GEMA-Sebanyak 17 satuan kerja (Satker) di lingkungan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang melakukan riview anggaran tahun 2018. Mereka berdiskusi bersama Kepala Bagian Perencanaan Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Kastolan (10/10).

Dalam diskusi tersebut, Kastolan menyampaikan kritikan dari Kemenag Pusat terkait jumlah guru besar yang ada di UIN Maliki Malang. “UIN Malang siap menuju WCU. Akan tetapi, jumlah profesornya berapa?,” kritiknya.
Namun, meskipun begitu, jadikanlah kritikan ini sebagai penyemangat untuk mengejar ketertinggalan dengan PTKIN lain, jumlah profesor di UIN Malang harus ditambah, dosen muda yang sudah doktor harus digenjot agar mampu mencapai puncak karirnya. “Selama ini, UIN Malang dikenal dengan jumlah penulisnya yang 0cukup tinggi,” paparnya.
Menurut alumnus IPB Bogor ini, UIN Malang tetap dipandang sebagai universitas unggulan di lingkungan PTKIN. Karena UIN Malang memiliki banyak inisiatif, khususnya dibagian perencanaannya. “Perlu diapresiasi, bahwa sampai saat ini perencanaan UIN Malang menjadi Ketua Forum Perencanaan Se Indonesia yang dipimpin oleh Pak Ridwan,” ungkapnya.
Terlepas dari persoalan di atas, kata Kastolan, regulasi soal anggaran dari pusat harus tersalurkan hingga ke bawah. Misalnya saja soal standar biaya untuk Fakultas Kedokteran yang biasanya memakan biaya sangat banyak sekali khususnya persoalan honorariumnya. “Sistem penghonoran di Fakultas kedokteran gedhe-gedhe tetapi regulasinya tidak ada,” paparnya.

Sementara itu, Rektor UIN Maliki Prof. Dr. Abdul Haris, M.Ag mengupayakan dalam waktu dua tahun kedepan akan ada penambahan profesor di UIN Maliki Malang. Semua dosen yang masih S2 diharuskan melanjutkan studinya sampai ke S3. sementara untuk dosen yang sudah S3 diminta untuk secepatnya memenuhi point menuju gelar profesornya. "Mereka yang sudah siap menuju gelar profesor harus dibantu dan terus dikawal, khsusunya persoalan publikasi jurnal yang bereputasi internasional," paparnya.