Seharusnya Agama Hadir Untuk Menyelesaikan Masalah
Prof. Dr. H. Imam Suprayogo Selasa, 17 Maret 2015 . in Dosen . 4498 views

Agama, tidak terkecuali Islam, hadir adalah untuk menyelesaikan masalah. Seringkali disebut bahwa bangsa Arab, sebelum Islam datang, dikenal dengan sebutan zaman jahiliyah, atau zaman kebodohan. Digambarkan ketika itu, bahwa masyarakatnya terdiri atas suku-suku, kabilah-kabilah, dan antar mereka saling berebut pengaruh atau kekuasaan. Peperangan antar suku dianggap sebagai hal biasa. Mereka yang menang menguasai dan bahkan menggangap berhak memiliki yang kalah.

Jual beli orang dianggap hal biasa. Kekayaan bukan saja berupa harta, tetapi juga orang. Perbudakan dianggap lazim dan tidak dianggap hal tercela. Harkat dan martabat manusia disamakan dengan barang dan bahkan binatang. Wanita tidak dihargai dan bahkan bisa diwariskan. Mereka mengakui adanya Tuhan, akan tetapi yang dianggap sebagai tuhan adalah patung buatannya sendiri. Itulah sebabnya, orang menyebut zaman itu sebagai zaman jahiliyah atau zaman kebodohan.

Nabi Muhammad datang dengan ajaran Islam adalah untuk memberikan pencerahan. Suasana kebodohan itu diubah menjadi masyarakat yang beradab. Antar orang, kelompok, atau suku, kabilah, dan lain-lain, semuanya dipersatukan dan diajak untuk saling bersillaturrahmi. Antara yang kaya dan yang miskin dipersatukan dengan konsep berzakat, infaq, shadaqoh, dan lain-lain.

Secara spiritual, umat Islam dipersatukan melalui berbagai kegiatan, misalnya shalat berjama'ah di masjid, shalat jum'at, berpuasa di bulan ramadhan bersama-sama, dan juga haji. Secara intelektual, umat Islam diberikan pedoman berupa kitab suci, yaitu al Qur'an. Kitab yang berisi wahyu yang datang dari Tuhan dan diterima oleh nabi melalui malaikat jibril itu dijadikan bacaan sehari-hari.

Ajaran al Qur'an dan kemudian dimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari itu menjadikan bangsa Arab yang semula disebut sebagai bangsa jahiliyah berubah menjadi bangsa yang beradab. Umat Islam menjadi bersatu, saling menjalin tali sillaturrahmi, saling menghargai, dan bertolong menolong. Kaum Muhajirin dan Anshar yang sebelumnya tidak saling mengenal, akhirnya dipersaudarakan dengan tali keimanan dalam Islam.

Bukti-bukti keberhasilan tersebut hingga kini masih bisa dilihat dan juga dirasakan, yaitu di antaranya pada masyarakat Madinah. Siapa saja yang datang berziarah ke kota nabi ini akan merasakan keindahan masyaraat Islam yang dibangun oleh Raulullah 14 abad yang lalu itu. Namun sebenarnya, pengaruh itu sebenarnya bisa dirasakan di berbagai negara Islam lainnya. Keindahan itu juga tampak dan dapat dirasakan jika berhasil membandingka dengan umpama masyaraat tersebut tidak bersentuhan dengan Islam.

Namun anehnya, dalam perjalanan sejarahnya kemudian, umat Islam sendiri terpecah belah dalam berbagai aliran atau madzhab. Perbedaan dalam penafsiran ajaran Islam sebenarnya, jika disikapi secara benar dan arif, justru akan membawa rakhmat. Akan tetapi, perbedaan itu ternyata berdampak atau mengganggu kebersamaan dan persatuan umat. Saling menyalahkan, atau menganggap bahwa kelompok atau madzhabnya sendiri yang benar tidak bisa dihindari.

Bahkan akhir-akhir ini, di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam , juga muncul berbagai aliran, kelompok, atau organisasi yang tidak gampang dipersatukan. Nabi Muhammad tidak pernah memberi contoh dan mengajarkan tentang perpecahan dan apalagi permusuhan. Akan tetapi umatnya sendiri yang menciptakan perilaku seperti itu. Kelompok-kelompok itu, semakin lama bukan semakin mendekat, melainkan justru sebaliknya, yaitu semakin bertambah jumlahnya.

Persaingan atau kompetisi terjadi bukan antara muslim dan non muslim, melainkan di antara sesama muslim sendiri. Kelompok yang berbeda itu bukan saja antara orang Muhammadiyah yang berkhunut dan shalat Id di lapangan dengan orang NU yang berkhunut dan shalat Id di masjid, tetapi juga terdapat berbagai kelompok lainnya, yaitu misalnya disebut kelompok wahabi, salafi, hisbu tahrir, syi'ah, dan bahkan akhir-akhir ini juga disebut-sebut ada ISIS segala.

Umat Islam agar mampu memberi rakhmat bagi semuanya, maka harus bersaatu. Hanya dengan persatuan itu saja , umat Islam akan menjadi kuat dan kokoh, sehingga kehadirannya akan benar-benar mampu menyelesaikan berbagai masalah kehidupan. Agama hadir bukan dimaksudkan menjadi sumber masalah, melainkan seharusnya justru menjadi kekuatan untuk menyelesaikan dan mengakhiri masalah. Wallahu a'lam.

(Author)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up