Keharusan Berhati-hati Terhadap Lima Hal terkait Agama
Prof. Dr. H. Imam Suprayogo Kamis, 13 Oktober 2016 . in Dosen . 2451 views

Setidaknya menyangkut lima hal yang seharusnya berhati-hati terkait agama, yaitu menyangkut tuhan, utusannya, kitab suci, tempat ibadah, dan tokoh yang dihormati. Manakala salah satu saja di antara lima hal itu disinggung, direndahkan, dihina, dan sejenisnya maka pemeluk agama yang bersangkutan akan marah dan akan membelanya. Lima hal tersebut dirasakan sebagai harga diri, atau sesuatu yang sangat dimuliakan.

Siapapun harus berhati-hati terkait dengan hal tersebut. Bisa saja seseorang tidak sengaja atau sekedar berkelakar terkait kitab suci, tempat ibadah. atau tokoh agama yang dihormati, tetapi bisa jadi akan mengundang kemarahan bagi yang mendengarkannya. Kelima hal tersebut sangat mudah mendatangkan emosi atau ketersinggungan dari penganutnya. Agama selalu dianggap sebagai sesuatu yang sakral, dijunjung tinggi, dan dipandang harus dihormati oleh siapapun.

Saya masih ingat, dahulu ketika PKI masih hidup, kelompok kesenian di kampung ketika mementaskan ceritera lahirnya tuhan, segera mendatangkan amarah yang luar biasa. Segera, sebelum kesenian itu mulai pentas, tempat kesenian itu ramai-ramai dibakar oleh masyarakat. Kesenian itu dianggap menghina umat beragama. Umpama tidak segera diamankan oleh pihak berwajib, maka amarah itu akan meluas dan sangat membahayakan.

Kejadian yang serupa, pernah ada survey yang kemudianb hasilnya dimuat dalam sebuah majalah yang menunjukkan bahwa, popularitas Nabi Muhammad kalah dibanding dengan tokoh yang melakukan survey itu sendiri. Padahal survey itu sebenarnya dilakukan di kalangan orang-orang nakal. Maka sebenarnya, sudah barang tentu, orang-orang dimaksud tidak akan menempatkan seorang rasul sebagai tokohnya. Sebaliknya yang dianggap tokoh tentu adalah orang yang dekat dengan orang yang nakal itu sendiri. Tetapi itupun juga melahirkan kemarahan yang luar biasa.

Contoh lainnya, ketika seseorang masuk masjid dan tidak mengikuti etika yang seharusnya dipegangi, misalnya tidak melepas sepatu, maka akan melahirkan kemarahan, karena merasa tempat itu direndahkan dan seketika akan membelanya. Kemarahan juga terjadi ketika kitab sucinya tidak diperlakukan semestinya, tokohnya direndahkan, dan lain-lain. Agama ternyata sedemikian cepat mendatangkan suasana emosi yang tidak mudah dipadamkan. Agama adalah sesuatu yang selalu dikaitkan dengan harga diri, yang dicintai, dan dihormati. Oleh karena itu manakala diganggu, diremehkan, dan disinggung maka akan melahirkan semangat untuk membela dengan berbagai caranya.

Kelima hal menyangkut agama tersebut semestinya tidak boleh disinggung, direndahkan, atau misalnya sekedar dijadikan bahan olok-olokan. Hal demikian itu resikonya sedemikian besar dan kalau sudah terjadi emosi terkait dengan agama maka selalu tidak mudah menyelesaikannya. Memang agama bukan sesuatu yang boleh diperlakukan secara sembarangan. Keyakinan itu erat kaitannya dengan harga diri, dan bahkan dipandang sakral, sehingga bagi siapapun, dan apalagi memerintah yang seharusnya berkewajiban melindungi terhadap semua warganya, maka harus berhati-hati. Wallahu a'lam

(Author)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up