidak mudah ditaklukkan. Keimanan seseorang, -----disadari atau tidak, pada setiap saat diuji. Melewati ujian itu harus menang. Di tengah-tengah tantangan kehidupan itu, keimanan tidak boleh melemah, sekalipun dikatakan bahwa iman itu bisa berkurang dan bertambah.

Hal yang sama beratnya adalah mejalankan kegiatan ritual secara istiqomah. Menjalankan shalat lima waktu, apalagi berjama'ah di masjid adalah bukan perkara mudah. Buktinya, begitu banyak bangunan masjid, tetapi orang yang secara konsisten mampu memakmurkannya juga terbatas jumlahnya. Demikian pula, berbagai jenis kegiatan ritual lainnya, seperti berzakat, puasa, haji, banyak berdzikir atau mengingat Allah dan seterusnya adalah bukan pekerjaan mudah untuk melakukannya, dan lebih-lebih secara secara istiqomah.

Jenis ajaran Islam lainnya yang lebih berat dijalankan ialah terkait dengan akhlaq, karakter, atau perilaku sehari-hari. Akhlak atau perilaku memiliki cakupan yang sedemikian luas, atau bahkan seluas wilayah kehidupan itu sendiri. Yaitu misalnya akhlak terhadap ilmu pengetahuan, kualitas kehidupan, hubungan dengan orang lain secara individu, kelompok, masyarakat, dan bahkan komunitas yang lebih besar yaitu negara. Islam juga mengajarkan tentang keadilan, dan harus dilaksanakan. Adil terhadap diri sendiri, adil terhadap keluarga, lingkungan, dan masyarakat luas. Islam juga mengajarkan tentang beramal saleh, atau kerja profesional, dan atau yang terbaik.

Wilayah keber-Islaman yang sedemikian luas itu tentu tidak mudah diaktualisasikan oleh semua orang. Oleh karena itu, muncul beberapa istilah kesalehan yang bertingkat dan beraneka ragam. Orang menyebut ada kesalehan spiritual, kesalehan sosial, kesalehan intelektual, kesalehan individual, dan mungkin saja masih ada istilah lainnya. Tidak banyak orang yang berhasil meraih kesalehan secara sempurna dalam arti mencakup berbagai ragam itu. Mungkin saja seseorang berhasil meraih kesalehan ritual tetapi masih gagal dalam mencapai kesalehan intelektual, sosial ataupun juga lainnya. Atau juga sebaliknya, seseorang telah meraih kesalehan intelektual dan atau sosial tetapi masih gagal dalam meraih kesalehan spiritual.

Mengingat hal tersebut, maka menjalankan ajaran Islam secara sempurna menjadi tidak mudah. Orang berusaha menjalankan ajaran itu semaksimal mungkin, akan tetapi yang benar-benar berhasil dilakukan hanyalah baru sebagiannya. Hal lain yang tidak gampang atau bahkan tidak akan mungkin bisa diketahui secara sempurna adalah tentang tingkat kualitas keber-Islaman pada setiap orang. Bisa saja seseorang menduga-duga tentang tingkat kualitas keber-Islaman orang lain, tetapi dugaan itu tidak akan tepat. Keber-Islaman tidak cukup diketahui dari aspek lahir, melainkan seharusnya juga menyangkut aspek batin. Sebab, apa yang tampak pada tataran dhahir tidak selalu sama dengan yang berada pada wilayah batin.

Atas dasar perenungan tersebut, maka hal yang lebih tepat di dalam meningkatkan keber-Islaman adalah fokus pada diri sendiri. Mengurus keber-Islaman orang lain seharusnya dilakukan melalui upaya meningkatkan kualitas diri sendiri. Mengajak diri sendiri seharusnya lebih diutamakan sebelum mengajak orang lain. Berusaha secara terus menerus meningkatkan diri sendiri, baik terkait kualitas spiritual, pengembangan intelektual, memberikan sesuatu yang berguna untuk orang lain maka seharusnya lebih diutamakan dibanding mengurus orang lain. Meningkatkan kualitas diri sendiri akan berdampak kepada keluarga, lingkungan, dan masyarakat luas. Itulah yang kemudian saya sebut sebagai upaya meningkatkan keber-Islaman berfokus pada diri sendiri. Namun aneh, seringkali kita melihat seseorang begitu bersemangat memperbaiki orang lain, tetapi ternyata lupa terhadap upaya perbaikan dirinya sendiri. Wallahu a'lam.

(Author)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up