Mengharapkan Kualitas Pendidikan Islam
Prof. Dr. H. Imam Suprayogo Minggu, 10 Juli 2016 . in Dosen . 2093 views

Semua orang Islam menghendaki agar pendidikan Islam menjadi yang terbaik, atau berkualitas. Ilmu yang dikembangkan oleh lembaga pendidikan dimaksud bersifat komprehensif dan sempurna, yaitu meliputi ilmu untuk bekal kehidupan di dunia maupun di akherat kelak. Mereka yang belajar di lembaga pendidikan Islam digambarkan bahwa di tangan kanannya memegang kitab suci, sementara itu di tangan kirinya buku-buku ilmiah dan panduan untuk mengembangkan ketrampilan. Dalam bahasa lainnya bahwa antara nalar, hati, dan ketrampilannya dikembangkan secara bersama-sama dan seimbang. Tentu beban itu berat, tetapi hasilnya cukup dijadikan bekal hidup, baik di dunia maupun di akherat.

Harapan ideal itu sebenarnya sudah terbukti bisa dijangkau dan dicapai. Di Indonesia tidak sedikit tokoh yang menguasai sumber ajaran Islam, yaitu al Qur'an dan hadits nabi tetapi mereka sebagai seorang dokter, ahli fisika, kimia, biologi, sosiolog, sejarawan, ahli di bidang teknologi, dan lain-lain. Mereka yang memiliki kekayaan ilmu sebagaimana digambarkan itu, ternyata banyak yang belajar di pesantren dan merangkap di sekolah umum, atau perguruan tinggi. Akhirnya, mereka dikenal sebagai seorang ulama dan sekaligus intelektual. Untuk memperoleh kemampuan dimaksud, para siswa atau mahasiswa sendiri yang berinisiatif, dan bukan berasal dari konsep yang dirancang oleh lembaga pendidikan sendiri.

Sekarang ini sebenarnya sudah mulai ada lembaga pendidikan yang sangat mungkin melahirkan sosok lulusan yang memiliki kemampuan ideal sebagaimana digambarkan di muka. Lembaga pendidikan dimaksud melengkapi sekolah atau kampusnya dengan ma'had, atau pesantren. Keberadaan pesantren dipandang sebagai penyempurna untuk meraih kualitas yang diharapkan. Melalui konsep pendidikan dimaksud, para siswa atau mahasiswa, selain akan menguasai ilmunya, juga berpeluang mengembangkan kemampuan memahami sumber ajaran Islam yaitu al Qur'an dan Hadits Nabi, dan bahkan juga membangun kultur kehidupan Islam sehari-hari.

Namun konsep ideal dimaksud ternyata tidak selalu mudah diimplementasikan, oleh karena tidak saja membutuhkan tenaga pengajar yang berkualitas, sarana dan prasarana pendidikan yang memadai, tetapi yang tidak kurang pentingnya lagi adalah adanya semangat dari para siswa atau mahasiswa yang sedang belajar di lembaga pendidikan itu. Apapun hebatnya konsep dan juga ketersediaan semua unsur pendukung pelaksanaan pendidikan yang diperlukan, manakala mereka yang belajar tidak memiliki semangat dan etos yang kuat, maka juga tidak akan melahirkan kualitas sebagaimana dicita-citakan.

Melahirkan kualitas hasil pendidikan, tidak terkecuali pendidikan Islam, ternyata tidak mudah. Ada berbagai aspek yang bisa diusahakan untuk dipenuhi, tetapi ada pula hal-hal mendasar yang seakan-akan tidak bisa direkayasa. Apalagi, pada akhir-akhir ini, pendidikan tidak bisa dijalankan dengan semata-mata menggunakan logika pendidikan. Banyak hal yang harus diperhatikan, baik oleh kepala sekolah, guru, dan tenaga lainnya dalam melaksanakan pendidikan. Mengikuti logika pendidikan, guru seharusnya memiliki kebebasan dalam melakukan tugasnya. Akan tetapi, tugas-tugas guru ternyata dibatasi oleh berbagai aturan, tuntutan, dan undang-undang sehingga menjadikan mereka tidak bisa menjalankan tugas seleluasa mungkin.

Akibat adanya berbagai aturan tersebut, pendidikan menjadi terasa aneh, yaitu misalnya ada guru takut dengan murid, ketakutan pada orang tua, khawatir dianggap melanggar HAM, resiko hukum yang tidak mudah dihadapi, dan lain-lain. Maka, untuk meraih kualitas hasil pendidikan, ----tidak terkecuali pendidikan Islam, ternyata tidak mudah. Akibat berbagai macam beban dan resiko tersebut, akhirnya banyak pelaku pendidikan memilih zone aman, tidak ada kreatifitas, dan celakanya lagi, orang tidak lagi berpikir kualitas melainkan sekedar melakukan apa yang secara formal menjadi tugasnya. Padahal jika keadaan seperti digambarkan tersebut berjalan dalam waktu lama, maka jangan berharap lahir kualitas yang diharapkan. Ruh pendidikan akan menjadi mati. Memang, kegiatan pendidikan masih kelihatan ada, akan tetapi ruh atau hakekat yang sebenarnya sudah menjadi tidak ada lagi. Wallahu a'lam

(Author)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up