Arab Dan China : Berkelebihan Dalam Berdagang
Prof. Dr. H. Imam Suprayogo Sabtu, 14 Januari 2017 . in Dosen . 12435 views

Di berbagai kota, selain orang China, orang Arab pun juga banyak yang menjadi pedagang. Pasar atau pusat-pusat perdagangan di banyak kota didominasi oleh, ---jika bukan China, adalah orang-orang Arab. Kedua suku bangsa itu tampaknya memang pintar berdagang. Oleh karena itu kedua suku bangsa tersebut cepat menyebar ke berbagai belahan dunia.

Biasanya orang yang pekerjaannya sebagai pedagang relasinya luas. Siapa saja diajak berteman. Tanpa banyak teman, pedagang akan sulit mendapatkan barang dagangan dan atau menjualnya. Bagi pedagang, teman tidak terlalu perlu diseleksi. Siapa saja yang dipandang dapat menguntungkan, asal mungkin, akan diajak berteman.

Membeli barang dagangan dan atau menjualnya tidak perlu menseleksi. Siapa saja, tidak perlu dilihat jenis etnisnya, bahasanya, alamat rumahnya, dan bahkan juga agamanya, asalkan pertemanannya itu menjadikan dagangannya maju, maka akan diterima. Oleh karena itu, berdagang dan berdakwah, akan dengan mudah dapat dilakukan secara bersama-sama. Itulah sebabnya, agama cepat berkembang di kalangan pedagang.

Berdagang agaknya memang berbeda dari pekerjaan bertani, beternak, atau mungkin juga nelayan. Sebenarnya semua jenis lapangan kerja berpotensi untuk bersaing. Antar pedagang juga bersaing, tetapi tidak demikian pada rekanan atau pasar. Pembeli biasanya dipandang sebagai raja. Mereka akan dilayani sebaik-baiknya. Hal demikian itu berbeda dibanding dengan petani atau peternak. Bertani tidak memerlukan pasar, kecuali ketika mereka harus menjual hasil pertanian dan hasil peternakannnya.

Konsentrasi para petani dan atau peternak hanyalah pada tanaman dan ternaknya, dan bukan mereka yang akan membeli hasil usahanya, sekalipun hal itu penting. Itulah sebabnya, mengapa dakwah di kalangan petani, peternak, dan nelayan tidak secepat para pedagang. Pertemanan para pedagang biasanya lebih luas dibanding beberapa jenis lapangan pekerjaan yang telah disebutkan itu. Tentu, dalam keadaan tertentu ada pengecualian.

Begitu pula mobilitas para pedagang lebih tinggi dibanding jenis profesi atau kegiatan ekonomi lainnya. Para pedagang mencari barang dagangan kadang hingga melewati wilayah yang tidak terbatas. Begitu pula ketika menjualnya. Di mana dan kapan saja terdapat peluang untujk memperoleh keuntungan, maka di tempat itu akan didatangi. Kebiasaan berdagang itu menjadikan orang China dan juga orang Arab menyebar ke mana-mana, hingga ke berbagai belahan dunia.

Namun rupanya ketika kedua etnis dimaksud sudah mulai masuk ke ranah kekuasaan atau politik, perilakunya juga semakin berubah. Ketika masih murni berdagang, perilaku mereka sebagaimana pedagang pada umumnya. Akan tetapi ketika sudah berpolitik, perilaku mereka juga sebagaimana orang politik. Berdagang dan sekaligus berpolitik, rupanya melahirkan perilaku tertentu, yang ternyata tidak mudah dipahami arahnya.

Maka sebenarnya, apa yang terjadi pada akhir-akhir ini, yakni munculnya suasana kegaduhan di dunia politik di negeri ini, bisa jadi adalah disebabkan oleh munculnya etnis China dan Arab, tidak saja menekuni kegiatan berdagang, tetapi juga masuk dan bahkan cenderung berusaha mendominasi wilayah politik yang terlalu jauh. Seumpama kedua etnis tersebut konsisten hanya berkonsentrasi pada berdagang, kiranya tidak akan terjadi kegaduhan yang berlebihan. Wallahu a'lam

(Author)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up