Semangat Mahasiswa Baru
Prof. Dr. H. Imam Suprayogo Selasa, 16 Agustus 2016 . in Dosen . 1794 views

Setiap melihat mahasiswa baru di kampus di awal perkuliahan, setidaknya ada tiga hal yang saya rasakan. Pertama, saya gembira menyaksikan anak-anak muda yang sedang bergembira dan tampak bersyukur oleh karena statusnya yang baru, yaitu sebagai mahasiswa perguruan tinggi Islam. Pasti mereka menyadari bahwa tidak semua generasi seusianya berhasil meraih status itu. Kedua, saya memiliki harapan besar, yaitu bahwa mereka memilih kuliah di perguruan tinggi Islam ini memang sesuai dengan cita-citanya, yaitu agar kelak menjadi sarjana yang tidak saja menguasai disiplin ilmu pilihannya, tetapi juga memahami agamanya yang bersumber dari al Qur'an dan Hadits Nabi. Atas kemampuannya itu, menjadikan mereka pantas disebut sebagai seorang ulama dan sekaligus intelek, dan atau intelek yang sekaligus ulama.

Ketiga, sebagai orang yang lama memimpin perguruan tinggi Islam ini, ----UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, tentu saya berharap agar apa yang saya cita-citakan sejak lama, benar-benar tercapai. Cukup lama saya memikirkan dan juga berusaha keras, agar lulusan perguruan tinggi Islam ini menjadi yang terbaik. Saya berpandangan bahwa jika selama ini dirasakan bahwa umat Islam selalu tertinggal, belum dipandang memiliki keunggulan, dan belum meraih posisi sebagaimana yang digambarkan oleh Islam sendiri, yaitu menjadi umat terbaik dan berhasil dijadikan sebagai contoh, sebenarnya di antaranya adalah oleh karena kualitas lembaga pendidikannya belum mampu mengantarkan masyarakatnya berkualitas dalam berbagai aspeknya. Atas berbagai usaha yang selama ini diperjuangkan, UIN Maulana Malik Ibrahgim Malang, sejak beberapa tahun terakhir, baik dari aspek kelembagaan, fasilitas pendidikan dan yang tidak kurang pentingnya adalah tenaga dosennya sudah mulai bisa dibanggakan.

Namun disadari bahwa kualitas hasil pendidikan tidak saja bisa dibentuk atau ditentukan oleh sarana dan prasarana, tenaga dosen, dan perangkat lainnya, melainkan yang justru lebih penting lagi adalah oleh faktor mahasiswa yang bersangkutan. Batapapun lengkapnya sarana dan prasarana pendidikan, kualitas para dosen yang sehari-hari membimbing, dan keberadaan berbagai pendukung lainnya, manakala mahasiswanya tidak bersemangat, tidak menyandang jiwa pemenang dan sukses di masa depan, maka semua yang tersedia itu tidak akan banyak maknanya. Saya selalu meyakini bahwa, kesuksesan itu selalu bergantung pada kesungguhan usaha masing-masing orang. Jika mahasiswanya yang belajar di kampus ini hanya sebatas berorientasi mengejar aspek formalnya, misalnya agar lulus ujian, mendapatkan ijazah dan gelar, maka yang diperoleh juga hanya sebatas yang dikehendakinya itu, tidak lebih dan tidak kurang.

