Memperkaya Hati
Prof. Dr. H. Imam Suprayogo Jumat, 11 Maret 2016 . in Dosen . 1912 views

Betapa pentingnya kekayaan hati itu, sehingga utamanya para pemimpin apa dan pada level apa saja harus memilikinya. Pemimpin yang kaya hati maka bisa menampung semua aspirasi, persoalan, dan keinginan mereka yang sedang dipimpinnya. Orang yang kaya hati akan bagaikan samodra luas, apa saja bisa ditampung dan kemudian diselesaikan.

Oleh karena jiwanya yang luas seperti samodera itu, maka seorang pemimpin tidak akan mengeluh atas luas, besar, dan atau banyaknya tangung jawab yang harus dihadapi. Disadari bahwa, pemimpin seharusnya adalah sebagaimana digambarkan itu, sehari-hari selalu menghadapi persoalan orang yang sedemikian banyak dan berbeda-beda karakternya. Bagi orang yang menyandang kekayaan hati, maka semua persoalan ditampung dan akan diselesaikannya.

Apa yang ada di dalam hati seseorang, manakala kekuatannya itu dimaksimalkan akan mampu menyelesaikan berbagai masalah. Sebagai kepercayaan Allah yang memiliki sifat siddiq, amanah, tabligh, dan fathonah, ia akan mampu menyelesaikan berbagai persoalan hidup manusia, bukan saja yang ada pada dirinya sendiri, tetapi sebagai pemimpin, juga persoalan mereka yang sedang dipimpinnya.

Namun, kekuatan yang dimaksudkan itu seringkali tidak dimaksimalkan. Banyak pemimpin yang kemudian justru menghimpun kekuatan lainnya yang dianggap lebih mampu menyelesaikan masalah. Kekuatan yang dimaksudkan itu misalnya berupa harta kekayaan, pengaruh, orang-orang yang dibuat loyal kepadanya, dan semacamnya.

Pemimpin dimaksud mengira bahwa dengan berbagai kekuatan yang dimilikinya itu, maka akan menjadikan segala persoalan yang dihadapi berhasil diselesaikan. Padahal kenyataannya justru sebaliknya. Harta yang berhasil dikumpulkan, bisa jadi justru akan mencelakakan dirinya, sebagai seorang pemimpin. Berbagai kelebihannya itu dikira mampu menolong dan meringankan, tetapi ternyata menjadi beban dan memberatkan hidupnya.

Seharusnya disadari bahwa, kekayaan sejati seseseorang sebenarnya bukan apa saja yang berada di luar dirinya, melainkan ialah apa yang ada pada dirinya sendiri. Harta kekayaan, pengaruh, dan orang-orang yang loyal itu semua adalah kekuatan yang ada di luar dirinya sendiri. Sewaktu-waktu, semua kekuatan itu bisa lepas dan bahkan membahayakan dirinya. Harta bisa menjadi fitnah, begitu pula berbagai jenis dan bentuk kekuatan lainnya.

Sebaliknya, kekuatan yang ada pada dirinya sendiri, yakni apa yang disebut dengan kekayaan hati tidak akan pernah hilang selamanya. Orang yang memiliki hati yang luas, maka akan menjadi ringan tatkala harus memberikan sesuatu kepada orang lain yang membutuhkannya. Bantuan itu berupa apa saja, mulai dari hal yang sangat sederhana, misalnya senyuman, nasehat, buah pikiran, hingga sesuatu yang bersifat kongkrit yang dibutuhkan orang lain.

Orang yang memiliki kekayaan hati sebagaimana dimaksudkan itu akan disenangi oleh orang banyak. Kecintaan yang diberikan kepadanya akan bersifat tulus, mendalam, dan bukan kepura-puraan. Pemberian kasih sayang yang demikian itu akan bertahan lama dan tidak akan terputus. Orang yang dicintai oleh banyak orang karena kebesaran dan kebaikan hatinya, maka namanya akan dikenang sepanjang masa. Namun sayangnya, banyak orang lebih tertarik memperkaya diri dengan harta benda dibanding memperkaya hati. Wallahu a'lam

(Author)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up