Orientasi Pendidikan : Dari Bersaing Ke Bekerjasama
Prof. Dr. H. Imam Suprayogo Minggu, 25 Desember 2016 . in Dosen . 4437 views

Selama ini untuk memacu prestasi para siswa di antaranya adalah lewat persaingan. Dalam bersaing, para siswa tidak dibolehkan untuk bekerjasama. Masing-masing siswa harus bekerja sendiri-sendiri. Dalam persaingan, sesama teman dipandang sebagai lawan, tidak boleh melampaui dirinya. Siapapun yang unggul, dialah pemenangnya. Selainnya adalah pihak yang kalah.

Dalam berkompetisi, mereka yang menang akan dianggap juara dan mendapatkan penghargaan. Oleh karena itu, siapapun berusaha menang dan mengalahkan yang lain. Kemenangan bukan semata membuat dirinya bahagia, tetapi juga orang-orang dekatnya, terutama adalah keluarga dan orang tuanya sendiri.

Ketika sedang bersaing, orang lain dipandang sebagai pihak yang mengganggu dan bahkan musuhnya. Oleh karena itu tidak akan terjadi kerjasama. Di sekolah, agar di antara siswa tidak bekerjasama, menyontek, menyiapkan kunci jawaban, dan lainnya, maka setiap ujian selalu dijaga ketat. Akhir-akhir ini, untuk menghindari penyimpangan tersebut, pelaksanaan ujian menggunakan komputer. Melalui alat modern itu, diharapkan perilaku menyimpang di dalam ujian agar dapat dikurangi dan bahkan dicegah.

Selama ini hal yang belum dipikirkan adalah dampak dari orientasi persaingan itu. Oleh karena orang lain dianggap pesaing, kompetitor dan bahkan musuh, maka menumbuhkan kasih sayang, solidaritas, dan kerjasama dan sejenisnya, menjadi tidak mudah. Antar pesaing tidak akan saling membantu, dan jika perlu adalah berusaha saling menjatuhkan. Suasana seperti itu, adalah sangat mungkin menjadi sebab terjadinya permusuhan. Tawuran di antara para siswa bisa jadi tumbuh dari pendidikan yang berorientasi persaingan itu.

Dalam kehidupan modern, persaingan justru diubah menjadi kolaborasi atau bekerjasama. Pemimpin yang baik dan atau sukses adalah manakala yang bersangkutan berhasil membangun jaringan kerjasama secara luas. Melalui kerjasama itulah maka pekerjaan besar akan dapat dikerjakan dengan cepat. Maka dalam menilai dan memilih calon pemimpin, aspek penting yang dipertimbangkan adalah tentang kemampuannya membangun kerjasama itu. Orang yang mampu membangun kerjasama secara luas dipandang sebagai pemimpin yang baik.

Rupanya pendidikan belum mau berubah. Sekalipun zaman sudah berubah, akan tetapi cara memandang dan orientasi pendidikan masih sama dengan zaman dahulu. Para siswa masih dilarang bekerjasama. Dalam ujian misalnya, selalu dilakukan pengawasan secara ketat. Bahkan dalam ujian nasional, sekedar untuk pelaksanaan pengawasan, sampai memanfaatkan orang luar, misalnya polisi dan juga perguruan tinggi. Melihat kebijakan itu, seolah-olah para guru sudah tidak dapat dipercaya, dan demikian pula para siswanya.

Zaman sudah berubah sedemikian jauh. Bersaing sudah dipandang bukan zamannya lagi. Justru yang diperlukan adalah membangun kerjasama. Maka orientasi pendidikan seharusnya juga diarahkan agar para siswa mampu membangun kerjasama itu, termasuk dalam menyelesaikan soal-soal ujian. Oleh karena kemampuan kerjasama dianggap hal yang berharga dan atau bernilai tinggi, maka siswa yang dapat melakukan kerjasama seharusnya justru dinyatakan lulus. Sebaliknya, mereka yang tidak mampu bekerjasama dipandang lemah dan karena itu belum diluluskan.

Sudah barang tentu, soal ujian yang berbentuk pilihan harus segera ditinggalkan. Jenis soal dimaksud memang memudahkan bagi siapapun untuk mengoreksi, tetapi sebenarnya tidak mampu melihat secara lebih komprehensif tentang kemampuan para siswanya. Lebih-lebih lagi, dalam kehidupan sekarang ini, orang bukan lagi disuruh memilih melainkan dituntut mampu mencipta. Disebut sebagai orang kreatif adalah bukan sekedar mampu memilih, melainkan bisa menciptakan sesuatu, atau mengadakan sesuatu yang belum pernah ada. Orientasi pendidikan seharusnya segera diubah dari sekedar memilih menjadi mencipta, dari bersaing menjadi bekerjasama atau berkolaborasi.

Menyesuaikan dengan tuntutan zamannya, orientasi pendidikan seharusnya diubah, yaitu dari bersaing menjadi mampu bekerjasama. Zaman sekarang ini, dalam banyak lapangan kehidupan, tidak lagi berorientasi pada bersaing, melainkan berkolaborasi atau bekerjasama. Para siswa yang berhasil menumbuh-kembangkan kemampuan bekerjasama, mereka itulah yang seharusnya dihargai dan dinyatakan lulus. Keuntungan lain dari orientasi pendidikan yang demikian itu, antar siswa akan semakin mendekat, saling membutuhkan, dan bahkan juga saling berbagi kasih sayang, maupun bertolong menolong. Wallahu a'lam

(Author)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up