Menurut saya,
ahl al-sunnah wa al-jama’ah itu adalah bermakna kualitatif. Makna
ma ana alaihi wa ashhabi itu adalah siapa saja, dari golongan mana saja yang konsisten mengikuti ajaran atau titah nabi dan para sahabatnya.
Jadi aswaja bermakna
beyon sekte dan
beyon ras, etnis dsb. (netral), bukan
claim sekelompok orang. Sebab jika tidak, maka yang terjadi adalah reduksi makna Aswaja itu sendiri. Kita lalu meng-
claim yang Aswaja sendiri, yang lain tidak, alias masuk neraka. Berbahaya sekali.
Menurut saya, unsur-unsur dalam tajdid itu adalah:
- Al-Ihya’ -- ihya al-turats al-hasanah kama fi zaman al-rasul wa al-shahabah.
- Al-Nama’ – numuw al-turats al-hasanah kama fi zaman al-rasul wa al-shahabah.
- Al-Tanqiyah – tanqiyat al-ta’alim al-Islamiyyah al-shahihah.
- Al-Harakah – harakat al-turats wa al-ta’alim al-Islamiyyah al-shahihah kama fi zaman al-rasul wa al-shahabah.
Nah, di era global ini aswaja harus mampu melakukan pembaruan-pembaruan yang terkait dengan kepentingan
mashlahah ummah, menyangkut social, politik, ekonomi dan juga teknologi.
Reaktualisasi bermakna reaktualisasi nilai-nilai dan substansi Islam zaman Nabi dan sahabat dulu. Saya setuju dengan K. Ma’ruf Amin, bahwa Aswaja itu adalah
manhaj al-fikr yang bisa relevan untuk konteks sekarang bisa tidak.
Pertanyaannya: Bagaimana konsep aswaja terkait dengan sains? Perlu dirumuskan.