Semua orang menganggap bahwa pendidikan karakter itu penting dan harus dijalankan sebaik-baiknya. Setiap orang seharusnya berkarakter. Tanpa menyandang karakter yang baik, maka apapun yang dimiliki oleh seseorang tidak akan ada gunanya. Kepintaran, kekayaan, jabatan atau lainnya, jika pemiliknya tidak berkarakter maka tidak akan memiliki arti atau makna apa-apa.
Pertanyaannya adalah bagaimana menanamkan dan memelihara karakter, tidak terkecuali di lembaga pendidikan, ternyata belum ditemukan konsep yang sempurna. Apa yang dilakukan oleh banyak orang, termasuk oleh lembaga pendidikan, sebenarnya masih serba mencoba-cba.
Orang menganggap bahwa, untuk memelihara karakter, yang perlu diperbaiki adalah kurikulumnya, tenaga pengajarnya, mengimplementasikan konsep boarding school, menambah jumlah jam mata pelajaran agama, dan lain-lain. Berbagai pendekatan tersebut sebenarnya telah dicobanya, tetapi masing-masing itu ternyata hasilnya dirasakan belum maksimal.
Membuat seseorang menjadi pintar, sekalipun tidak mudah, ternyata masih dapat dilakukan. Hal itu berbeda ketika menjadikan orang berkarakter atau membuat semakin baik. Perilaku orang bersumber dari kekuatan yang ada di dalam hati yang bersangkutan. Sementara itu, orang lain tidak akan mampu mempengaruhi atau mengubahnya.
Oleh karena apa yang dimaksudkan itu bersumber dari kekuatan yang ada di dalam hati, maka yang bisa mengubahnya adalah dirinya sendiri. Dengan demikian, pendidikan karakter sebenarnya hanya untuk menstimulasi, agar seseorang mau mengubah dirinya sendiri atau mampu mempertahankan sifat-sifat baik yang telah dimilikinya.
Dalam perspektif al Qur'an, karakter dapat diperbaiki melalui cara sederhana, yaitu shalat. Disebutkan bahwa, shalat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Juga disebut sebagai beruntung bagi orang yang mensucikan jiwanya dengan mengingat Allah dan Shalat. Manusia diciptakan dalam keadaan berkeluh kesah, jika ditimpa kesusahan akan berputus asa dan jika mendapatkan keuntungan akan bakhil, kecuali orang yang shalat.
Oleh karena itu untuk memperbaiki apa yang ada di dalam hati dapat ditempuh dengan cara shalat. Namun pada kenyataannya, banyak orang yang sudah menunaikan shalat, tetapi masih juga melakukan perbuatan yang tidak terpuji, misalnya menipu, berbohong, khianat, hasut menghasut, memfitnah, dan juga korupsi. Maka, apa sebenarnya yang masih keliru dari semua itu.
Jika dipelajari secara saksama, ternyata shalat yang dimaksud adalah shalat khusu', yaitu shalat yang dilaksanakan hingga menjadikan yang bersangkutan yakin bertemu dengan Tuhan. Pertemuan dengan Tuhan tentu harus berada di tempat yang ditentukan. Shalat sebagai wahana bertemu dengan Tuhan harus dilakukan di tempat terpilih, yaitu di tempat persembahan.
Orang yang sedang menjalankan shalat tidak saja harus menghadap kiblat, tetapi hatinya harus merasa berada di tempat arah kiblat itu. Akhirnya, dengan cara demikian itu, diperolehlah shalat khusu' dimaksud. Orang yang menjalankan shalat khusu', maka apa yang ada di dalam hatinya akan sehat dan karakternya menjadi selalu terpelihara. wallahu a'lam