Buku, Ilmu, Harta, Dan Kesombongan
Prof. Dr. H. Imam Suprayogo Senin, 5 September 2016 . in Dosen . 1743 views

Tentu semua orang yakin bahwa buku adalah penting untuk dijadikan bacaan dan telaahan sehingga menjadikan yang bersangkutan semakiin bertambah wawasan, pengetahuan dan akhirnya menjadi pintar. Atas keyakinan itu, banyak orang menyenangi buku. Pergi kemana-mana, merasakan belum sempurna jika belum berbelanja buku. Oleh karena rajin membeli buku, maka di rumahnya banyak disimpan berbagai jenis bacaan.

Akan tetapi sebenarnya, banyaknya buku di rumah tidak menjamin yang bersangkutan memiliki pengetahuan luas. Buku baru akan memberi manfaat bagi pemiliknya, jika dibaca dan dipahami isinya. Namuin pada kenyataannya tidak sedikit orang menyukai berbelanja buku, tetapi tidak selalu mau menyentuh dan membacanya. Buku yang baru dibeli, setelah dilihat judul dan daftar isinya, segera disimpan di perpustakaan pribadinya.

Tidak sedikit orang menyukai buku, hingga keadaan rumahnya bagaikan perpustakaan. Akan tetapi buku-buku yang disimpan itu tidak selalu disentuh dan apalagi dibaca. Di dalam al Qur'an terdapat ungkapan, yaitu bagaikan khemar membawa kitab. Padahal mana ada hewan membawa buku. Hal itu bisa saja untuk menyindir seseorang yang banyak memiliki buku tetapi tidak berusaha membaca dan memahaminya. Gambarannya seperti khemar. Kaya buku tetapi tidak banyak mendapatkan manfaat dari apa yang dimilikinya itu.

Secara lebih sederhana, orang yang kaya buku tetapi tidak pernah menyentuhnya, hanya akan seperti penjaga perpustakaan dan atau pemilik toko buku. Sehari-hari mereka bersama buku, merawat, melayani siapa saja orang yang sedang membutuhkannya, tetapi belum tentu paham apa yang ada di sekelilingnya itu. Oleh karena itu, siapa saja, dan apalagi mahasiswa atau juga dosen yang hanya rajin membeli buku, tetapi tidak memanfaatkannya, maka akan sama dengan penjaga perpustaan atau pemilik toko buku dimaksud.

Gambaran tersebut sebenarnya sama dengan orang yang rajin mencari ilmu. Atas usahanya mencari ilmu, mereka menjadi pintar, akan tetapi kepintarannya tidak akan memberi manfaat jika ilmu yang diperolehnya itu tidak dijadikan petunjuk atau pedoman dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Ilmu adalah penting, tetapi baru akan memberi manfaat jika telah diimplementasikan. Oleh karena itu, para ulama yang ada di pesantren selalu memberikan nasehat kepada para santrinya, agar dalam mencari ilmu hendaknya memilih yang sekiranya membawa manfaat.

Ilmu pengetahuan tanpa dimanfaatkan tidak akan berguna. Sama dengan buku, sekedar dikumpulkan tanpa dibaca dan ditelaah, maka hanya akan menambah beban bagi pemiliknya untuk memelihara dan merawatnya. Bahkan bukan saja buku, harta kekayaan pun jika hanya dikumpulkan dan disimpan, maka sebenarnya juga tidak akan memberi manfaat apa-apa terhadap pemiliknya. Banyak orang kaya, memiliki banyak rumah, tabungan hingga jumlahnya tidak terhitung, tanah, dan lainnya, tetapi tidak dimanfaatkan. Kekayaan semacam itu hanya akan menjadi beban bagi pemiliknya.

Buku agar menjadikan pemiliknya semakin pintar, maka harus dibaca dan ditelaah. Demikian pula kepintaran dan juga harta kekayaan. Jika semua itu tidak dimanfaatkan, maka hanya akan berfungsi sebatas mengantarkan pemiliknya dikenal sebagai orang yang kaya buku, kaya ilmu, dan kaya harta. Buku yang dimilikinya tidak mencerdaskan, ilmunya tidak memberi petunjuk dan menerangi hatinya, dan demikian pula hartanya juga tidak mengkayakan dan menolong dirinya. Namun masih beruntung, umpama semua kelebihan itu tidak melahirkan kesombongannya. Wallahu a'lam

(Author)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up