Musuh Sebenar-benarnya Musuh
Prof. Dr. H. Imam Suprayogo Rabu, 21 Desember 2016 . in Dosen . 9051 views

Dalam kehidupan sehari-hari tidak mungkin seseorang tidak memiliki musuh. Manakala musuh itu diartikan sebagai sesuatu yang mengganggu, merugikan, atau mencelakakan, maka setiap orang pasti memiliknya. Musuh yang dimaksudkan itu tidak selalu berada di luar, tetapi justru terdapat pada dirinya sendiri, yaitu berupa sifat-sifat buruk, semisal iri hati, dengki, takabur, bakhil, hasut, pemarah, dan sejenisnya.

Semua keburukan yang berakibat merugikan dan bahkan mencelakakan seseorang sebenarnya berasal dari dirinya sendiri. Seorang yang memiliki sifat pemalas, sekalipun yang bersangkutan pintar dan cerdas, maka kecerdasannya itu tidak akan banyak memberi manfaat. Sifat pemalas menjadikan seseorang tidak mau bekerja, sehingga tidak akan memperoleh apa-apa.

Sebagai contoh sederhana, seorang mahasiswa yang menyandang sifat pemalas, sekedar mengerjakan tugas-tugas akademik, seperti menyusun skripsi, thesis, disertasi, tidak kunjung selesai, akibatnya studinya gagal. Bahkan sebagai dosen sekalipun, oleh karena malas, yang bersangkutan tidak pernah menulis buku, jurnal, dan lain-lain, menjadikan tidak pernah naik pangkat. Sebab sebagai syarat seorang dosen dapat naik pangkat adalah memiliki karya ilmiah.

Sifat malas merupakan penyakit yang dapat menimpa siapa saja. Penyakit itu tidak mudah disembuhkan. Orang yang sudah tidak memiliki semangat menyelesaikan suatu pekerjaan, ----oleh karena malas itu, maka sedemikian berat memulai pekerjaannya. Bahkan shalat malam, bagi siapapun memandang baik dan mulia, tetapi lagi-lagi oleh karena kemalasan, pekerjaan mulia itu tidak pernah dijalankan.

Contoh musuh lainnya yang ada pada diri seseorang adalah hasut. Orang yang berpenyakit hasut, tatkala melihat orang lain berhasil atau memperoleh keuntungan, maka hatinya menjadi sakit. Siapa saja yang berpenyakit hasut, tidak akan rela orang lain memperoleh keuntungan. Berbagai cara dilakukan agar keuntungan dimaksud tidak jatuh pada orang lain.

Penyakit hasut biasanya akan bertambah dengan penyakit lainnya, misalnya permusuhan, menghibah, merendahkan, memfitnah, dan lain-lain. Tatkala seseorang sudah tidak menyukai orang lain, maka apa saja dilakukan. Padahal dengan menjatuhkan orang lain, maka dirinya sendiri juga akan merugi. Waktu, tenaga, dan hartanya menjadi habis hanya untuk membiayai berbagai upaya menjatuhkan orang lain dimaksud.

Seharusnya semua orang memahami bahwa sumber malapetaka kehidupan itu justru berada pada dirinya sendiri. Jika pada hati seseorang dipenuhi oleh penyakit seperti disebutkan di muka, yaitu iri hati, dengki, takabur, permusuhan, fitnah, marah, bakhil, emosional, dan semacamnya, maka kebahagiaan yang diharapkan tidak pernah akan terwujud. Oleh karena itu benar bahwa musuh paling besar bagi seseorang, adalah berasal dari dirinya sendiri.

Berbagai perilaku buruk seperti kebohongan, menipu, membunuh, mencuri hingga menjadi koruptor adalah oleh karena di dalam diri seseorang terjangkit penyakit hati. Siapapun tidak akan melakukan korupsi seumpama pada hati yang bersangkutan selalu sehat. Selain itu, seseorang juga tidak akan menyakiti orang lain jika hatinya sedang dalam keadaan sehat. Semua penyakit hati akan menjadi musuh terhadap dirinya sendiri. Oleh karena itu, musuh bagi setiap orang yang sebenarnya adalah selalu berada pada dirinya masing-masing. Wallahu a'lam

(Author)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up