Semangat Menggali Ilmu
Prof. Dr. H. Imam Suprayogo Sabtu, 28 Mei 2016 . in Dosen . 5070 views

Semangat mendapatkan harta, jika hasilnya sudah berlebihan, boleh menurun, tetapi semangat mengejar ilmu pengetahuan itu tidak boleh berhenti. Terhadap harta, orang biasanya bersemangat mencarinya, hingga meninggal atau sampai ke liang kubur. Atau bahkan pada kenyataannya tanpa disemangati, orang sudah bersemangat. Berbeda terhadap ilmu pengetahuan, orang harus selalu tetap bersemangat.

Melalui ayat al Qur'an maupun hadits nabi, orang dianjurkan agar menggali ciptaan Allah baik yang ada di langit maupun di bumi. Selain itu disebutkan bahwa, orang yang beriman dan berilmu akan diangkat derajatnya beberapa derajat lebih tinggi. Demikian pula di dalam hadits nabi disebutkan bahwa mencari ilmu itu wajib bagi kaum muslimin dan muslimat dan hendaknya dilakukan sejak dari ayunan hingga liang lahat.

Penjelasan tersebut menunjukkan betapa pentingnya kegiatan mencari ilmu bagi kehidupan ini. Mereka yang giat mencari ilmu, akhirnya berhasil memahami ciptaan Allah dan memanfaatkannya. Demikian pula sebaliknya, siapapun yang ilmu pengetahuan dan kemampuan teknologinya terbatas, maka tingkat kehidupannya juga akan terbatas. Generasi yang berhasil menemukan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka hidupnya akan menjadi semakin maju dan mudah.

Orang yang hidup pada zaman belum ditemukan ilmu dan teknologi, jika pergi ke mana-mana, mereka hanya mengendari kuda, unta, dan atau gajah. Mengerjakan sawah atau kebun hanya dengan bantuan kerbau atau sapi. Berkomunikasi antar sesama dengan menggunakan kentongan. Berbeda dengan sekarang ini, oleh karena ilmu pengetahuan dan teknologi sudah ditemukan, maka orang ke mana-mana menggunakan motor, mobil, pesawat tebang, kapal, dan lain-lain. Kentongan sudah ditinggalkan, tetapi berganti dengan menggunakan internet, tilpun, HP dan semacamnya.

Sekalipun sudah mengetahui betapa pentingnya ilmu pengetahuan dan teknologi, namun tenyata belum semua orang, semua kalangan atau semua bangsa bersemangat mencarinya dan juga menciptakan teknologi sendiri. Seolah-olah tugas menggali ilmu dan menciptakan teknologi hanya merupakan beban, tugas, atau wewenang sebagian orang. Akibatnya, kehidupan di dunia ini menjadi timpang. Sebagian orang atau negara menguasai ilmu dan teknologi, sehingga dikenal maju dan menguasai kekayaan secara berlebihan. Sementara lainnya, tertinggal dalam segala-galanya.

Sudah dipahami bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki kekuatan yang luar biasa. Namun tidak semua orang bersemangat mencari dan atau menggalinya. Bagi yang belum bersemangat, mereka hanya bisa menikmati dengan cara membeli atau menunggu belas kasihan orang yang memilikinya. Bangsa yang tidak menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi akan selalu kalah dan atau berada di belakang. Atas kekurangan dan kelemahannya itu, maka hidup mereka akan tergantung dan bahkan ditentukan oleh orang yang berilmu pengetahuan dan memiliki teknologi yang lebih maju.

Di negeri ini, sejak usia sekolah, anak-anak diajari ilmu fisika, biologi, kimia, matematika, bahasa, ekonomi, ilmu sosial, dan lain-lain agar mereka mengenal dan menguasai alam atau ciptaan Allah. Demikian pula, mereka juga diajari teknologi, mulai dari yang sederhana hingga yang lebih maju. Namun sayangnya, berbagai pelajaran itu selama ini terasa masih belum mampu mendorong mereka untuk mencari dan menggali lebih mendalam. Bahkan sebaliknya, banyak di antara mereka bersekolah sekedar agar lulus, memperoleh ijazah, dan atau gelar.

Dengan mudah bisa dilihat, orang yang dalam sekian lama telah belajar biologi, kimia, fisika dan lain-lain di sekolah, ternyata tidak selalu menunjukkan bahwa yang bersangkutan berhasil menggunakan berbagai jenis ilmu yang telah diperolehnya tersebut. Sehingga, seakan-akan antara mereka yang telah belajar dan tidak belajar sama saja. Setelah lulus, buku dan semua pengetahuannya segera disingkirkan dan dilupakan. Bersekolah seolah-olah hanya menggugurkan kewajiban dan bukan mendorong orang bersemangat menggali ilmu lebih lanjut.

Sebagaimana disebutkan di muka, Islam mewajibkan umatnya untuk mencari ilmu mulai dari ayunan hingga masuk liang lahat, dan bukan sekedar sampai lulus madrasah atau sekolah. Ilmu dipandang sedemikian penting di dalam Islam. Derajat seseorang akan ditinggikan oleh karena keimanan dan ilmunya. Dengan demikian, ber-Islam menjadi identik dengan kaya ilmu, unggul, dan kaya hasil karya atau ciptaan yang bermanfaat. Sayangnya, semangat berilmu dan berteknologi di kalangan umat Islam masih berada pada fase perlu didorong, dan belum benar-benar menjadi sesuatu yang dicintainya. Wallahu a'lam.

(Author)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up