Agama Memelihara Dan Memberi Petunjuk Pada Hati
Prof. Dr. H. Imam Suprayogo Kamis, 10 Maret 2016 . in Dosen . 8570 views

Apa yang ada di dalam hati itulah sebenarnya yang harus dipelihara sebaik-baiknya. Manakala ia baik, maka semua perbuatan manusia akan baik. Begitu pula sebaliknya, manakala apa yang ada di dalam hati itu tidak terawat hingga menjadi jelek, maka perbuatan manusia menjadi jelek pula.

Cara untuk memelihara hati tidak ada konsep dari manusia. Urusan hati berada pada wewenang Tuhan. Manusia juga tidak mengerti, siapa sebenarnya apa yang ada pada hati itu, kecuali amat terbatas. Hal itu juga dinyatakan di dalam al Qur'an bahwa ruh itu adalah urusan Tuhan. Manusia tidak diberikan ilmu, kecuali hanya sedikit saja.

Sedangkan untuk memeliharfa hati, Tuhan menurunkan utusan atau disebut rasul dengan membawa ajarannya. Islam sebagai agama terakhir dibawa oleh Nabi Muhammad. Agama inilah sebenarnya membawa ajaran untuk memperbaiki hati manusia. Disebutkan di dalam haditsnya, : innama buitstu liutammima makarimal akhlaq. Bahwa sesungguhnya aku (Muhammad saw) diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia.

Nabi Muhammad sebagai pembawa ajaran yang mulia itu telah menyandang keagungan akhlaq. Nabi memiliki sifat siddiq, amanah, tabligh, dan fathonal. Berbekalkan sifat-sifat mulia itulah, beliau menjalankan tugasnya dan berhasil. Ajaran itulah yang terangkum di dalam kitab suci al Qur'an. Oleh karena itu, siapa saja yang ingin memperbaiki akhlaq, maka tidak akan mungkin akan berfhasil jika tidak berpegang pada kitab suci dan apa yang dilakukan oleh Nabi yang kemudian disebut sebagai hadits nabi itu.

Ajaran Islam berupa al Qur'an dan hadits nabi ternyata lebih mengedepankan pada aspek hati, yakni sebuah sumber perilaku manusia. Perbuatan fisik, berupa ucapan lisan dan tindakan manusia sebenarnya adalah berasal dari apa yang ada di dalam hati itu. Semua anggota tubuh, yaitu mata, telinga, hidung, mulut, tangan, kaki, badan dan tidak terkecuali akal, adalah merupakan alat yang digunakan oleh hati. Oleh karena itulah sebenarnya, ---sebagaimana petunjuk agama, hati itu yang harus dijadikan sasaran untuk diperbaiki.

Memperbaiki manusia hanya dari aspek luar, tanpa memperhatikan hati, maka tidak akan banyak gunanya. Umpama usaha dimaksud kelihatan berhasil, sebenarnya hanya bersifat seolah-olah, seakan-akan, atau kamuflase. Suatu usaha kelihatan sudah baik dan berhasil, tetapi sebenarnya masih jauh dari harapan yang dikehendaki. Seolah-olah keadaan sudah sejahtera, jujur, dan adil, padahal yang terjadi sebenarnya adalah masih jauh dari apa yang digambarkan itu.

Oleh karena dalam berbagai kegiatan yang utama dinilai hanyalah aspek lahir, maka betapa banyak orang mereka-reka sesuatu agar kelihatan baik dan bahkan sempurna. Namun tidak lama kemudian, apa yang dikatakan baik itu ternyata ketahuan bahwa semuanya adalah palsu. Lebih memprihatinkan lagi, betapa banyak pejabat pemerintah yang semula dianggap baik, berpreatsi, dan kemudian diberi penghargaan yang tinggi, namun kemudian ternyata juga ketahuan telah melakukan penyimpangan yang luar biasa besarnya.

Dari berbagai kasus atau kejadian itu telah menunjukkan bahwa untuk melihat perilaku manusia yang sebenarnya harus utuh dan bahkan hingga sampai pada sumber kekuatan penggeraknya, yaitu apa yang ada di dalam hati. Tanpa memperhatikan aspek itu, maka selamanya siapapun hanya akan berada pada wilayah seolah-olah, seakan-akan, dan atau bersifat kamuflase itu.

Itulah agama memberikan petunjuk, bahwa niat adalah menjadi sangat urgen dan mendasar. Agama mengajarkan bahwa semua perbuatan tergantung pada niatnya. Sedangkan niat itu sendiri adalah merupakan perbuatan hati. Manakala hatinya baik maka semua akan menjadi baik. Sebaliknya, jika hati jelek, sakit, dan apalagi mati, maka semua perbuatan yang sekalipun tampaknya baik, ternyata cacat dan atau jelek. Oleh karena itu, manakala bangsa ini dirasakan banyak problem dan sulit diperbaiki, maka sebenarnya hal itu bersumber dari hati bangsa ini sendiri.

Memperbaikinya tidak ada jalan, kecuali kembali pada agama. Agamalah yang mengurus hati itu. Mengabaikan agama, maka hingga kapan pun, kehidupan yang digambarkan ideal, tidak akan pernah tercapai. Sekedar memenuhi kebutuhan perumahan, fasilitas jalan raya, menambah alat transportasi, kebutuhan bahan pokok, dan sejenisnya mungkin saja bisa tercapai, tetapi untuk meraih keadilan, kejujuran, kesejahteraan, dan kedamaian yang sejati, tanpa ajaran yang dibawa oleh Rasul-Nya tidak akan tercapai. Ajaran agama memberikan tuntunan terhadap sumber penggerak manusia, yaitu hati. Melalui agama, hati menjadi sehat dan baik, sehingga akhirnya semuanya akan menjadi baik pula. Wallahu a'lam

(Author)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up