Pendidikan, Kenthongan, Dan Tilpun Selluler
Prof. Dr. H. Imam Suprayogo Senin, 20 Februari 2017 . in Dosen . 849 views

Tiga hal yaitu pendidikan, ketongan, dan tilpun selluler, kiranya penting digunakan sebagai bahan renungan dalam menghadapi masa depan. Pendidikan adalah institusi yang digunakan untuk membekali dan menyiapkan generasi penerus di dalam menjalni hidup ke depan yang penuh dengan tantangan. Hidup pada zaman dahulu, sekalipun tidak berbekal ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang cukup, dapat menjawab tantangan zaman. Ketika itu persoalan kehidupan belum serumit seperti sekarang ini.

Sekarang ini dan apalagi di masa depan, kehidupan menjadi tidak sederhana. Jika dahulu, bertani cukup bekerja dengan cangkul, bajak yang ditarik oleh sapi atau kerbau, sekarang ini keadaannya sudah berbeda jauh. Bertani harus berbekalkan pengetahuan tentang benih unggul, pupuk, obat-obatan, cara tanam yang tepat, memanen, bahkan harus memahami standar kualitas hasilnya. Demikian pula beternak, harus mengetahui cara mengolah makanan ternak, menyediakan obat-obatan, dan sebagainya.

Semua jenis pekerjaan bertani, beternak, penangkap ikan, dan apalagi berdagang harus berbekalkan pengetahuan modern yang diperoleh melalui pendidikan. Tanpa mengusai pengetahuan modern sebagaimana dimaksud, siapapun akan ketinggalan zaman. Oleh karena itu, dengan perubahan cara kerja untuk mendapatkan rizki di dunia modern seperti sekarang ini, lembaga pendidikan harus mampu menyesuaikannya. Jika pendidikan dan pembelajaran di sekolah tidak menyesuaikan diri, maka yang akan menjadi kurban adalah para luilusannya.

Para siswa, jika harus dilakukan pembagian, maka tidak lagi mendasarkan pada jenis ilmu sebagaimana dahulu, yaitu IPA, IPS dan bahasa, melainkan mendasarkan pada kebutuhan hidup para lulusannya kelak. Selain itu, masa belajar sebenarnya tidak harus terlalu lama, sebaliknya bisa diperpendek. Dahulu pada masing-masing jenjang memerlukan waktu lama, misalnya SD harus 6 tahun, SMP 3 tahun, dan SMA 3 tahun. Di zaman yang semakin modern di mana peralatan pendidikan semakin canggih, maka masa belajar dapat diperpendek hingga sesingkat-singkatnya tanpa mengurangi kualitas hasilnya.

Khusus pendidikan yang lulusannya dipersiapkan menjadi ilmuwan, perlu diseleksi atas dasar kekuatan intelektualnya. Mereka diberi dasar-dasar keilmuan yang kuat, misalnya dalam ilmu pengetahuan alam, kewargaan negara, bahasa Indonesia, Bahasa Asing, dan mungkin ditambah life skill. Pendidikan di sekolah seharusnya diintensifkan. Berlama-lama anak di sekolah tetapi kurang membuahkan hasil yang diperlukan bagi kehidupan masa depan seharusnya diubah secara mendasar. Bagi siapappun tujuan belajar harus jelas, yaitu dimaksudkan untuk meraih pengetahuan dan kemampuan apa.

Dalam merancang pendidikan seharusnya dibedakan antara masyarakat dahulu yang masih menggunakan kenthongan dengan masyarakat yang sudah menggunakan tilpun selluler, komputer, internet, dan sejenisnya. Pandangan, pemikiran, dan paradigma pendidikan seharusnya diubah menyesuaikan perubahan masyarakat yang disebabkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Jika pendidikan tidak mau mengubah diri, yakni sekedar bertahan sebagaimana zaman kentongan dahulu, maka hanya akan menghasilkan generasi tertinggal dan bahkan semakin terbelakang.

SEkarang ini kita harus melihat bahwa, tidak sedikit lulusan SMA atau SMK hanya menjadi petugas security di kantor-kantor, cleaning servies, dan semacamnya. Sekedar menjadi petugas semacam itu kiranya tidak perlu berpendidikan hingga tingkat SMA. Jenis pekerjaan itu cukup dikerjakan oleh lulusan SD atau setinggi-tingginya SMP. Dibandingkan dengan 10 hingga 20 tahun yang lalu, masyarakat sekarang ini sudah berubah. Tanpa terkecuali, baik orang desa dan apalagi orang kota, sehari-hari sudah menggunakan peralatan komunikasi dan transportasi modern. Suasana jalan menjadi macet adalah karena perubahan dan kemajuan itu.

Masyarakat desa dan bahkan mereka yang berada di gunung sekalipun, sudah tidak saja terampil menggunakan HP tetapi sehari-hari sudah berkesempatan melihat apa saja yang terjadi di seluruh belahan dunia, melalui TV, internet, dan semacamnya. Ketika pergi mereka juga tidak mengendarai gerobak atau naik kuda, tetapi sudah menggunakan mobil, kereta, dan bahkan pesawat terbang. Oleh sebab itu, konsep pendidikan dan pengajaran harus diubah secara mendasar, sebab mereka sudah tidak lagi menggunakan kenthongan, tetapi berkomunikasi saja sudah dengan internet, WA, maupun tilpun sellulernya. Wallahu a'lam

(Author)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up