Ayat Pertama Al Qur'an Menginspirasi Kegiatan Riset
Prof. Dr. H. Imam Suprayogo Jumat, 3 Juli 2015 . in Dosen . 12063 views

Umat Islam sudah mengetahui bahwa ayat al Qur'an yang pertama kali diturunkan melalui Malaikat Jibril adalah perintah membaca. Pengetahuan yang dimaksudkan itu sangat mudah diperoleh, yaitu dari buku-buku sejarah al Qur'an yang sudah berhasil dibukukan, atau dari uraian para ulama yang biasanya disampaikan ketika memperingati ayat yang pertama kali turun, ialah pada tanggal 17 Ramadhan. Pada kegiatan itu, orang menyebut peringatan Nuzulul Qur'an.

Sementara orang memaknai perintah membaca itu adalah membaca al Qur'an, atau kitab suci yang diturunkan oleh Allah melalui Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad. Kiranya hal itu tidak salah, sebab al Qur'an memang harus selalu dibaca pada setiap saat oleh kaum muslimin. Akan tetapi selain itu, juga ada sementara yang lain memahami, bahwa yang harus dibaca bukan saja al Qur'an tetapi juga ayat-ayat lainnya yang tidak tertulis, yang selanjutnya disebut dengan ayat kawniyah, yaitu ciptaan Allah yang terhampar luas, baik yang ada di langit maupun di bumi.

Mengikuti pandangan sementara orang bahwa perintah membaca adalah tidak saja terhadap al Qur'an atau disebut dengan ayat-ayat qawliyah, tetapi juga terhadap ayat-ayat kawniyah atau terhadap jagad raya ini, maka sebenarnya dengan ber-Islam, akan memiliki pengetahuan yang sedemikian luas. Yaitu, pengetahuan yang bersumber dari kitab suci yang datang lansgung dari Allah swt., maupiun yang bersumber dari hasil observasi, eksperiomentasi, maupun dari penalaran logis, atau disebut dengan ayat-ayat kawniyah tersebut.

Melalui pemaknaan yang luas tersebut, dan kemudian pesan tersebut dijadikan pedoman dan diimplementasikan, maka akan bisa dibayangkan, betapa luas, utuh atau komprehensif pengetahuan umat Islam. Bahkan, dengan pemahaman itu, ber-Islam akan identik atau disebut sebagai orang yang kaya dengan ilmu pengetahuan. Selanjutnya, atas dasar pengetahuan yang berasal dari sumber yang utuh dan komprehensif tersebut, maka di kalangan umat Islam akan terbangun keimanan yang kuat dan kokoh. Selain itu, keimanan umat Islam akan terbangun dari dasar atau argumentasi yang benar-benar bisa dipertanggung jawabkan. Sebaliknya, bukan hanya atas dasar ikut-ikutan, meniru, atau disebut taqlid.

Perintah membaca melalui ayat pertama yang turun dari al Qur'an dimaksud manakala juga dimaknai secara mendalam dan luas, maka dalam konteks kehidupan modern seperti sekarang ini, akan sama artinya dengan kewajiban melakukan riset. Umat Islam diperintahkan untuk melakukan riset di berbagai bidang, sehingga kemudian akan melahirkan berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Menemukan dan mengembangkan ilmu atau apa yang disebut riset itu menjadi bagian penting dari pelaksanaan ajaran Islam. Dengan demikian, umat Islam pada setiap zaman akan selalu menjadi pelopor dalam kegiatan untuk menemukan ilmu pengetahuan baru dan atau mengembangkannya.

Hal lain yang perlu mendapatkan perhatian saksama, adalah bahwa perintah membaca atau riset itu harus mendasarkan pada asma Allah. Disebutkan dalam ayat pertama itu ialah : 'iqra' bismi rabbika', atau bacalah dengan atas nama Tuhanmu. Maka, tatkala membaca atau menjalankan riset, harus ada kesadaran bahwa apa yang dilakukannya adalah untuk mengetahui dan memahami ciptaan Allah. Riset bukan sekedar untuk riset dalam arti sekedar menambah pengetahuan, melainkan selain itu adalah untuk mengenal dan memahami ciptaan Allah. Berangkat dari pemahaman itu, maka kegiatan tersebut diharapkan akan memiliki makna mulia, ialah sebagai jalan mengenal Dzat Yang Maha Menciptakan.

Perintah membaca ternyata juga dirangkai dengan salah satu nama Allah yang Agung dan Mulia, yaitu Yang Maha Mencipta. Manakala umat Islam berhasil membangun budaya riset, dan apalagi disempurnakan dengan kemampuan mencipta, maka dengan sendirinya umat Islam akan menjadi unggul dan selalu berada di depan dibanding umat lainnya. Membaca dan mencipta adalah dua hal yang merupakan kunci keberhasilan dalam membangun kehidupan ini. Sayangnya, hingga saat sekarang ini, dua kekuatan tersebut, masih menjadi titik lemah bagi umat Islam.

Sekalipun ayat al Qur'an yang turun pertama kali adalah perintah membaca yang kemudian dirangkai dengan peringatan tentang penciptaan, tetapi pada kenyataan hingga di zaman modern ini, belum berhasil menggairahkan umat Islam untuk riset itu. Padahal keduanya adalah merupakan kunci keberhasilan dalam menjalani hidup. Manakala orang pandai membaca dan mencipta, maka apapun bisa diperoleh, dan atau sebaliknya akan selalu tertinggal jika kekuatan itu diabaikan. Orang yang pandai membaca gejala atau seluk beluk ekonomi, maka mereka akan sukses di bidang itu. Orang yang mampu membaca kekuatan dan strategi yang dikembangkan oleh musuh, maka mereka akan memenangkan peperangan. Mereka yang mampu membaca politik, maka mereka akan menguasai hal yang terkait dengan politik, dan begitu pula selanjutnya.

Umpama dari membaca ayat itu, segera muncul inspirasi untuk melakukan riset di berbagai bidang, baik sains, teknologi, ekonomi, politik, pendidikan, sosial, dan lain-lain, maka umat Islam tidak akan tertinggal sebagaimana keadaannya sekarang ni. Pada saat ini, umat Islam, yang terkait dengan pengembangan ilmu dan teknologi, hampir hampir tidak ada prestasi. Umat Islam dalam hal pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi hanya sebatas menjadi konsumen, bukan menjadi penemu dan apalagi pencipta. Maka, umpama dalam memperingati nuzulul Qur'an, sebagaimana di bulan Ramadhan ini mampu melahirkan semangat membaca atau riset dan mencipta, ---sekalipun agak terlambat, maka umat Islam ke depan akan meraih cita-citanya, yaitu menjadi umat yang unggul. Wallahu a'lam.

(Author)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up