Pendidikan Islam Seharusnya Menjadi Pintu Keluar Dari ketertinggalan
Prof. Dr. H. Imam Suprayogo Rabu, 25 November 2015 . in Dosen . 34159 views

Disadari oleh banyak kalangan bahwa umat Islam di berbagai negara mengalami ketertinggalan yang semakin jauh dari negara-negara maju. Berawal dari ketertinggalan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, maka diikuti oleh ketertinggalan di bidang ekonomi, politik, sosial, dan juga pertahanan. Negara-negara Islam yang sekarang ini sedang terpuruk dan tidak menentu nasibnya, adalah oleh karena mereka tidak memiliki ketangguhan di berbagai bidang itu. Akibatnya, mereka dipermainkan oleh negara-negara maju.

Umat Islam seharusnya memimpin dan berada di depan di antara umat lainnya, dan bukan sebaliknya. Namun realitasnya, mereka justru berada di belakang. Keadaan yang tidak menguntungkan itu seharusnya cepat disadari dan segera bangkit. Terlalu menyalahkan orang lain adalah suatu kekeliruan. Jika umat Islam selama ini merasa diperlakukan secara tidak adil, maka sebenarnya hal itu hanya sebagai konsekuensi dari keadaannya yang lemah itu. Umpama umat Islam kuat, maka tidak akan ada pihak manapun yang berani mempermainkannya.

Kebangkitan itu harus dimulai dari pendidikan. Tidak mungkin umat Islam akan maju jika tidak melakukan pembenahan pendidikan secara mendasar dan menyeluruh. Jika selama ini, umat Islam tertinggal di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi maka sebagai sebabnya adalah terletak pada pendidikkan yang kurang tepat dan juga kurang berkualitas. Jika selama ini umat Islam tertinggal di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, maka hal itu disebabkan oleh karena pendidikan yang dibangun belum berhasil melahirkan keunggulan itu.

Untuk mengatasi ketertinggalan tersebut, umat Islam harus berani mereformulasi pendidikkannya hingga hasilnya melahirkan orang-orang yang mampu bersaing dengan umat lainnya. Jika sementara ini, umat Islam mengabaikan betapa pentingnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka seharusnya disadari bahwa pada kenyataannya kedua hal tersebut pengaruhnya sedemikian luas. Ketertinggalan di bidang ilmu dan teknologi ternyata berpengaruh pada ekonomi, sosial, bahkan juga pertahanan dan keamanan. Keterbatasan lapangan pekerjaan yang dialami oleh banyak negara Islam, adalah bersumber dari kelemahan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi itu. Mungkin saja sementara pemuka agama menganggap bahwa kemampuan dimaksud remeh, tetapi akibatnya sedemikian fatal. Sekedar memenuhi kebutuhan lapangan pekerjaan saja, sebagai akibat lemah di bidang ilmu dan teknologi itu, ternyata tidak mudah dipecahkan.

Di kalangan umat Islam perlu rumusan baru tentang bangunan ilmu pengetahuan yang seharusnya dikembangkan, kurikulum, cara-cara menyadarkan umat Islam agar mau berubah dan menyusun kekuatan untuk mengejar ketertinggalannya itu. Rumusan baru dan gerakan dimaksud seharusnya dijadikan bagian dari upaya perbaikan pendidikkan. Semangat masyarakat terhadap pengembangan pendidikan sudah luar biasa. Bermodalkan kekuatannya sendiri, di luar pemerintah, mereka membangun lembaga pendidikan Islam. Namun pendidikan yang dimaksudkan itu, baik menyangkut jenis kemampuan yang dihasilkan dan bahkan kualitas yang dihasilkan, ternyata belum mampu menjawab persoalan umat Islam sendiri.

Di Indonesia misalnya, banyak berdiri pesantren dan madrasah, bahkan sampai perguruan tinggi yang didirikan dan dikelola oleh umat Islam. Namun banyaknya jumlah lembaga pendidikan Islam itu, jika diamati secara saksama, para lulusannya sekedar mampu mandiri secara ekonomi saja ternyata belum berhasil. Banyak lembaga pendidikan dimaksud masih sama dengan lembaga pendidikan pada umumnya mengahasilkan penganguran. Mereka membangun lembaga pendidikkan untuk membantu pemerintah dan masyarakat, akan tetapi pada kenyataannya masih belum memuaskan. Setelah lulus, mereka disebut pintar, mendapatkan ijazah, dan gelar akademik, tetapi sekedar mencari lapangan pekerjaan masih banyak yang gagal.

Persoalan yang sudah dirasakan secara meluas itu, seharusnya disadari oleh para pemimpin Islam sendiri dan segera mencarikan langkah strategis sebagai alternatif pemecahannya. Sistem pondok pesantren, jika dicermati secara saksama, sebenarnya memiliki kelebihan. Para santri belajar di pesantren memiliki motivasi untuk mendapatkan ilmu dan bukan mengejar simbol-simbol formalitas sebagaimana yang terjadi di banyak lembaga pendidikan lainnya. Di bawah pengasuhan para kyai yang ikhlas, bersungguh-sungguh, dan penuh amanah, para santri belajar dan sekaligus mempraktekkan ilmu yang diperolehnya pada kehidupan sehari-hari di pesantrennya. Belajar di pesantren, para santri melakukan dua hal sekaligus, yaitu memperkaya ilmu dan mempraktekkannya.

Namun pendidikkan di pesantren juga tidak luput dari kekurangan. Mungkin saja yang perlu diubah adalah cara pandang atau cara memaknai Islam sebagai ajaran yang komprehensif, dan utuh. Belajar Islam tidak saja mengaji kitab yang telah ditulis oleh ulama terdahulu, melainkan seharusnya juga berusaha memahami alam raya dan memanfaatkannya. Generasi muda Islam di pesantren seharusnya diajak untuk menunaikan ajaran al Qur'an, yaitu agar selalu (1) menjadi orang yang cerdas, (2) menjadi orang yang memiliki telinga dan mata yang tajam, (3) memiliki hati yang lembut, dan (4) mau berjuang di tengah kehidupan dengan sebenar-benarnya perjuangan.

Manakala ajaran al Qur'an tersebut dijadikan inspirasi untuk melakukan perubahan dan perbaikan keadaan, melalui pendidikkannya, maka ke depan umat Islam tidak mengalami nasib seperti sekarang ini, yaitu tertinggal dan selalu kaya masalah. Di beberapa tempat kesadaran itu sebenarnya sudah muncul. Dalam batas-batas tertentu, semangat perubahan itu sudah ditindsak-lanjuti dan diimplementasikan. Hanya persoalannya, gerakan itu kurang cepat dan kurang bersifat massal. Semangat bangkit dan bergerak sebagaimana diajarkan oleh al Qur'an ternyata belum terjadi secara serentak dan merata. Padahal seharusnya tidak demikian itu yang terjadi. Maka, pendidikan Islam harus menjadi kekuatan pengubah untuk keluar dari ketertinggalan dimaksud. Wallahu a'lam.

(Author)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up