Ketangguhan Seseorang Bersumber Dari Pembiasaan
Prof. Dr. H. Imam Suprayogo Rabu, 17 Desember 2014 . in Dosen . 1296 views

Siapapun yang ingin menyandang ketangguhan dalam bidang apa saja, maka yang bersangkutan harus mau mebiasakan diri dengan kegiatan yang diinginkan itu. Seseorang yang ingin menjadi tangguh sebagai penulis, maka harus membiasakan diri dengan kegiatan menulis. Orang yang ingin tangguh di bidang olah raga, maka sehari-hari harus menekuni latihan jenis olah raga yang diminati itu. Seseorang yang ingin memiliki ketangguhan dalam berpidato, maka harus membiasakan diri berpidato.

Hal demikian itu sebenarnya juga berlaku dalam semua kegiatan, tanpa terkecuali. Orang yang ingin tangguh di bidang pelitik, maka seharusnya menceburkan diri sepenuhnya pada kegiatan politik. Sehari-hari, yang bersangkutan harus terlibat dan ikut menyelesaikan persoalan politik. Orang yang ingin tangguh di bidang hukum, kesehatan, kepemimpinan, manajemen, dan bahkan semua kegiatan apa saja, agar menjadi tangguh, maka sehari-hari harus menekuni bidang pilihan hidupnya itu. Serendah apapun kemampuan seseorang, jika dilatih sehari-hari, maka lama kelamaan akan menjadi kuat.

Lebih sederhana lagi, kebiasaan hingga menjadi sumber kekuatan juga terjadi pada anggota badan seseorang. Orang yang sehari-hari bekerja dengan menggunakan kekuatan tangan kanannya, maka tangan kanan itu akan menjadi kuat. Demikian pula, kaki akan menjadi kuat dan bahkan juga terampil manakala sehari-hari dilatih. Seorang pemain sepak bola oleh karena sehari-hari berlatih, maka kakinya menjadi kuat. Begitu pula jenis olah raga lainnya. Seorang atlit angkat besi, maka tangan dan perutnya menjadi kuat. Dan, begitu pula seterusnya. Pembiasaan menjadi sangat penting agar seseorang menjadi semakin tangguh.

Sedemikian pentingnya pembiasaan itu, hingga seakan-akan yang membedakan antar orang satu dengan lainnya sangat tergantung pada jenis kegiatan yang dibiasakan sehari-hari. Orang memiliki keunggulan dan ketangguhan dalam bernyanyi, selain bakat, oleh karena yang bersangkutan selalu berlati menyanyi. Bahkan seorang ulama yang mampu berdoa panjang, sebenarnya oleh karena yang bersangkutan seringkali mendapatkan tugas memimpin doa. Umpama saja, pemuka agama dimaksud tidak terbiasa berdoa panjang, maka mereka juga tidak akan mampu menunaikan tugas itu.

Persoalannya adalah tidak semua orang mampu secara istiqomah pada setiap hari membiasakan diri dengan kegiatan tertentu, sehingga akhirnya membuahkan kekuatan atau ketangguhan yang disandangnya. Selanjutnya, oleh karena tidak ada sesuatu yang dibiasakan, maka seseorang tidak memiliki kelebihan yang jelas. Mereka akan merasa tidak memiliki kelebihan, tau juga sebaliknya, merasa bisa apa saja, padahal sebenarnya tidak memiliki kemampuan apapun. Kemampuan atau ketangguhan hanya bisa dipupuk melalui kegiatan yang dibiasakan, atau diulang-ulang sepanjang waktu.

Dalam dunia pendidikan, seringkali terdengar keluhan bahwa, banyak mahasiswa setelah lulus kuliahnya dan menjadi sarjana, ternyata tidak mudah mendapatkan pekerjaan atau apalagi menciptakan pekerjaan sendiri. Semula digambarkan bahwa, setelah lulus akan segera mendapatkan pekerjaan dengan gaji lumayan tinggi. Tetapi ternyata harapan itu tidak selalu terpenuhi.

Kenyataan tersebut oleh sementara orang mungkin dirasakan aneh, mengapa seorang sarjana masih harus menganggur. Padahal sebenarnya, manakala direnungkan secar mendalam, bisa jadi hal itu tidak aneh. Sebab, sejak mahasiswa, mereka tidak memiliki jenis kegiatan, perilaku, atau kemampuan apapun yang dibiasakan sehari-hari hingga menjadi kekuatannya. Jika seseorang ketika menjadi mahasiswa, sehari-hari hanya aktif sebagai korlap dalam berdemonstrasi, maka mereka setelah lulus hanya akan memiliki ketangguhan dalam berorasi. Maka, jika masyarakat tidak membutuhkan jasa itu, sekalipun sudah menjadi sarjana, mereka akan menganggur.

Oleh karena itu, mahasiswa yang setelah lulus menjadi sarjana, menghehendaki segera bekerja, maka yang bersangkutan sejak awal harus membiasakan diri dengan kegiatan tertentu hingga menjadi kuat atau tangguh. Ketangguhan seseorang tidak bisa diraih dalam waktu singkat. Pasti memerlukan waktu lama. Namun sayangnya, hal sederhana ini tidak selalu disadari oleh banyak orang, tidak terkecuali oleh para mahasiswa.

Kita lihat saja misalnya, tidak sedikit mahasiswa yang setiap hari membiasakan diri dengan kegiatan nongkrong-nongkrong di caffe atau kongko-kongko di pinggir jalan hingga larut malam. Mereka itu setelah lulus menjadi sarjana, jangan diherankan apabila kemudian membawa kebiasaan nongkrong di coffe atau kongko-kongko itu ke kampung halamannya, dan tidak mampu bekerja sebagaimana yang diharapkan. Kebiasaan mereka sehari-hari bukan bekerja, tetapi sekedar kongko-kongko, sehingga ketika dituntut bekerja, maka masih harus berlatih dulu. Itupun kalau mau. Wallahu a'lam.

(Author)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up