GEMA.Keinginan Humaniora untuk mendirikan Jurusan Televisi dan Film semakin optimis. Kemarin (26/8) sebanyak sepuluh orang dari para pejabat, dosen dan karyawan Humaniora melakukan studi banding di Program Studi Televisi dan Film (PSTF) Fakultas Sastra Universitas Jember (Unej). Para pejabat Fakultas Sastra Unej pun sangat welcome dengan kedatangan tamu dari UIN Maliki ini.
Istiadah, Dekan Fakultas Humaniora mengantakan ingin belajar kepada Unej yang telah berhasil mendirikan Prodi Televisi dan Film. “Kita ingin meniru Unej, sebab kita saat ini ibarat anak baru gede (ABG) yang lagi semangat untuk mendirikan jurusan/prodi ini, meskipun saya agak ‘ngeri’ bila mendirikannya” ujar ibu lulusan perguruan tinggi di Autralia ini.
Pantas saja Istiadah mengatakan ‘ngeri’, pasalnya mendirikan jurusan tersebut membutuhkan dana yang besar terutama untuk peralatannnya. Seperti yang dikatakan Syamsul mantan Dekan Fakultas Sastra, bukan hanya alatnya yang mahal, tetapi juga perijinannya yang lama juga. “Tidak cukup 3 sampai 5 bulan, tapi bisa 4 tahun untuk mendapatkan Surat Keputusan Pendirian Prodi Televisi dan Film,”tegasnya.
Sebab, tambahnya, banyak syarat yang harus dipenuhi, seperti tenaga pengajar yang ahli dibidangnya dan harus dari Magister. “Itu yang problem yang terberat harus kita penuhi seperti yang diatur oleh Kemenristek,”ujarnya.
“Lantas bagaimana Unej bisa melaluinya?” tanya Muzakki, Wakil Dekan II Humaniora kepada Lilik Slamet. Lilikpun langsung tidak menjawabnya, namun menyerahkan kepada Dwi Haryanto Kepala Lab. Peralatan Prodi STF untuk menjawabnya. “Dalam syarat pengajuan proposal yang paling penting adalah outputnya (capaian), mau dibawa ke mana, untuk apa hasilnya pendirian prodi tersebut”, terang Dwi. Jadi ruang studio praktek , tambahnya , memang harus tersedia, namun output itulah yang lebih diutamakan.
Oleh karena itu kata Istiadah dengan optimis, studi banding ke Unej bisa jadi pintu pembuka untuk kerja sama lebih lanjut. Pasalnya Unej termasuk yang gigih untuk memperjuangkan pendirian jurusan tersebut.
Bahkan, sebagaimana keterangan dari Kaprodinya, A Lilik Slamet, prodinya telah memenangkan banyak festival, seperti film IRIS yang menjadi film favorit dalam Temu Karya Mahasiswa TV dan Film se-Indonesia. Oleh karena itu Prodi ini tambahnya, telah mengalahkan popularitas Fakultas Kedokteran i Unej yang awalnya jadi favorit para mahasiswa. Senada juga dilontarkan Syamsul, menurutnya prodi ini diluar prediksi, meskipun membutuhkan peralatan yang mahal, tapi ternyata mahasiswa sudah memiliki alat-alat sendiri.
Lebih-lebih dalam dua tahun ini, kata Albert Tallapessy Pembantu Dekan 1 Fakultas Sastra, mahasiswa yang masuk di Prodi ini adalah 1 ; 42. “Jadi luar biasa minat mahasiswa, saya sendiri tidak tahu apa yang jadi daya tarik prodi ini sejak dibentuk 2010 silam,” ujarnya. Sampai saat ini, sambung beliau, mahasiswanya mencapai 328 dan 10 tenaga pengajar. [dz]