Beberapa hari yang lalu, saya diundang untuk berceramah di sebuah pesantren di pedesaan. Jumlah santri di lembaga pendidikan Islam tradisional itu cukup banyak, disebutnya lebih dari 8 ribu, putra dan putrid. Para santri pada umumnya berasal dari pedesaan, dan berekonomi menengah kebawah, anak-anak para nelayan, petani dan pedagang.
Ketika datang ke pesantren itu, bagi saya yang menarik adalah cerita yang disampaikan oleh pengasuhnya tentang berbagai inovasi yang dilakukan tentang pendidikan pesantrennya. Dikatakan bahwa pesantren tidak boleh berpegang pada tradisi yang telah berjalan bertahun-tahun. Dunia ini dikatakan oleh kyai, sudah banyak berubah, maka pendidikan dan pengajaran di pesantren pun juga harus berubah.
Di antara pengajaran yang telah berhasil diubah, misalnya, dalam mempelajari tata bahasa arab dengan menggunakan kitab tertentu. Semula untuk mempelajari kitab yang dicontohkan itu memerlukan waktu hingga bertahun-tahun. Akan tetapi, dengan mendasarkan pada pengalaman dan kajian yang mendalam, berhasil dirumuskan cara baru yang memerlukan waktu lebih singkat dan hasilnya lebih baik.
Juga disebutkan bahwa untuk menghafalkan al Qur'an yang semula memerlukan waktu hingga beberapa tahun, berhasil dirumuskan dan juga telah diuji cobakan, ditemukan cara yang hanya memerlukan waktu kurang dari setahun. Pengasuh pesantren yang tampak kreatif menjelaskan bahwa belajar jangan hanya mengikuti cara-cara lama. Belajar pun sebenarnya dapat diinovasi hingga waktunya lebih cepat dan hasilnya lebih baik.
Mendengarkan penjelasan pengasuh pesantren di pedesaan tersebut, maka pikiran saya tertuju pada pendidikan dan pengajaran pada umumnya. Seumpama di kebanyakan lembaga pendidikan, para pimpinannya diberi peluang untuk menjalankan inovasi, maka akan lahir pikiran-pikiran baru untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pendidikan.
Pada saat sekarang ini yang diperlukan adalah inovasi untuk mencari cara terbaik dalam mendidik dan mengajar. Selama ini yang dilakukan oleh kebanyakan institusi pendidikan sebatas mendasarkan pada peraturan dan apa yang dilakukan sebelumnya. Padahal apa yang dilakukan tersebut, kenyataannya tidak selalu tepat. Sekalipun tidak sedikit lulusan sekolah dan bahkan hingga sarjana banyak yang menganggur, tetapi kegagalan tersebut seolah-olah tidak perlu diperhatikaqn.
Hal yang perlu dijawab dari persoalan pendidikan sekarang ini adalah, bagaimana melalui pendidikan melahirkan lulusan yang berkharakter atau berakhlak mulia, memiliki pengetahuan luas, mandiri, dan memiliki ketrampilan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Bermodalkan kelebihan itu, mereka dapat hidup dan bermanfaat di tengah masyarakat. Inovasi pesantren sebagaimana disebutkan di muka, seharusnya juga dilakukan oleh para pengelola lembaga pendidikan pada umumnya, agar pendidikan benar-benar berhasil menjawab kebutuhan masyarakat. Wallahu a'lam