Perawatan Kebersihan Dan Keindahan Pesantren al Kautsar al Akbar, Medan
Prof. Dr. H. Imam Suprayogo Rabu, 1 April 2015 . in Dosen . 1467 views

Kesan umum pesantren adalah tidak mempedulikan kebersihan dan apalagi keindahannya. Umumnya, karena keterbatasan biaya operasional, dan juga alasan lainnya, perawatan lingkungan pesantren belum menjadi prioritas. Keadaan kumuh, kurang teratur, dan juga pembiaran lingkungan apa adanya adalah menjadi ciri khas kehidupan pesantren.

Di pesantren diajarkan tentang bersuci hingga detail. Akan tetapi rupanya, mereka terlalu membedakan antara bersih dan suci. Warga pesantren pada umumnya sangat berhati-hati dalam memelihara kesucian. Sebagai bukti kehati-hatinya itu, maka di setiap bagian depan pintu keluar dari tempat wudhu, selalu dibuatkan kolam pemisah. Dengan demikian, setiap orang yang keluar dari tempat wudlu masih harus menginjak kolam itu, agar kaki mereka tetap terjamin kesuciannya.

Umpama saja kehati-hatian di dalam menjaga kesucian juga diimplementasikan dalam menjaga kebersihan diri dan lingkungannya, maka pesantren akan menjadi tauladan di dalam berbagai hal secara sempurna. Namun sayangnya, kesucian dibedakan dari kebersihan. Kesuciannya dijaga sepenuhnya, namun sebaliknya, kebersihannya seringkali masih dilewatkan.

Hal yang berbeda dari gambaran pada umumnya, keterpaduan antara kesucian dan kebersihan itu saya melihat di pesantren al Kautsar al Akbar di kota Medan yang diasuh oleh Buya Haji Ali Akbar Marbun. Pesantren itu, menurut kesan saya, adalah amat bersih, rapi, dan juga indah. Lingkungan pesantren ditata sedemikian rupa. Di berbagai bagian halaman, ditanami pohon-pohon berbagai ukuran hingga menjadi rindang, dan masih dllengkapi dengan taman, serta di sana sini, di luar kelas, dibuatkan tempat duduk yang cukup bagus yang sekaligus digunakan tempat belajar para santri.

Kesan semrawut dan apalagi kumuh di pesantren ini sama sekali tidak tampak. Parkir kendaraan, baik kendaraan roda dua atau roda empat disediakan tempat secara khusus. Siapapun tidak diperkenankan parkir mobil di sembarang tempat. Rupanya pengasuh pesantren ini, yaitu Buya Ali Akbar Marbun mencintai kebersihan dan keindahan. Sedemikian tinggi kecintaannya terhadap tanaman, hingga pengasuh pesantren ini mau membawa pulang beberapa jenis bibit tanaman dari Pacet, Mojokerto. Ketika menghadiri pertemuan para pengasuh pesantren di Pacet, dan melihat jenis tanaman yang dianggap menarik, dia meminta dan membawanya pulang ke Medan untuk ditanam di halaman pesantrennya.

Penataan kebersihan dan keindahan pesantren itu didasari oleh filosofi yang amat jelas. Pesantren oleh Buya Ali Akbar dipandang sebagai tempat orang belajar dan menjalani latihan berkehidupan yang berkualitas. Oleh karena itu, keberadaannya harus mampu mempengaruhi terhadap siapapun yang berada di lingkungan itu, termasuk dalam menyukai kebersihan dan keindahan. Ketika Buya Ali Akbar mengajak saya berkeliling di lingkungan pesantrennya, ia menjelaskan bahwa, lingkungan pesantren harus ikut memberikan pelajaran dan pendidikan. Disebutkan misalnya, pada umumnya satri putri pasti menyenangi keindahan, sehingga harus ditanam berbagai macam bunga di sekitar asramanya. Belajar, menurut pandangan pengasuh pesantren ini, harus berada di lingkungan yang menyenangkan.

Menyaksikan kebersihan dan keindahan lingkungan pesantren al Kautsar, Medan, maka terbayang di dalam pikiran saya, bahwa umpama saja lingkungan kebanyakan pesantren dikelola seperti itu, tatkala orang menyebut nama pesantren, maka akan mengingatkan tentang lembaga pendidikan yang indah, bersih, dan juga suci. Memang pada akhir-akhir ini sudah banyak pesantren yang menyadari terhadap betapa pentingnya merawat kebersihan di samping mengutamakan kesuciannya itu, tetapi rupanya kesadaran itu baru dimiliki oleh sebagiannya saja.

Berangkat dari rasa kagum dan apresiatif terhadap kebersihan dan penataan keindahan pesantren itu, saya menanyakan manajemen kebersihan lingkungan pesantren. Ternyata, lembaga pendidikan Islam itu memanfaatkan tenaga satri. Pada saat tertentu, para santri diberi tugas secara bergiliran merawat kebersihan lingkungan pesantren. Sementara itu, untuk menata lingkungan, termasuk mendesain taman, dan tempat belajar di luar kelas hingga tampak indah itu, ternyata Buya Ali Akbar sendiri yang mengawasi dan mengarahkan para pekerjanya. Prinsip yang dikembangkan oleh pesantren ini adalah, bahwa belajar harus diikuti dengan latihan bekerja, termasuk bekerja dalam menjaga dan merawat kebersihan lingkungan pesantrennya sendiri. Wallahu a'lam.

(Author)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up