Berbincang Tentang Organisasi Sosial Keagamaan
Prof. Dr. H. Imam Suprayogo Minggu, 13 November 2016 . in Dosen . 5769 views

Setiap bertemu Pak Maftuh Basyuni, kesan saya, beliau selalu membuat joke menarik. Pada suatu pertemuan, saya ditanya tentang afiliasi organisasi sosial keagamaan yang saya ikuti. Saya balik bertanya, apa Pak Menteri Agama selama ini belum memiliki cukup data untuk menyimpulkan, saya ini sebenarnya ada di mana. Beliau menjawab, tidak mudah menebak. Kadang seperti Muhammadiyah tetapi kadang juga seperti NU, dan kadang menjadi lain lagi.

Saya mengatakan kepada beliau, bahwa saya ini memang tidak jelas. Sewaktu masih di kampung dulu, saya mengikuti tradisi ayah saya, ikut NU. Ayah saya ketua NU dan ibu saya ketua muslimat. Saya IPNU. Tapi sejak di Malang, saya diajak oleh dosen saya menjadi Muhammadiyah. Beliau menanyakan, siapa dosen yang mengajak itu ? Saya jawab, Prof. Masyfu' Zuhdi. Saya lantas ditegur, jangan ngawur, Pak Masyfu' Zuhdi itu paman saya, kata Pak Maftuh. Keluarga saya di Rembang semuanya NU, tidak ada yang Muhammadiyah. Jawaban itu tidak benar.

Saya berganti membantah, Pak Maftuh Basyuni yang tidak benar. Selama di Malang, Prof. Masyfu' Zuhdi dikenal menjadi Muhammadiyah. Bahkan beliau cukup lama menjabat sebagai Rektor Universitas Muhhammadiyah Malang. Jawaban itu, masih belum dipercaya. Beliau lantas menjelaskan bahwa semua keluarganya di rembang adalah NU, tidak ada yang Muhammdiyah termasuk Pak Masyfu' Zuhdi. Memang dulu Pak Masyfu' Zuhdi pernah belajar di Gontor. Sejak itu, tampak pikirannya agak bebas, sehingga keluarganya mengatakan beliau seperti orang Muhammadiyah. Jadi beliau itu sebenarnya bukan Muhamadiyah, tetapi hanya seperti saja.

Selanjutnya, saya ganti bertanya, Pak Maftuh Basyuni selama ini ikut organisasi apa. Pertanyaan saya itu dijawab, bahwa Islam itu memang bergraduasi. Dimulai dari orang yang tidak mengenal agama, disebut kafir. Orang kafir itu, kalau sudah mengenal agama, tetapi tidak rajin shalat disebut Islam KTP, kemudian meningkat menjadi NU, lalu setelah mengaku modern menjadi Muhammadiyah. Tapi jika sudah menyenangi politik berubah menjadi PKS, dan kemudian menjadi Wahabi. Atas penjelasan itu, Pak Maftuh Basyuni berada di mana ? Saya di atas itu semua, karena saya menjadi Menteri Agama.

Melalui perbincangan itu, beliau menginginkan umat Islam itu bersatu. Islam itu mengajak semua umat manusia hidup berdamai. Tetapi nyatanya seperti ini. Agama mengajarkan persatuan dan kedamaian, tetapi malah berkelompok-kelompok. Ajaran Islam sedemikian jelas, yakni agar tidak membeda-bedakan. Namun, hanya yang satu memulai shalat dengan ushalli, sementara yang lain tidak, yang satu membaca doa qunut, yang lain tidak, menjadikan mereka tidak bisa bersatu. Perbedaan itu seharusnya tidak mengganggu persatuan, dan juga tidak saling mengkitik, sebab mereka yang tidak shalat saja juga tidak dikritik.

Saya juga bertanya, apa yang dilakukan oleh Pak Maftuh Basyuni untuk mempersatukan umat. Pertanyaan itu dijawab, daripada capek melakukan sesuatu yang tidak akan berhasil, lebih baik mengerjakan saja yang lain, yaitu membenahi Departemen Agama agar tidak disebut banyak penyimpangan dan juga korupsi. Seharusnya Kementerian agama bersih, sebab tugasnya mengajak hidup yang benar dan bersih. Tetapi, bagaimana membersihkan orang lain, jika dirinya sendiri saja masih kotor. Maka, Pak Maftuh Basyni bertekat membersihkan dulu sapunya, yakni Kementerian Agama, yang berperan sebagai sapu, harus bersih terlebih dahulu.

Selama menjadi rektor, saya akrab dengan Pak Maftuh Basyuni. Setiap ke Jakarta, saya selalu menyempatkan untuk menghadap beliau, di kantornya. Sesekali saya juga menggoda, ---misalnya, kapan program membuat ma'had di seluruh perguruan tinggi Islam dimulai? Mungkin oleh karena saya sering bersillaturrakhim dan menggoda, jika pada saat pertemuan dinas, saya belum kelihatan, beliau menanyakan, mana Yahudi dari Malang belum datang ?

Mendengar sebutan tersebut, suatu saat, saya mengklarifikasi, mengapa saya diberi sebutan Yahudi. Pertanyaan itu oleh beliau dijawab, karena anda banyak akal. Saya memiliki kenangan, Pak Maftuh Basyuni, selma menjadi Menteri Agama dianggap disiplin dan keras. Anggapan banyak orang bahwa beliau berdisiplin memang benar, tetapi soal keras, sebenarnya yang terjadi justru sebaliknya. Beliau, menurut saya sangat lembut, sederhana, suka joke, dan selalu menghargai prestasi orang lain. Wallahu a'lam

(Author)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up