Hal Sederhana Terkait Bangun Dari Tidur
Prof. Dr. H. Imam Suprayogo Jumat, 14 Maret 2014 . in Dosen . 3085 views

Bangun dari tidur adalah hal yang amat sederhana. Semua orang mengalaminya. Tidak perlu diajar atau dilatih, semua orang dapat menjalani. Bahkan anak kecil, hingga masih bayi pun, mereka sudah bisa tidur dan juga bisa bangun. Oleh karena itu, membaca tulisan ini, mungkin seseorang segera bertanya, mengapa persoalan yang amat sederhana itu harus ditulis segala.

Atas pertanyaan tersebut, jawabnya gampang. Dalam hal yang sederhana sekalipun ternyata terdapat nilai-nilai atau pelajaran yang berharga. Islam mengajarkan cara hidup mulai dari hal sederhana, tidak terkecuali tentang kapan kaum muslimin harus bangun dari tidur di setiap pagi. Bagun tidur tidak boleh terlambat, oleh karena ada kaitannya dengan kewajiban menjalankan shalat subuh.

Setiap shalat telah ditentukan waktunya. Shalat subuh di setiap pagi harus dijalankan setelah terbit fajar hingga sebelum mata hari terbit. Waktunya sangat pendek. Kaum muslimin harus menjalankan ibadah itu tepat pada waktunya. Oleh karena itu, kaum muslimin dalam kehidupannya sehari-hari, sebelum orang lain bangun dari tidur, mereka harus terbangun terlebih dahulu.

Setelah bangun dari tidur pada setiap pagi, kaum muslimin diharuskan segera mencuci wajahnya, kedua tangannya, mengusap sebagian rambutnya, dan membasuh kedua kakinya dengan air yang suci. Itulah berwudhu. Bangun dari tidur, kaum muslimin segera menyentuh air terlebih dahulu. Dengan kebiasaan itu, maka mereka segera diingatkan dengan kegiatan yang bernilai tinggi, yaitu terkait dengan kedisiplinan, kesehatan dan juga tentang kebersihan atau hal yang bersifat suci.

Segera setelah bersuci, kaum muslimin diutamakan menjalankan shalat subuh berjama'ah di masjid. Nabi Muhammad dalam sejarah hidupnya selalu menjalankan shalat lima waktu di masjid dan berjama'ah. Mengikuti nabi dengan setia, maka semestinya kaum muslimin juga melakukan hal yang demikian. Pada waktu subuh, setelah bangun dari tidur, mereka seharusnya pergi ke masjid untuk shalat berjama'ah. Inilah tuntunan hidup yang dicontohkan oleh nabinya, yang seharusnya diikuti pada setiap pagi secara istiqomah.

Manakala tuntunan kihidupan yang ideal itu dijalankan secara tepat dan istiqomah, maka kaum muslimin mulai dari bangun tidur, --------setelah bersuci, bersama dengan keluarganya segera bertemu dengan para tetangganya. Sillaturrakhiem di antara kaum muslimin dimulai sejak pagi itu. Di waktu subuh, antar mereka menjadi saling bertemu antara satu dengan lainnya. Mereka bersama-sama menjalankan shalat berjama'ah di masjid. Kalimat-kalimat yang diucapkan pada setiap pagi sejak bangun dari tidur, adalah kalimat indah, yaitu bertasbih, tahmid, bertakbir, dan semacamnya.

Ilustrasi itu menggambarkan kehidupan yang sederhana, tetapi sedemikian indah, sehat, dan membahagiakan. Islam mengajarkan tentang cara hidup yang indah. Kebersamaan antar sesama dimulai sejak pagi tatkala menjalankan shalat subuh berjama'ah. Manakala kegiatan itu dijalankan pada setiap pagi secara istiqomah, maka terasa enak dan menyenangkan, dan bukan sebaliknya, menjadi beban. Umpama suatu saat, atas alasan tertentu, seseorang terpaksa kehilangan kesempatan berjama'ah subuh, maka ia merasa kehilangan sesuatu yang tidak tergantikan.

Itulah ajaran Islam, yaitu dimulai dari hal yang amat sederhana, bangun dari tidur tepat waktu, segera bersuci, shalat subuh berjama'ah di masjid, dan segera bertemu dengan tetangga atau sesama muslim. Manakala ajaran ini dijalankan dengan baik dan menjadi kebiasaan, kultur, bahkan membudaya, maka kiranya tidak akan ada orang yang kehidupannya dirasakan sepi dan atau merasa dikucilkan. Selain itu, maka ber-Islam akan dirasakan menjadi kehidupan yang benar-benar membahagiakan.

Sayangnya, ajaran sederhana tentang bangun dari tidur pada setiap pagi itu masih belum dijalankan sepenuhnya. Buktinya, masih banyak masjid di saat shalat subuh masih minim jama'ah. Bahkan mungkin, atau bisa jadi, shalat subuhnya terlambat. Maka artinya, kenikmatan hidup sehari-hari atas petunjuk ajaran Islam masih belum sepenuhnya berhasil dinikmati atau dirasakan. Wallahu a'lam.

(Author)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up