Pada saat awal menjadi mahasiswa baru seperti sekarang ini, sudah barang tentu, semuanya pasti telah memiliki semangat, etos, cita-cita, dan jiwa pemenang masa depan. Tanpa diberi motivasi dan arahan, sebenarnya tekat itu sudah ada di dalam hati mereka masing-masing. Mereka sudah membayangkan, bahwa empat tahun ke depan, dirinya akan berubah status lagi, yaitu menjadi seorang sarjana sesuai dengan disiplin ilmunya masing-masing. Di dalam hati mereka juga sudah terbayang, bahwa alangkah bahagianya kedua orang tua dan saudara-saudaranya, ketika kelak dinyatakan lulus dari kampus Islam ini. Kegembiraan dan kebanggaan juga akan dirasakan oleh para keluarganya, guru-guru yang selama itu telah mengasuhnya, dan juga tidak terkecuali oleh UIN Maulana Malik Ibrahim Malang sendiri. Bagi kampus ini, mahasiswa baru, selalu dipandang bagaikan bibit tanaman. Siapapun yang menanam pasti berkeinginan agar bibit dimaksud tumbuh subur dan kelak bermanfaat bagi kehidupan dan atau banyak orang.

Menjadi mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang diakui bahwa bebannya memang lebih dibanding dari mahasiswa perguruan tinggi lain pada umumnya. Identitas Islam yang disandangnya bukan sekedar nama atau pembeda dari nama yang lain, tetapi nama itu mengandung pesan mendalam. Identitas Islam diterjemahkan sebagai gambaran tentang ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh kampus ini. Kampus ini menggunakan simbol ulul al baab, yang mana konsep itu diambil dari al Qur'an. Menyandang sebutan sebagai ulul al baab menggambarkan sosok manusia ideal, yaitu orang yang bercirikan selalu mengingat Allah sepanjang waktu, merenung dan mikirkan penciptaan langit dan bumi, dan memiliki kesadaran bahwa semua ciptaan Allah tidak ada yang sia-sia, sehingga melahirkan semangat dan kemampuan mengolahnya melalui teknologi yang seharusnya diciptakannya.

UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, menyatakan bahwa sumber ilmu bukan saja hasil observasi, eksperimentasi dan penalaran logis belaka, sebagaimana yang lazim disebut ayat-ayat kawniyah, tetapi juga ayat-ayat qawliyah berupa al Qur'an dan Hadits Nabi. Keduanya secara bersama-sama dipandang sebagai sumber ilmu yang seharusnya dikaji secara luas dan mendalam. Itulah sebabnya, mahasiswa perguruan tinggi Islam ini disebut bahwa, bebannya lebih berat. Mereka dituntut mengerti Bahasa Arab sebagai piranti memahami al Qur'an dan Hadits Nabi sebagai ayat-ayat qawliyah, dan selain itu memiliki bekal kemampuan berbahasa Inggris sebagai piranti memahami literatur berbahasa Inggris untuk melakukan kajian ilmiah sebagai upaya memperluas dan memperdalam disiplin ilmunya masing-masing.

Oleh karena itu yang diperlukan bagi mahasiswa hari ini dan selanjutnya adalah merawat semangat yang sudah tumbuh tersebut. Sedangkan cara terbaik untuk merawatnya adalah melalui tradisi, kultur, dan atau budaya. Bagi siapapun yang ingin sukses maka harus mampu membangun budaya sukses. Seorang petani sukses pasti memiliki budaya bertani sukses. Pedagang sukses oleh karena memiliki budaya berdagang. Pengusaha sukses pasti selalu berpegang dan merawat budayanya itu. Demikiamn pula, mahasiswa menjadi sukses, yaitu sebagaI seorang ilmuwan, maka hanya akan berhasil diraih melalui budaya yang sesuai dengan ciri khasnya itu. Seorang ilmuwan dituntut memiliki ciri-ciri misalnya, berani, terbuka, dan bebas tetapi bertanggung jawab. Secara sederhana kata berani misalnya, seharusnya diterjemahkan dalamarti mau bekerja keras, bersedia meninggalkan atau menunda apa saja yang tidak ada relevansinya dengan cita-citanya yang utama, tidak takut menanggung berbagai aneka resiko, dan selalu memilih alternatif terbaik untuk meraih cita-citanya itu. Manakala hal sederhana itu berhasil dibangun, dipelihara, dan dipertahankan, maka semangat yang terbangun pada hari ini, akan membuahkan hasil maksimal. Wallahu a'lam

(Author)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up