HUMAS UIN MALANG - Gelaran Yudisium Periode II 2024 menciptakan sejarah baru bagi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Pasalnya, satu diantara ratusan mahasiswa yang dikukuhkan, menjadi mahasiswa terbaik sekaligus menyandang predikat Cumlaude dengan raihan IPK 3.99 (8 semester).
Nama itu adalah Aristhalia Hevi Febrianti, seorang mahasiswi asal Kabupaten Malang yang bertekad kuat menempuh studi pada Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah angkatan 2020 hari ini lulus dengan sempurna.
Ditemui terpisah, Thalia, sapaan akrabnya, menceritakan tentang motivasi belajar yang ditanamkan sejak kecil. "Berawal dari saya menempuh pendidikan dari TK sampai saat ini, saya memiliki hobi belajar dengan giatt karena saya sadar akan 2 hal yakni pendidikan tinggi dan ekonomi, saya bercita-cita menjadi dosen maka dari itu dari dulu hingga sekarang saya selalu meningkatkan prestasi terlebih dalam bidang akademik agar cita-cita saya terwujud apalagi mendapatkan beasiswa," katanya.
Thalia mengingat sejak SD hingga SMA mendapat beasiswa karena prestasinya, yang menjadi urutan peringkat teratas di kelasnya. Hal itu menjadi motivasinya agar terus menerus dalam menempuh pendidikan dan meraih cita-cita yang diinginkan.
Kobaran semangatnya mematahkan omongan orang lain sehingga ia bisa diterima kuliah di UIN Malang jalur SPAN-PTKIN. Keyakinan dan semangat belajar menjadi modal utama baginya. "Tentu, kedua orang tua saya sangat bangga karena saya orang pertama dalam keluarga yang bisa kuliah dan lewat jalur tanpa tes itu," ceritanya sambil tersenyum.
Mahasiswi berusia 22 tahun itu membocorkan tentang pengalamannya yang mencoba aktif bertanya dan menjawab pertanyaan saat diskusi dan presentasi. Karena, menurutnya, seseorang harus berani berpendapat entah bagaimanapun itu benar atau salah jangan pernah takut untuk salah. Hal tersebut ia lakukan semata agar suasana kelas tidak pasif. Selain itu, lanjutnya, yang tidak kalah penting yaitu adab kepada dosen dan pengumpulan tugas, absen tepat waktu.
Sejak awal maba dirinya mencoba berelasi sebanyak mungkin dengan orang di sekitarnya agar wawasan demi wawasan ia dapatkan sehingga ia tidak cepat berpuas diri ketika mempelajari sesuatu. Bahkan, perjuangan mempertahankan IPK tiap semesternya tidaklah mudah, yaitu dengan rutin belajar sebelum kuliah dan enggan menunda mengerjakan tugas. Hal itulah yang membuahkan hasil di awal semester yang berhasil meraih IPS 4.00 dan berlanjut di setiap semesternya.
Meski dirinya meraih nilai tertinggi di tiap semesternya, ia harus selalu bersyukur dan percaya bahwa usaha tidak akan mengkhianati hasil nantinya. Pentingnya untuk beradaptasi dalam belajar dan berteman serta tetap menjaga relasi yang dimiliki agar esensi belajar itu tetap terpelihara dengan baik.
Terakhir, ia berharap semoga IPK tertinggi bukanlah nilai angka saja tapi dapat dijadikan sebagai value dan attitude untuk mengembangkan diri. Dengan IPK tinggi mencerminkan bahwa ilmu yang kita dapat harus diamalkan nantinya di dunia kerja. "Pengamalan IPK tinggi bukan hanya tentang hasil akhir nilai yang tinggi, tetapi juga tentang proses pembelajaran yang konsisten, disiplin, dan komitmen untuk menjadi versi terbaik dari diri sendiri dalam konteks akademik," tutupnya. (sf)
Reporter: Sulthan Fathani Elsyam
Fotografer: Sulthan Fathani Elsyam dan Dok. FITK