Islam Dan Peradaban Unggul
Prof. Dr. H. Imam Suprayogo Jumat, 27 Mei 2016 . in Dosen . 3561 views

Memperbincangkan Islam setidaknya tertuju pada dua aspek, yaitu pada ajarannya, yang hal itu bisa dilihat melalui kitab suci al Qur'an dan hadits Nabi dan kedua adalah pada masyarakat pemeluknya. Seharusnya antara keduanya bisa identik atau setidaknya serupa. Apa yang digambarkan oleh al Qur'an dan hadits nabi akan serupa dengan masyarakat pemeluk agama dimaksud.

Akan tetapi pada kenyataannya tidak selalu demikian itu yang terjadi. Islam memberi petunjuk kepada umatnya agar mengembangkan ilmu pengetahuan, akan tetapi pada kenyataannya, umat Islam di berbagai tempat masih kalah prestasinya dari umat lainnya. Islam menganjurkan agar umat Islam menjadi umat terbaik atau unggul, tetapi juga masih tidak mudah menemukan keunggulan itu.

Selanjutnya, agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad mengingatkan tentang betapa pentingnya tatanan sosial yang adil seharusnya ditegakkan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Akan tetapi ternyata ajaran yang mulia dan indah itu tidak selalu ditemukan pada masyarakat yang memeluk Islam. Banyak persoalan kehidupan yang diselesaikan dengan cara tidak adil, sekalipun berada di kalangan masyarakat yang mengaku beragama Islam.

Islam memberi tuntunan tentang kegiatan ritual yang seharusnya dilakukan, yaitu banyak mengingat Tuhan, melaksanakan shalat, menunaikan zakat, puasa, dan menjalankan haji bagi yang mampu, namun juga tidak semua berhasil melakukannya. Demikian pula, Islam mengajarkan tentang apa yang disebut dengan beramal shaleh. Secara mudah, beramal shaleh bisa diartikan sebagai bekerja atas dasar ilmu dan dijalankan secara profesional. Namun lagi-lagi, hal demikian itu juga belum semua umat menjalankannya.

Membaca terhadap keadaan tersebut, maka sebenarnya diakui atau tidak, ajaran islam yang bersumber dari al Qur'an dan hadits nabi yang sedemikian agung dan indah, ternyata belum sepenuhnya berhasil dijalankan oleh umatnya sendiri. Kenyataan yang demikian itu, manakala upaya mengetahui Islam hanya sebatas melihat dan menyimpulkan apa yang tampak dari kehidupan umat Islam, maka kesimpulan itu tidak akan tepat. Sebab selalu ada jarak antara ajaran Islam yang bersumber dari kitab suci dan tauladan nabinya dengan perilaku umat Islam sehari-hari.

Perbedaan antara apa yang diketahui oleh seseorang dengan apa yang mereka laksanakannya, sebenarnya tidak saja terlihat pada ajaran Islam dan keadaan umatnya, melainkan juga terjadi dalam berbagai lapangan kehidupan. Menyatunya antara apa yang dipikirkan, dirasakan, diucapkan, dan dilaksanakan oleh seseorang hampir tidak pernah ditemui. Sebagai contoh sederhana, seseorang yang sehari-hari mengajarkan bahwa korupsi, berbohong, sombong, bakhil, dendam, permuduhan dan lain-lain itu adalah perbuatan buruk, tetapi yang bersangkutan sendiri belum tentu berhasil menjalankannya.

Banyak pemimpin di berbagai tingkatan dihujat dan harus mengakhiri jabatannya di penjara, hal itu menjadi bukti bahwa tidak semua orang berhasil menjalankan apa yang dipikirkan dan bahkan juga yang diajarkannya sendiri. Sebagai pemimpin tentu telah memberikan pandangannya yang terbaik hingga diikuti oleh banyak orang. Para pemimpin selalu mengajak agar berpegang pada moral, budi atau akhlak yang mulia, tetapi tidak jarang yang bersangkutan sendiri melanggarnya hingga dihujat dan dipenjarakan itu.

Demikian pula umat Islam, memiliki ajaran yang sedemikian jelas dan mulia, yaitu agar setiap muslim selalu berusaha memperkaya ilmu, menjadi manusia terbaik dan berkualitas unggul, membangun tatanan sosial yang adil dan setara, melakukan kegiatan ritual untuk memperkukuh spirirualnya, dan selalu menjalankan pekerjaannya dengan cara terbaik, namun pada kenyataannya, konsep ideal dimaksud belum berhasil diwujudkan sepenuhnya. Akibatnya, prestasi yang diharapkan belum berhasil diwujudkan.

Umpama saja, umat Islam dalam menjalankan kehidupan sehari-hari selalu berpegang pada ajarannya sendiri, yaitu al Qur'an dan hadits, maka pasti umat Islam akan unggul dibanding umat lainnya. Tetapi yang tampak adalah justru sebaliknya. Misalnya, Islam mengajarkan persatuan, namun pada kenyataannya yang tampak adalah justru berpecah belah sekalipun hal itu dari sebab yang sederhana. Institusi pendidikan secara kuantitatif sudah cukup banyak tetapi kualitasnya masih belum berhasil dibanggakan, dan demikian pula aspek-aspek lainnya sebagaimana dikemukakan di muka.

Pendidikan seharusnya dijadikan jalan keluar untuk memperbaiki keadaan itu. Umat Islam harus mengerti terhadap agamanya. Kehidupan ideal sebagaimana digambarkan tersebut seharusnya menjadi cita-cita bersama, diawali dari adanya kesadaran hingga melahirkan gerakan yang tidak pernah berhenti atau terus smenerus. Islam harus dimaknai sebagai pendekatan atau cara bagi siapapun dalam meraih keselamatan, kebahagiaan, kesejahteraan, dan kedamaian. Sebaliknya, bukan sebagai beban atau tradisi yang harus dilakukan tetapi dirasakan kurang menyenangkan. Manakala hal tersebut berhasil diwujudkan, maka Islam akan dipandang, bukan saja sebagai agama, melainkan juga konsep peradaban unggul. Wallahu a'lam

(Author)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up