Tajdid Pemikiran Islam: Membumikan Pemikiran Aswaja di Era Global
Dr. HM. Zainuddin, MA Senin, 11 November 2013 . in Wakil Rektor I . 2519 views
Menurut saya, ahl al-sunnah wa al-jama’ah itu adalah bermakna kualitatif. Makna ma ana alaihi wa ashhabi itu adalah siapa saja, dari golongan mana saja yang konsisten mengikuti ajaran atau titah nabi dan para sahabatnya. Jadi aswaja bermakna beyon sekte dan beyon ras, etnis dsb. (netral), bukan claim sekelompok orang. Sebab jika tidak, maka yang terjadi adalah reduksi makna Aswaja itu sendiri. Kita lalu meng-claim yang Aswaja sendiri, yang lain tidak, alias masuk neraka. Berbahaya sekali.   Menurut saya, unsur-unsur dalam tajdid itu adalah:
  1. Al-Ihya’ -- ihya al-turats al-hasanah kama fi zaman al-rasul wa al-shahabah.
  2. Al-Nama’  – numuw al-turats al-hasanah kama fi zaman al-rasul wa al-shahabah.
  3. Al-Tanqiyah  – tanqiyat al-ta’alim al-Islamiyyah al-shahihah.
  4. Al-Harakah  – harakat  al-turats wa al-ta’alim al-Islamiyyah al-shahihah kama fi zaman al-rasul wa al-shahabah.
            Nah, di era global ini aswaja harus mampu melakukan pembaruan-pembaruan yang terkait dengan kepentingan mashlahah ummah, menyangkut social, politik, ekonomi dan juga teknologi. Reaktualisasi bermakna reaktualisasi nilai-nilai dan substansi Islam zaman Nabi dan sahabat dulu. Saya setuju dengan K. Ma’ruf Amin, bahwa Aswaja itu adalah manhaj al-fikr yang bisa relevan untuk konteks sekarang bisa tidak. Pertanyaannya: Bagaimana konsep aswaja terkait dengan sains? Perlu dirumuskan.      

(Author)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up