Manusia dilahirkan di tempat yang berbeda-beda, dan oleh orang tua yang berlaian suku dan bangsanya. Terkait dengan kelahiran itu, tidak ada seorang pun yang bisa memilih. Bahkan, juga tidak ada orang yang berkehendak atau merencanakan lahir menjadi manusia di muka bumi. Terkait dengan suku dan bangsa, manusia tidak ada pilihan, kecuali hanya menerima belaka.
Seseorang tidak bisa memilih lahir menjadi orang Jawa, orang Sunda, orang Madura, orang Kalimantan, Sulawesi, dan bahkan juga menjadi bangsa Jepang, atau bangsa China, Bangsa Amerika, Eropa, Rusia, Afrika, dan lain-lain. Termasuk warna kulit, misalnya hitam, putih, sawo matang, dan lain-lain, tidak bisa dipilihnya sendiri. Semuanya cukup diterima oleh masing-masing orang.
Adanya perbedaan tersebut juga diterangkan di dalam al Qur'an melalui surat al Hujurat ayat 13. Disebutkan pada ayat tersebut bahwa, perbedaan suku dan bangsa dimaksud adalah agar di antara mereka saling kenal mengenal. Sebaliknya, bukan agar sebagian merasa lebih unggul atau lebih tinggi dibanding lainnya. Juga perbedaan itu tidak dimaksudkan agar saling berebut dominasi, konflik, dan bahkan perang untuk saling menghancurkan.
Selanjutnya, Islam juga bukan untuk suku atau bangsa tertentu. Agama yang dibawa oleh Nabi terakhir, Muhammad saw., terbuka untuk semua umat manusia. Siapapun boleh memeluknya. Oleh karena itu, Islam tidak mengenal bangsa timur dan atau bangsa barat, tetapi Islam adalah untuk orang barat maupun juga untuk orang timur.
Di tengah perbedaan warna kulit, ukuran tubuh, dan juga mungkin lainnya, sebenarnya di antara semuanya terdapat kesamaan, yaitu bahwa pada setiap orang yang lahir ke muka bumi, telah disempurnakan dengan ditiupkan padanya ruh, sehingga mereka menjadi sempurna, yaitu terdiri atas jasmani dan ruhani.
Keberadaan ruhani, selain aspek jasmani pada diri setiap orang sebenarnya sudah dimaklumi, apalagi oleh para agamawan. Jika aspek jasmaninya pada setiap orang, ----sebagaimana dikemukakan di muka, berbeda-beda, akan tetapi ruhnya selalu sama. Namun demikian, pada akhirnya ruh pun juga menjadi berbeda, oleh karena sebagian mendapatkan bimbingan, pendidikan, atau petunjuk, sementara lainnya tidak.
Semua orang tentu ingin memperoleh keselamatan dan bahkan juga kebahagiaan yang abadi. Untuk mendapatkan keselamatan itu, orang berusaha melakukan kebaikan atau beramal shaleh, merawat imannya, dan menjaga akhlaknya. Boleh saja orang memiliki kesibukan, yaitu mengumpulkan apa saja yang disenangi di dunia ini, tetapi semua itu tidak akan bersifat kekal.
Menyadari hal tersebut, seharusnya orang mempersiapkan bekal kembalinya. Namun oleh karena manusia memiliki sifat lupa dan salah, maka ada saja yang waktu hidupnya hanya dihabiskan untuk memenuhi keinginan yang tidak pernah terpuaskan. Selain itu, manusia juga bisa saja lupa, bahwa sekalipun berbeda, seharusnya saling kenal mengenal di antara sesama, dan bukan sebaliknya, yaitu saling merendahkan dan apalagi bermusuhan. Wallahu a'lam