Berkali-kali saya datang ke Negara Arab dan bertamu ke rumah orang-orang yang saya kenal. Orang yang saya datangi itu berasal dari berbagai lapisan, dan juga berdomisili di berbagai wilayah. Di antara mereka ada yang menjadi pejabat pemerintah, guru besar dan atau pimpinan perguruan tinggi, pedagang, dan juga petani. Mereka itu bertempat tinggal di beberapa wilayah yang berbeda-beda.
Beberapa wilayah Saudi Arabia yang pernah saya kunjungi, misalnya di Jeddah, Makkah, Madinah, Riyad, Ka'il, Kunfudza, al-Qoshim, dan lain-lain. Dari beberapa kali kunjungan itu saya memperoleh kesan bahwa orang Arab sangat istimewa dalam melayani dan menghormati tamunya. Tatkala ada tamu datang, mereka akan meninggalkan segala urusan pribadinya dan menyambut tamunya.
Tatkala sudah berjanji, mereka menjemput. Begitu bertemu, mereka mengajak bersalaman dengan merangkul erat-erat pertanda kebahagiaannya. Kemudian berulang-ulang mereka menanyakan bagaimana keadaannya, keluarganya, kampusnya, dan juga sampai kepada teman-teman yang mereka hafal namanya. Seakan-akan kita sebagai tamu sudah lupa, hanya selang beberapa waktu, pertanyaan tentang keadaan kita diulang-ulang. Tatkala menyambut tamu, mereka tidak mau berhenti berbicara.
Menghormat tamu rupanya dipandang sebagai kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan. Jika mereka bertempat tinggal di daerah perkotaan, misalnya di Riyad, Jeddah, atau Madinah, tamunya diinapkan di hotel, namun ketika datang waktu makan, mereka mengundang makan di rumahnya. Rupanya orang Arab sangat senang bisa mengundang makan di rumah. Oleh karena itu, jika di suatu wilayah atau di kota ada beberapa orang yang dikunjungi, maka mereka akan mengundang makan di masing-masing rumah mereka secara bergantian.
Riupanya sudah menjadi kebiasaan, dalam menjamu tamu, mereka tidak mau sendirian. Saudara-saudara dan juga tetangganya diajak menyambut dengan makan bersama. Setiap seseorang menjamu tamunya akan datang belasan orang yang diundang untuk makan bersama-sama. Sebagaimana tradisi orang Arab, untuk menjamu tamu, ---makan malam misalnya, harus menyediakan berbagai jenis makanan yang tidak akan mungkin semuanya mampu menghabiskan hidangan yang disediakan.
Hal demikian tersbut rupanya sudah menjadi tradisi, baik yang dilakukan oleh orang-orang yang bertempat tinggal di perkotaan maupun di pedesaan. Tradisi makan bersama-sama bagi orang Arab rapanya belum terlalu banyak berubah. Makan hidangan yang diletakkan dalam satu tempat secara bersama-sama adalah merupakan cara mereka menghormat tamu. Dengan cara itu, semua merasa menjadi sangat akrab. Mungkin saja bagi orang yang belum terbiasa, makan dengan cara seperti itu tidak terlalu merasa enak. Tetapi bagi yang sudah terbiasa akan terasa manfaatnya, yakni di antaranya, hubungan antar sesama menjadi amat dekat.
Hal yang membedakan dalam menerima tamu dengan kebiasaan orang di Indonesia, orang Arab biasanya memisahkan antara tamu laki-laki dan perempuan. Antara tamu laki-laki dan tamu perempuan selalu dipisahkan. Tamu laki-laki dijamu oleh tuan rumah laki dan sebaliknya, tamu perempuan dengan perempuan. Demikian pula, orang Arab memiliki tradisi, membuat pintu rumah secara berbeda, antara pintu masuk tamu laki-laki dan pintu masuk tamu perempuan.
Orang Arab juga sangat dermawan, mereka suka membantu terutama untuk kepentingan perjuangan umat. Sewaktu awal memimpin UIN Malang, saya banyak mendapatkan bantuan uang dan juga buku-buku dari orang Arab yang saya kenal. Tatkala program pengembangan Bahasa Arab di UIN Malang masih baru, dan pemerintah belum menyediakan anggarannya, maka biaya untuk gaji dosen dan pembelian buku Bahasa Arab sebagai pegangan mahasiswa dicukupi oleh orang Arab yang bersimpatik pada perguruan tinggi Islam yang saya pimpin.
Tulisan singkat ini saya maksudkan untuk memberikan keseimbangan tentang kesan yang diberikan oleh pelayan migrasi di airport yang kadang dirasakan kurang memuaskan. Orang Arab ketika menerima tamu di rumah-rumah pribadi sebenarnya amat bagus. Mereka sangat menghormati tamu dari manapun datangnya. Ajaran Islam yang mengatakan bahwa menghormati tamu adalah bagian dari keimanan seseorang, terasa sekali masih dijadikan pegangan di lingkungan keluarga orang-orang Arab. Wallahu a'lam