Menjadi Pribadi Pintar Sekaligus Baik
Prof. Dr. H. Imam Suprayogo Sabtu, 31 Desember 2016 . in Dosen . 3750 views

Semua orang dipastikan menghendaki agar anak-anaknya menjadi pintar dan sekaligus baik. Pintar saja tanpa dikuti oleh perilaku yang baik, atau berakhlak mulia, maka kepintarannya tidak akan ada gunanya. Demikian pula, berakhlak mulia tetapi tidak pintar, maka yang bersangkutan tidak akan berhasil berbuat sesuatu yang dibutuhkan oleh dirinya sendiri dan apalagi orang lain. Idealnya, keduanya, yaitu pintar dan sekaligus menjadi orang baik.

Menjadikan orang semakin pintar, sekalipun tidak mudah, tetapi masih dapat diusahakan. Lembaga pendidikan yang berkualitas mampu mengantarkan para siswa atau mahasiswanya menjadi orang yang pintar dan berkeahlian. Berbagai bidang keahlian, misalnya ahli ekonomi, pertanian, peternakan, perdagangan, pendidikan, administrasi, hukum, dan lain-lain adalah lahir dari lembaga pendidikan. Artinya lembaga pendidikan mampu mencetak orang-orang pintar dan berkeahlian.

Persoalannya adalah bagaimana menjadikan orang semakin baik, ternyata tidak mudah. Selama ini belum ada pihak-pihak yang berani mengklaim mampu menjadikan orang semakin baik. Menjadi baik tidk semudah menjadikan orang pintar. Agar seseorang menjadi pintar, mereka diajari matematika, ilmu alam, ilmu sosial, humaniora, dan sejenisnya. Sedangkan untuk menjadi orang baik seharusnya diajari tentang kebaikan, akhlkak, budi pekerti, dan juga agama. Namun betapa banyak orang mengerti tentang kebaikan, budi pekerti, dan juga agama tetapi ternyata yang bersangkutan belum mampu berbuat baik.

Sebagai contoh sederhana, betapa banyak orang yang terkena kasus hukum dan akhirnya dipenjara, padahal mereka diyakini sangat mengerti tentang baik dan buruk, benar dan salah, terpuji dan tercela, dan seterusnya. Pengetahuan tidak menjamin seseorang berbuat sebagaimana seharusnya. Banyak ditemukan seseorang berbuat tidak mendasarkan pada pengetahuannya tetapi justru berlawanan dari apa yang diketahuinya. Oleh karena itu, pasti masih ada kekuatan lain yang menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu yang baik atau buruk, benar atau salah.

Agar seseorang bersedia melakukan kebaikan, ada beberapa pendekatan, misalnya dengan pendekatan hukum, undang-undang, peraturan, diperankan atau juga dengan pemberian hadiah atau uang. Melalui hukum, undang-undang, dan peraturan seseorang dipaksa untuk melakukan sesuatu atau meninggalkannya. Demikian pula seseorang diperankan pada posisi tertentu agar berbuat sebagaimana peran yang disandangnya. Selain itu, agar seseorang berperilaku sebagaimana yang diharapkan, maka diberikan upah, penghargaan, atau hadiah. Namun usaha-usaha yang dimaksudkan tidak mampu bertahan kecuali diikuti dengan kontrol atau pengawasan. Jika kontrol atau pengawasan tidak ada lagi, maka perilaku seseorang akan kembali, mengikuti suara hatinya.

Suara hati tumbuh dari iman yang ada pada diri yang bersangkutan. Sedangkan iman itu sendiri bukan produk dari manusia, melainkan merupakan petunjuk dari Tuhan. Itulah sebabnya, seseorang selalu dianjurkan agar memohon petunjuk dimaksud, atau taufiq dan hidayah. Menyangkut petunjuk adalah berada pada wilayah Allah dan Rasul-Nya. Seseorang hanya memiliki peluang untuk berusaha dengan cara memohon kepada-Nya. Caranya adalah selalu berusaha membersihkan hati, yaitu dengan ingat Allah dan shalat.

Menjadikan hati semakin baik adalah bukan urusan manusia. Pendidikan tidak mampu menjangkau pada urusan dimaksud. Kegiatan pendidikan hanya mampu menjadikan seseorang bertambah pintar dan terampil. Itulah wilayah atau tugas pendidikan yang sebenarnya dan tidak lebih dari itu. Oleh karena itu, jika melalui pendidikan, seseorang tidak berhasil menjadi pintar dan terampil, maka sebenarnya tidak ada yang diperoleh dari kegiatan itu. Sedangkan jika kedua-duanya yang diinginkan, yaitu menjadi pintar dan sekaligus baik, maka kedua pendekatan tersebut seharusnya dilalui. Menjadi pintar adalah urusan pendidikan, sedangkan menjadi berakhlak baik adalah urusan pribadi, yaitu oleh yang bersangkutan sendiri, memohon kepada Allah dan Rasul-Nya. Wallahu a'lam

(Author)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up