Bersatu Sebagai Syarat Menjadi Pemenang
Prof. Dr. H. Imam Suprayogo Selasa, 21 Februari 2017 . in Dosen . 1939 views

Semua orang mendambakan agar menjadi pemenang. Sedagkan untuk meraih kemenangan, syaratnya adalah harus bersatu. Dalam pentas kehidupan ini tidak pernah ada masyarakat yang bercerai berai berhasil menjadi pemenangnya. Oleh karena itu, siapapun yang berkeinginan menang, maka syarat utama yang harus dibangun adalah persatuan.

Tidak mengapa masyarakat terdiri atas berbagai kelompok, partai politik, golongan, organisasi, madzhab atau apa saja, tetapi tetap harus bersatu. Apalagi bangsa Indonesia, sejak awal sudah menyatakan diri sebagai bangsa majemuk atau plural dari berbagai aspek, baik suku, adat istiadat, bahasa daerah, makanan pokok, dan bahkan juga agamanya. Semua menyatu dan menamakan diri sebagai bangsa Indonesia.

Agar semua pihak yang berbeda menjadi bersatu, sebenarnya tidak terlalu sulit, asalkan semua menghendakinya. Persatuan akan terwujud manakala semua kalangan yang ada bersedia saling mengenal, memahami, menghargai, menyayangi, dan kemudian saling bertolong menolong. Selain itu, semua pihak juga bersedia memelihara kejujuran, keadilan, kesabaran, dan keikhlasan.

Hal penting lainnya, perbedaan tidak boleh dijadikan alasan untuk bermusuhan, membenci, menjatuhkan, dan menghina atau merendahkan. Dalam kitab suci al Qur'an disebutkan bahwa manusia diciptakan dari seorang laki-laki dan perempuan dan dijadikan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa, agar saling kenal mengenal. Disebutkan pula bahwa, di antara mereka yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa.

Perbedaan yang terjadi sebenarnya sudah dari asal kejadiannya. Manusia dilahirkan ke muka bumi bukan atas kemauannya sendiri. Di antara mereka juga tidak ada peluang untuk memilih, yaitu menjadi berkulit putih, kulit hitam kelam, sawo matang dan lain-lain. Demikkian pula, tidak ada seorang pun yang dapat memilih menjadi orang yang tinggi besar, biasa, atau berukuran kecil. Juga tidak ada yang diberi peluang memilih untuk menjadi seorang perempuan atau laki-laki. Semua itu adalah karunia dan pemberian dari Dzat Yang Maha Mencipta. Oleh karena itu, tidaklah masuk akal, jika hanya dengan perbedaan kemudian di antara mereka saling membenci, berkelahi, bermusuhan, dan apalagi saling bunuh membunuh.

Terjadinya permusuhan dan bahkan hingga perang, jika dilihat sumber penyebabnya, adalah berasal dari apa yang terdapat di dalam hati setiap manusia. Manakala hati itu sehat, maka tidak akan terjadi apa saja yang melahirkan pertikaian, permusuhan, dan perang sebagaimana dimaksudkan itu. Sebaliknya, jika hati sakit, maka sebesar apapun resikonya, konflik atau permusuhan akan terjadi. Oleh sebab itu, yang diperlukan adalah secara bersama-sama menjaga agar hati tidak menjadi sakit. Caranya adalah dengan menjaga kejujuran, keadilan, kesabaran, keikhlasan, saling memahami dan menghormati, serta selalu menebarkan kasih sayang kepada siapa saja.

Manakala muncul penyakit hati, seperti sombong, bakhil, riya, tidak amanah, permusuhan, dan semacamnya, maka hendaknya bagi semua pihak, mampu menahannya. Sebagai upaya mewujudkan keadilan maka siapa saja yang berprestasi seharusnya diapresiasi dan sebaliknya, siapa yang salah seharusnya diberi sanksi, atau jika dimungkinkan dimaafkan, asalkan keputusan dimaksud tidak menganggu rasa keadilan yang juga seharusnya ditegakkan. Jika demikian itu yang terjadi, maka di masyarakat yang majemuk sekalipun, persatuan akan dapat diwujudkan, dan semuanya akan menjadi pemenangnya. Wallahu a'lam

(Author)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up