Mengembangkan usaha di bidang ekonomi atau bisnis bukan perkara mudah. Kesulitannya bukan saja terletak pada memilih jenis usaha, mendapatkan modal, menemukan tenaga terampil dan sekaligus berintegritas, tetapi juga harus memenangkan dalam persaingan. Jumlah pengusaha sedemikian banyak, semuanya menginginkan sukses. Sementara itu, berbagai hal terkait dengan pengembangan usaha selalu terbatas. Oleh karena itu, ----mau tidak mau, pengusaha selalu terlibat pada persaingan dan atau berkompetisi.
Untuk memenangkan persaingan, juga tidak saja diperlukan keuletan dan kecerdasan, tetapi juga kecerdikan. Dalam perbincangan sehari-hari, sering disebut-sebut ada orang cerdas, tetapi masih kurang cerdik. Sebutan cerdik menggambarkan kemampuan bersiasat dan atau berstrategi, termasuk juga dalam berbisnis. Orang yang lugu, peragu, dan serba kasihan pada orang lain, maka akan kalah. Siapapun yang ingin sukses dalam berekonomi atau berbisnis harus menggunakan logika bisnis.
Banyak orang berlatar belakang pendidikan ekonomi dan atau bisnis tetapi tidak berhasil mengembangkan bisnisnya. Demikian pula banyak orang telah berkali-kali mengikuti kursus bisnis, tetapi setumpuk sertifikat yang dimiliki, ternyata belum mampu mengantarkannya menjadi sukses atas usahanya. Seolah-olah, pengetahuan dan kepintaran yang diperoleh, baik melalui lembaga pendidikan maupun kursus yang diikuti, belum membawa hasil.
Sebaliknya, tidak sedikit pula, orang yang tidak pernah mengenyam pendidikan atau kursus berekonomi atau berbisnis, tetapi ternyata sukses dalam mengembangkan usahanya. Banyak pengusaha sukses yang tidak memiliki latar belakang pendidikan dan juga pengalaman berkursus. Usahanya berhasil dikembangkan dari modal pengalaman hidupnya. Seseorang yang lama terjun di bidang usaha, ----sebagai pekerja atau buruh misalnya, pada akhirnya sukses. Pengalamannya yang diperoleh dijadikan modal berusaha sendiri, dan ternyata kemudian berhasil.
Belajar dari kenyataan tersebut, dalam mengembangkan usaha atau berbisnis yang diperlukan bukan saja pengetahuan, tetapi adalah pengalaman dan bahkan yang tidak kurang pentingnya lagi adalah jiwa berbisnis. Pengalaman tidak bisa diperoleh melalui ruang kuliah atau lembaga kursus. Apalagi, adalah jiwa berbisnis itu. Keduanya harus dikembangkan melalui kegiatan nyata, yaitu terjun langsung ke dalam kehidupan ekonomi atau bisnis. Mengikuti kegiatan yang sebenarnya juga akan diperoleh pengetahuan, pengalaman, strategi memenangkan persaingan, dan juga jiwa berusaha atau berbisnis.
Pada akhir-akhir ini, banyak lembaga pendidikan pesantren sudah mulai menyadari betapa pentingnya mengembangkan ekonomi dan juga berbisnis. Di alam modern seperti sekarang ini, siapapun tidak mungkin melalaikan atau meninggalkan kehidupan ekonomi. Setiap orang harus mandiri dan atau mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Demikian pula para santri di lembaga pendidikan pesantren, setelah mereka dinyatakan lulus dan terjun ke tengah masyarakat, mereka harus mampu mengembangkan ekonominya.
Terkait berbisnis, siapapun yang kuat, mereka itulah yang menang, tanpa melihat latar belakang sosial dan juga pendidikannya. Oleh karena itu, para santri juga harus berbekal pengetahuan, pengalaman, kemampuan bersaing, dan bahkan membekali dirinya dengan jiwa berusaha. Sekedar berbekalkan tanda lulus atas dasar hasil evaluasi yang dilakukan sebagaimana yang dikenal selama ini, jelas tidak akan mampu memenangkan persaingan dalam berbisnis. Kehebatan seseorang dalam bernbisnis tidak cukup diketahui dari kemampuan menjawab soal-soal di ruang ujian, tetapi justru yang terpenting adalah kemampuan menjawab soal-soal yang muncul atau berada di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Wallahu a'lam