Memilih Topik Dalam Menyusun Disertasi
Prof. Dr. H. Imam Suprayogo Selasa, 15 Maret 2016 . in Dosen . 4958 views

Sekalipun sebenarnya karya ilmiah berupa disertasi sudah menjadi hal umum dan harus dikerjakan oleh siapa saja yang akan menyelesaikan pendidikan pada jenjang S3, ternyata oleh sementara mahasiswa dirasakan tidak mudah, dan bahkan kesulitan itu mulai dari sekedar memilih topiknya. Padahal memilih topik bukan perkara sulit. Apalagi bagi mahasiswa S3. Seorang mahasiswa S3 sudah memiliki pengalaman menyusun skrispsi dan juga tesis, masing-masing sebagai persyaratan lulus S1 dan S2. Pengalaman itu sebenarnya sudah cukup dijadikan bekal untuk menyusun disertasi sebagai persyaratan lulus S3 atau Doktor.

Kesulitan tersebut tampak dari banyak mahasiswa yang sudah mengikuti kuliah beberapa semester, sekedar menentukan topik penelitian yang akan dijadikan bahasan dalam disertasinya itu saja ternyata belum jelas. Mereka mengaku masih mencari-cari di antara beberapa pilihan yang dianggapnya tepat. Padahal, tatkala yang bersangkutan sudah mengikuti kuliah beberapa semester, namun belum jelas topik yang akan dibahas, sebenarnya sudah terlambat. Mahasiswa dimaksud tergolong belum berhasil menunjukkan kelebihannya.

Hal yang perlu diperhatikan tatkala menentukan topik untuk diajukan dalam penulisan disertasi, yang pertama dan utama adalah harus sesuai dengan bidang ilmu yang menjadi pilihannya itu. Seorang yang mengambil program manajemen pendidikan misalnya, yang bersangkutan harus mencari topik yang sesuai dengan bidang ilmu itu. Tatkala memilih topik, maka kesulitan yang dialami oleh sementara mahasiswa biasanya terletak pada penguasaan berbagai konsep ilmu yang sedang dikajinya itu.

Ketika mengkaji manajemen pendidikan misalnya, maka seharusnya yang terbayang adalah konsep-konsep tentang organisasi, birokrasi, kepemimpinan, proses-proses dalam kehidupan lembaga pendidikan, tentang produktifitas dan efektifitas pekerjaan guru, siswa, dan lain-lain. Selanjutnya tatkala berbicara tentang organisasi maka akan segera teringat konsep terkait struktur organisasi dan perilaku organisasi. Sedangkan ketika berbicara tentang struktur organisasi maka akan segera mengarah pada konsep formalisasi, fleksibilitas, dan kompleksitas.

Konsep-konsep sebagaimana dicontohkan itu sangat penting dikenali dan bahkan seharusnya dikuasai oleh siapa saja yang menyelesaikan penulisan disertasi. Tanpa berbekalkan pengetahuan tentang konsep-konsep sebagaimana dimaksudkan itu maka yang bersangkutan akan mengalami kesulitan di dalam menentukan topik penelitiannya. Bahkan kesulitan itu semakin bertambah, utamanya bagi mereka yang tidak memiliki pengetahuan dasar yang terkait dengan bidang ilmu yang akan ditelitinya itu. Itulah sebabnya, anjuran agar seseorang mengambil bidang ilmu secara linier menjadi penting dilakukan.

Hal lainnya yang harus diperhatikan di dalam menentukan topik disertasi itu adalah terkait jenis keahlian yang akan disandang oleh yang bersangkutan. Seorang yang meneliti tentang manajemen pesantren, maka setelah lulus akan dikenal sebagai ahli manajemen bidang yang diteliti itu. Akan menjadi aneh, seorang yang telah meneliti tentang manejemen pesantren, tetapi gagal menunjukkan keahliannya di bidang manajemen lembaga pendidikan itu. Sebagai peneliti, apalagi pada tingkat Doktor, apa yang dibahas di dalam disertasinya akan selalu melekat pada dirinya. Oleh karena pernah meneliti tentang budaya kerja di pesantren misalnya, maka ia akan dianggap ahli di bidang itu.

Mempertanggung jawabkan keahlian debagaimana dimaksudkan itu tidak mudah. Itulah sebabnya, penelitian yang dilakukan tersebut harus benar-benar berhasil mengantarkan dirinya memahami tentang apa yang ditelitinya itu. Maka, itulah sebabnya, seorang yang meneliti sesuatu sebagai bahan penulisan disertasi seharusnya dilakukan hingga berbulan-bulan, dan bahkan tahunan. Calon Doktor tidak seharusnya boleh menerabas, atau mengambil jalan pintas, yaitu hanya berkunjung beberapa hari, kemudian setelah memperoleh data seadanya mengangganya cukup. Peneliti seperti ini tidak akan mampu menunjukkan kepakarannya. Untuk mengetahui sesuatu secara mendalam, dan apalagi pengetahuan setingkat disertasi, maka pasti memerlukan waktu lama.

Kegiatan penelitian setingkat disertasi seharusnya berhasil menjadikan seorang pada tingkat ahli atau pakar. Seorang ahli lebih dari sekedar mengetahui atau juga memahami. Mengetahui tentang pesantren misalnya, ia bisa menunjukkan tempatnya, jumlah guru, murid dan lulusannya. Pengetahuan seperti itu belum cukup yang bersangkutan disebut ahli pesantren. Demikian pula, orang yang lama bertempat tinggal atau menjadi pengasuh pesantren boleh disebut paham tentang pesantren tetapi lagi-lagi juga belum disebut ahli. Sedangkan seorang ahli atau pakar, ia memiliki ilmu yang digunakan untuk menjelaskan, memprediksi dan alat kontrol jika diperlukan.

Keahlian dan kepakarannya dimaksud mendasarkan pada pengetahuannnya yang mendalam, dan bukan sebatas pengetahuannya yang dangkal yang diperoleh dari penglihatan dan pengalamannya. Oleh karena itu, penelitian untuk tingkat disertasi semestinya tidak cukup hanya dilakukan seminggu atau dua minggu berkunjung ke lokasi penelitian. Agar seseorang menjadi ahli, maka yang bersangkutan harus kaya informasi, data, dan mampu mengkaitkan berbagai konsep yang dibuatnya selama melakukan penelitian itu. Wallahu a'lam

(Author)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up