Melihat Dan Memahami Orang Lain
Prof. Dr. H. Imam Suprayogo Rabu, 14 Desember 2016 . in Dosen . 11859 views

Sikap yang terbangun terhadap orang lain kiranya selalu mendasarkan pada bagaimana mereka dilihatnya. Jika orang lain dimaksud dipandang memiliki potensi yang dapat dikembangkan dan menguntungkan, maka mereka akan diperlakukan secara positif. Kehadirannya akan dianggap perlu dan bahkan dibutuhkan. Sebaliknya, jika orang lain dimaksud dianggap tidak bisa memberi apa-apa, merugikan, dan mengancam dirinya, maka akan dihindari dan bahkan akan dimusuhi.

Setiap orang selalu bersifat dinamis, artinya masih dapat berubah dan atau diubah. Anjuran dilakukannya berdakwah misalnya, adalah memberikan pengertian bahwa setiap orang bisa diubah itu. Manakala semua orang tidak bisa diubah, maka untuk apa dilakukan dakwah. Berdakwah akan menjadi percuma, oleh karena setiap orang tidak bisa dipengaruhi. Berdakwah dilakukan atas dasar keyakinan bahwa manusia bersifat dinamis. Betapapun kerasnya, manusia masih dapat berubah-ubah.

Setiap orang sebenarnya selalu memiliki potensi atau kelebihan yang dapat diambil manfaatnya. Namun potensi dimaksud tergantung bagaimana mereka itu dilihat, dipahami dan kemudian dimanfaatkan. Manakala seseorang terlanjur ditempatkan atau diposisikan sebagai pihak yang mengganggu, maka akan benar-benar menjadi penganggu. Sebaliknya, jika seseorang dipandang memiliki potensi dan diperlakukan secara tepat, maka potensi itu akan benar-benar dapat diwujudkan.

Oleh karena itu, keberadaan seseorang adalah selalu tergantung bagaimana mereka dilihat dan diperlakukan. Siapa saja ketika dihargai, dihormati, dan digembirakan, maka juga akan berbalik memberikan sesuatu yang berharga dan perlakuan positif. Demikian pula sebaliknya. Orang yang dipandang rendah atau sebagai musuh, sehingga keberadaannya dianggap mengganggu, merugikan, membahayakan, dan sejenisnya, maka yang bersangkutan juga akan memposisikan diri sebagaimana label yang diberikan kepadanya.

Rumusan tersebut terasa sangat sederhana, tetapi ternyata tidak semua orang berhasil menangkap dan memahaminya. Tidak sedikit orang yang hanya sekedar berbeda suku, adat istiadat, dan juga agama, dipandang tidak memiliki potensi yang dapat dimanfaatkan. Mereka beranggapan bahwa hanya orang-orang yang memiliki kesamaan dengan dirinya, dipandang berpotensi untuk diajak melakukan kegiatan bersama. Padahal, kenyataannya tidak selalu seperti itu. Orang-orang yang memiliki kesamaan sekalipun sebenarnya sangat mungkin keberadaannya merugikan dan bahkan mencelakakan

Terkait dengan cara pandang terhadap seseorang, berikut contoh yang mungkin dipandang tepat sekalipun agak ekstrem. Di sekitar lingkungan kampus UIN Malang, dulu terdapat orang yang sakit jiwa. Sehari-hari, sekalipun tidak mengganggu, ia berlari-lari di sekitar kampus dengan pakaian seadanya. Melihat orang yang tidak beres itu, saya meminta kepada staf agar mendekati orang gila dimaksud dan memberikan kepadanya pekerjaan, yaitu agar sehari-hari membersihkan sungai yang ada di depan kampus. Orang yang selama itu dianggap kurang normal tersebut, ternyata bisa mengerjakan pekerjaan yang sangat diperlukan, yaitu bersih-bersih.

Hasilnya, bukan saja lingkungan di depan kampus menjadi bersih, tetapi orang yang semula dikenal sakit jiwa tersebut, lama kelamaan menjadi semakin sembuh dan normal. Merasa diakuai, bahwa dirinya bisa bekerja, memberi sesuatu, dapat menyelesaikan pekerjaan, maka orang gila pun lama kelamaan menjadi sehat. Tentu, apalagi terhadap orang normal, manakala mereka dilihat secara positif, dipandang memiliki potensi dan kelebihan, selanjutnya kelebihan itu dimanfaatkan, maka kelak yang bersangkutan akan menjadi baik. Seseorang menjadi baik dan atau sebaliknya menjadi buruk, adalah tergantung dari bagaimana mereka dilihat, diakui, dan diperlakukannya. Wallahu

(Author)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up