Kehidupan bersama akan menjadi tetap stabil dan damai jika tidak ada orang tamak yang selalu melahirkan kesenjangan yang berlebih-lebihan. Oleh karena itu para pengamat sosial, tatkala melihat ada persoalan yang terjadi di tengah masyarakat, mereka segera mengatakan bahwa sebabnya adalah kesenjangan. Kesenjangan akan melahirkan penyakit hati, seperti dengki, iri hati, hasut, kesombongan, dan sebagainya.
Akan tetapi manusia juga selalu memiliki keinginan untuk meraih kelebihan dibanding yang lain. Siapa saja ingin menjadi lebih kaya, lebih pintar, lebih berpengaruh, lebih berkuasa, lebih terkenal, dan seterusnya. Sekalipun kesamaan dan kebersamaan adalah dipandang baik dan mulia, tetapi nilai mulia tersebut pada kenyataannya tidak selalu diperjuangkan. Hal itu disebabkan setiap orang menginginkan berbeda dan melebihi dari yang lain.
Keinginan berbeda dan berlebih tersebut kadang terlalu berlebihan atau di luar batas. Keadaan yang demikian itu disebut tamak. Mengejar kekayaan hingga berlebih-lebihan, dan tidak memperhatikan orang lain yang juga membutuhkannya akan mengganggu kehidupan bersama. Seseorang sekalipun hartanya sudah sangat berlebih tidak pernah berhenti mencarinya. Keinginannya menumpuk harta tidak terbatas. Itulah yang disebut dengan tamak.
Tamak tidak saja terhadap harta, tetapi juga pada jabatan, kekuasaan, pengaruh, pangkat, dan sebagainya. Orang yang memiliki sifat tamak ketika diberi atau memperoleh apa dan berapa saja tidak pernah merasakan cukup. Sudah barang tentu, sifat itu tidak saja membahayakan terhadap diri yang bersangkutan, tetapi lebih-lebih terhadap orang lain. Banyak orang tamak di dunia ini, hidupnya berakhir dengan kenistaan.
Penyakit tamak, gejalanya dapat dilihat sehari-hari dengan mudah. Orang yang sudah memiliki ribuan hektar kebun, tetapi justru semakin bersemangat menambahnya. Tabungannya sudah tidak terhitung, tetapi masih merasa kurang, oleh karena melihat ada orang lain memiliki lebih. Sudah sekian lama seseorang berkuasa tetapi masih saja berebut dan mencari jabatan yang lebih tinggi lagi. Mereka tidak sadar bahwa kebutuhan, umur, dan bahkan hidup itu sendiri sebenarnya adalah terbatas.
Berbagai persoalan yang muncul pada akhir-akhir ini, seperti terjadinya konflik, permusuhan, intoleran, curiga mencurigai, saling mengkriminalkan, kesenjangan, dan lain-lain adalah bersumber dari adanya orang-orang tamak secara leluasa berusaha memenuhi keinginannya. Oleh karena itu, cara menyelesaikannya adalah mengendalikan orang tamak dimaksud. Pemerintah melalui undang-undang, peraturan, atau lainnya seharusnya tampil dengan tegas untuk membatasi atau mengendalikannya.
Manakala orang tamak menjadi liar, bebas melakukan apa saja, tanpa ada kendali, maka akibatnya akan mengganggu harmoni kehidupan bersama. Orang tamak bagaikan binatang buas, yakni memangsa apa saja. Oleh karena itu, bagaikan binatang buas pula, mereka seharusnya dijinakkan. Keberadaan mereka harus diarahkan dan dikendalikan agar tidak terlalu mengganggu orang lain. Kedamaian hanya akan terjadi jika orang tamak dibatasi, sehingga mereka tidak secara leluasa mengembangkan ketamakannya. Wallahu a'lam