Tugas Pemimpin : Menghidupkan, Menggerakkan, Dan Mengarahkan
Prof. Dr. H. Imam Suprayogo Kamis, 22 Oktober 2015 . in Dosen . 73973 views

Banyak orang berkeinginan menjadi pemimpin, tetapi setelah berhasil, ternyata tidak semuanya mengerti tugas yang seharusnya dilakukan. Sebagai seorang pemimpin, mereka seharusnya mengerti sikap yang seyogyanya dikembangkan, arah yang diinginkan, dan pekerjaan yang akan dilakukan, Pemimpin yang tidak mengerti hal dimaksud, maka arah organisasi yang dipimpin menjadi tidak jelas, akan dibawa kemana.

Pemimpin sebagaimana digambarkan tersebut ternyata jumlahnya tidak sedikit, dan berada di berbagai bidang dan juga level kepemimpinan. Organisasi yang sedang dipimpin oleh orang yang tidak paham terhadap tugasnya itu, biasanya menjadi stagnan, rutin, dan akhirnya membosankan. Selain itu, suasana organisasi yang dipimpin oleh orang yang tidak cakap, biasanya tumbuh saling tidak percaya, saling menyalahkan orang lain, dan juga gosif-menggosif.

Tugas pemimpin itu sebenarnya sederhana saja, yaitu menghidupkan, menggerakkan, dan mengarahkan terhadap orang-orang yang sedang dipimpinnya. Para pemimpin, apalagi di zaman demokrasi seperti sekarang ini, sebenarnya mereka telah memiliki legitimasi yang kuat. Seseorang menjadi pemimpin biasanya melalui seleksi yang ketat, sehingga mereka itu sebenarnya telah mendapatkan legitimasi yang cukup. Kepercayaan dan kewibawaan yang dimiliki sudah cukup digunakan sebagai bekal untuk menunaikan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya.

Selama ini, saya membayangkan bahwa, tugas kepemimpinan adalah bagaikan accu. Benda itu difungsikan untuk menghidupkan mesin. Semakin kuat accu itu, maka akan dengan cepat menghidupkan dan menggerakkan semua komponen yang ada pada mesin. Tentu pemimpin yang terpilih, ----jika pemilihannya benar, pasti telah memiliki kekuatan sebagaimana accu yang digunakan untuk menghidupkan mesin dimaksud.

Kekuatan penggerak yang dimiliki oleh para pemimpin, seharusnya bukan berupa uang, perilaku menakutkan, peraturan, ancaman, dan sejenisnya, melainkan adalah ketulusan, wawasan ke depan organisasi yang jelas, dan perhatian terhadap semua orang-orang yang dipimpinnya. Biasanya orang akan mendengarkan dan mengikuti para pemimpin yang telah membuktikan atas ketulusannya. Penilaian bahwa, seseorang memiliki ketulusan bukan berasal dari ucapannya, janji-janjinya, atau kesanggupannya, melainkan akan dilihat dan disimpulkan dari perbuatannya. Disebut sebagai orang tulus, selain tampak dari kemauannya berjuang juga dari kesediaannya berkorban.

Pemimpin yang diketahui bahwa dirinya ingin dilayani dan apalagi dilihat banyak orang ternyata mementingkan diri sendiri, maka yang bersangkutan akan dianggap tidak tulus. Pemimpin seperti itu tidak akan berhasil menghidupkan semangat anak buahnya, bahkan justru sebaliknya, yakni mematikan semangat kerja. Pemimpin harus mampu menujukkan bahwa dirinya tulus, mau berjuang memajukan organisasinya, dan ada kesediaan berkorban. Pemimpin yang berkeinginan menggerakkan semua kekuatan organisasinya maka yang bersangkutan harus menunjukkan sifat-sifat mulia yang dimaksudkan itu.

Adigium yang mengatakan bahwa masyarakat tergantung pada pemimpinnya adalah amat benar. Pemimpin yang memiliki karakteristik sebagaimana dikemukakan di muka, akan diikuti oleh para pengikut atau anak buahnya. Orang pada umumnya menyukai ketulusan, ketauladanan, kemajuan, pekerja keras, dan pejuang yang diikuti oleh kesediaan berkorban. Jiwa mulia seperti itu, manakala ada pada diri seorang pemimpin, maka akan segera diikuti oleh orang-orang yang sedang dipimpinnya. Bahkan tidak sekedar dicintai dan diikuti, tetapi sang pemimpin dimaksud juga akan dibela dengan semua kekuatan yang ada. Orang yang digambarkan seperti itu akan bagaikan accu yang mampu menghidupkan dan sekaligus menggerakkan berbagai kompoten sebuah mesin.

Pemimpin yang berharap berhasil menghidupkan dan sekaligus menggerakkan semua bawahannya maka tidak boleh mengedepankan kepentingan dirinya sendiri. Selain itu, pemimpin harus mampu menjauhkan perilaku transaksional dan apalagi dirasakan oleh banyak orang telah memperdaya mereka yang sedang dipimpinnya. Pemimpin harus berakal tetapi jangan sekali-kali tampak 'mengakali' anak buahnya. Siapapun ingin diperlakukan secara jujur, penuh dengan ketulusan, diakui 'akunya', dan diberikan harapan masa depannya yang dipercaya lebih baik. Perilaku pemimpin seperti itu akan mampu menghidupkan dan sekaligus menggerakkan orang-orang yang dipimpinnya. Wallahu a'lam (bersambung)

(Author)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up