Betapapun perguruan tinggi adalah sebagai lembaga pendidikan. Oleh karena itu, para dosen juga harus melakukan peran-peran sebagai pendidik. Namun selain peran itu, mereka sebenarnya masih dituntut lagi tanggung jawab yang tidak kurang strategisnya, yaitu sebagai seorang ilmuwan dan sekaligus juga cendekiawan. Tidak mungkin, pengajar atau pendidik di perguruan tinggi hanya melakukan peran sebagai pengajar para mahasiswanya.
Ilmu pengetahuan selalu berkembang, dan bahkan perkembangan itu semakin cepat, sehingga tidak mungkin para dosen, tanpa mengikuti laju perkembangan itu, berhasil melakukan tugas sebaik-baiknya. Para dosen yang tidak mengembangkan dirinya melalui kegiatan penelitian, dan atau kajian-kajian sesuai bidangnya, maka akan ketinggalan. Ilmunya akan tampak usang dan akan dipandang tidak relevan lagi dengan tuntutan zaman. Jika tenaga mereka itu masih digunakan maka sebenarnya hanya sebatas untuk memenuhi tuntutan formal, dan akibatnya institusi maupun mahasiswanya akan terugikan.
Kebesaran perguruan tinggi di mana-mana akan dilihat dari kualitas dan produktifitas para dosennya, dan bukan dari ukuran lainnya. Gedung perkantoran, ruang kuliah, dan bahkan keindahan tamannya adalah penting, tetapi tidak sepenting dosennya. Tanpa ada dosen yang berkualitas, sekalipun gedung kampusnya tampak besar dan gagah, tidak akan memiliki makna apa-apa. Oleh karena itu, upaya meningkatkan kualitas dosen adalah jauh lebih penting dari sekedar memperindah lingkungan kampus.
Meningkatkan kualitas dosen bisa ditempuh lewat berbagai cara, misalnya dengan mengirim mereka berstudi lanjut, memberi peralatan untuk menunjang kegiatannya, memberi peluang untuk mengikuti seminar atau pertemuan ilmiah di berbagai tempat, melakukan studi banding ke berbagai tempat, memberikan biaya penelitian dan atau penulisan buku, dan bahkan jika memungkinkan, memberikan fasilitas perumahan dan berbagai kelengkapannya.
Para ahli pendidikan selalu berpendapat bahwa peran guru atau dosen dalam pendidikan atau dalam pengembangan ilmu sedemikian penting dan strategis, tetapi tatkala harus memenuhi kebutuhannya selalu disebut-sebut anggarannya tidak cukup. Padahal sebenarnya, kualitas pendidikan hanya ditentukan oleh dua pihak, yaitu guru dan murid. Manakala kedua pihak itu diurus sehingga mampu menjalankan tugas dan perannya secara maksimal, maka kualitas hasil pendidikan juga akan menjadi maksimal. Namun lagi-lagi sayangnya, tidak semua institusi pendidikan memandang dan atau menempatkan guru dan atau dosen pada tempat yang seharusnya itu.
Pemenuhan fasilitas untuk para dosen seringkali terlupakan. Sebagai contoh sederhana, hampir di semua perguruan tinggi, dianggap aneh jika pimpinannya tidak memiliki fasilitas mobil. Dan sebaliknya, justru diangap berlebih-lebihan, jika dosennya diberi fasilitas itu. Memenuhi kebutuhan para pimpinan dirasa lebih mudah oleh karena jumlahnya sedikit, dan begitu pula sebaliknya, terhadap para dosennya. Akan tetapi, sebagai lembaga pendidikan, justru para dosenlah yang akan memberikan apa yang dicari oleh para mahasiswanya. Manakala dosennya berkembang menjadi hebat, maka para mahasiswa juga akan mengikutinya.
Menempatkan dosen pada posisi strategis adalah sama artinya dengan meningkatkan kualitas pendidikan itu sendiri. Dosen bukan sekedar alat, instrumen, atau pihak-pihak yang perannya sebatas pelengkap, tetapi mereka itulah yang sebenarnya justru didatangi oleh para mahasiswa untuk digali ilmu, pengalaman, wawasan, dan semangatnya. Kurang memperhatikan kepada para dosen tidak saja berpengaruh pada kualitas hasil pendidikan, tetapi juga akan melahirkan sikap-sikap dosen yang tidak produktif. Misalnya, mereka bukan bercita-cita menjadi dosen yang hebat, melainkan hanya sekedar berharap, yaitu kapan menjadi pejabat di kampus. Akibatnya posisi itu di mana-mana selalu diperebutkan, yang sebenarnya sebagai dampak dari cara pandang terhadap dosen yang masih belum semestinya. Wallahu a'lam