GEMA-Melihat perkembangan Indonesia dalam bidang literasi yang menurun, Yusri Fajar Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya menjelaskan pentingnya belajar kritik sastra bagi mahasiswa. Kegiatan ini berlangsung dalam bedah buku Katalogue di Perpustakaan Lt.1 UIN Malang, Rabu (10/4).
Kritik sastra merupakan cabang ilmu sastra, kegiatan ini berupa mengkaji dan menafsirkan karya sastra yang lebih luas dan lebih kritis.
“Kritik sastra bisa dilakukan oleh siapa saja, tidak harus mahasiswa yang berkecimpung di bidang sastra saja,” tutur alumni Bayreuth Bayern Jerman tersebut.
Baginya, karya sastra yang telah dihasilkan penulis untuk pembaca tidak hanya sekedar sebagai wawasan saja, tetapi juga terdapat nilai yang dapat dikritisi.
Pertama, dengan belajar kritik sastra pembaca diharapkan mampu menangkap baik-buruk dan kurang-lebihnya suatu sastra, sehingga pembaca bisa berfikir ulang untuk bisa memunculkan opini baru.
Kedua, sastra bahasa asing juga dapat menambah wawasan perkembangan sastra bagi kita, misalkan ketika mempelajari Sastra Inggris, kita juga dapat membandingkannya dengan Sastra Indonesia sendiri.
Ketiga, pembaca dapat menilai gaya bahasa si penulis dalam menuangkan idenya. Misalnya, gaya bahasa Tere Liye dalam beberapa novel yang telah ia tulis.
Kritik sastra memang sedikit susah, sebab membutuhkan wawasan dan referensi yang luas dalam mengkaji tulisan seseorang. “Seharusnya di Indonesia sudah banyak yang melakukan kegiatan ini, karena perkuliahan dengan jurusan sastra sudah banyak,” tutup penulis Surat Untuk Praha tersebut. (syf/nhl)