Antara Beragama Dan Sekedar Mengerti Agama
Prof. Dr. H. Imam Suprayogo Senin, 6 Februari 2017 . in Dosen . 30662 views

Seharusnya orang yang mengerti agama sekaligus juga menjadi pemeluk agama yang baik. Berbekalkan pemahaman agamanya itu secara mendalam, seseorang menjalankan apa yang dimengerti itu sebaik-baiknya. Namun pada kenyataannya hal demikian itu tidak selalu terjadi. Tidak sedikit orang yang mengerti agama tetapi tidak selalu menjalankannya. Orang tersebut sekedar mengerti atau memiliki pengetahuan agama tetapi tidak menjalankannya.

Sementara yang lain, pengetahuan agama seseorang tidak terlalu banyak. Akan tetapi pengertiannya yang sedikit itu selalu dijalankannya. Mereka yang demikian itu disebut sebagai orang yang beragama. Orang yang demikian itu, yakni pengetahuan agamanya terbatas tetapi dijalankannya, jumlahnya cukup banyak. Membaca al Qur'an saja belum tentu lancar, akan tetapi pengetahuannya yang sedikit itu dijalankan sebaik-baiknya.

Sudah barang tentu yang terbaik adalah mengerti agama dan sekaligus menjalankan sebaik-baiknya, sehingga yang bersangkutan menjadi orang yang pantas disebut beragama dan sekaligus mengerti agamanya. Akan tetapi gambaran ideal itu tidak selalu terjadi. Ada saja orang yang pengetahuan agamanya terbatas tetapi dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Sebaliknya, pengetahuan agama seseorang sedemikian luas dan mendalam tetapi belum tergambar dalam kehidupannya sehari-hari.

Di negeri kita ini terdapat kementerian yang khusus mengurus agama. Ada enam agama yang diakui oleh pemerintah secara resmi, yaitu Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha, dan Konghucu. Semua agama mengajarkan tentang kasih sayang antar sesama, pemeluknya agar berbuat jujur, adil, toleran, menghindari permusuhan, hasut menghasut, fitnah memfitnah, dan seterusnya. Tidak ada agama yang menganjurkan agar saling bermusuhan, mengganggu orang lain, jatuh menjatuhkan, dan semacamnya.

Akan tetapi terasa aneh, di lingkungan institusi yang mengurus agama sendiri ternyata juga terdapat perilaku yang jauh dari ajaran agamanya. Mementingkan diri sendiri dan kelompoknya, jatuh menjatuhkan, hasut menghasut, fitnah memfitnah, dan bahkan korupsi di tempat itu juga tidak pernah berhenti. Tidak sedikit orang yang berada pada kementerian itu yang tersangkut perbuatan tidak terpuji, korupsi misalnya. Kasus-kasus penyimpangan sebagaimana disebutkan itu merata, ada pada semua pemeluk agama.

Hal demikian itu bukan berarti bahwa agama menjadi tidak penting dan kemudian tidak diurus. Umpama tidak ada agama, maka kehidupan ini akan semakin jauh dari nilai-nilai kemanusiaan yang dijunjung tinggi. Ada agama yang mengajak pada kebaikan dan kemuliaan saja masih diingkari, maka apalagi misalnya, ajaran itu tidak dikenal sama sekali. Pada hati setiap orang, atau setidaknya oleh pemeluknya, diyakini bahwa agamanya memberikan ajaran yang terbaik dan mulia. Hanya saja, yang bersangkutan belum mampu menjalankan sepenuhnya. Itulah sebabnya hingga pada akhirnya muncul istilah ada orang beragama dan orang yang sekedar mengerti agama. Terntu yang terbaik adalah mengerti dan sekaligus menjalankannya. Wallahu a'lam

(Author)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up