Organisasi Islam dengan sebutan Jam'iyyatul Islamiyah masih belum banyak dikenal di tengah masyarakat luas. Sebenarnya dilihat dari kelahirannya sudah cukup tua, tetapi pengikut dan simpatisannya terbatas pada kalangan tertentiu dan berada di wilayah tertentu pula, yaitu di daerah Sumatera Barat, Jambi, Palembang, Sumatera Utara, Riau, Jakarta, Yogyakarta, Kalimantan Barat, Sulawesi, dan NTB. Pada akhir-akhir ini, organisasi ini mulai berkembang di Jawa Barat, Jawa tengah, Jawa Timur, dan provinsi dan atau kota lainnya.
Sekalipun di Indonesia sendiri belum dikenal secara luas dan merata, tetapi organisasi Islam ini sudah memiliki cabang di Brunai, Singapura, dan Malaysia. Hal yang agaknya aneh dan menggembirakan, para pengurus dan aktifisnya, berasal dari latar belakang organisasi sosial keagamaan yang beraneka ragam. Di antaranya ada yang berasal dari Muhammadiyah, NU, al Wasliyah, Tarbiyah Islamiyah, Nahdlatul Wathan, dan lain-lain.
Bagi Jam'iyyatul Islamiyah, organisasi diposisikan sebagai alat untuk mengatur kegiatan yang dilakukan pada setiap saat. Kegiatannya adalah melakukan kajian atau bermusyawarah untuk memahami al Qur'an dan as-Sunnah secara bersama-sama. Dalam kegiatan tersebut, siapapun diperbolehkan untuk mengikuti, dan tidak terbatas dari kalangan atau kelompok tertentu.
Oleh karena kegiatannya adalah mengkaji atau bermusyawarah untuk memahami al Qur'an dan as Sunnah dan kemudian untuk mengamalkannya, maka kepada semua anggotanya ditekankan agar saling memahami, menghargai, tolong menolong, berkasih sayang, sebagai upaya untuk membangun persaudaraan yang sebenarnya. Hal yang tidak dibolehkana adalah mengganggu, menyinggung, dan menyakiti hati orang lain.
Selain hal tersebut, organisasi ini sengaja menjauhi kegiatan yang bersifat politis dan juga hal-hal yang terkait dengan uang atau harta kekayaan. Sikap yang demikian itu bukan berarti bahwa warga jam'iyyatul Islamiyah tidak peduli pada kedua hal tersebut. Urusan politik dan ekonomi dipandang tidak perlu dibawa kepada wilayah organisasi, dan cukup diselesaikan oleh masing-masing individu atau pribadi yang bersangkutan.
Melalui kegiatan bersama-sama untuk mengkaji al Qur'an dan as-Sunnah serta berusaha mengamalkannya, diharapkan terlebih dahulu masing-masing mampu atau berhasil memperbaiki dirinya sendiri. Diyakini bahwa, memperbaiki diri sendiri adalah pekerjaan paling berat. Sekalipun seseorang sebenarnya amat pintar, cerdas, banyak pengalaman, dan sudah dipercaya oleh kalangan luas, namun ternyata belum tentu yang bersangkutan mampu ketika harus memimpin atau memperbaiki dirinya sendiri.
Oleh karena itu, seumpama seseorang merasa memiliki musuh, maka musuh yang dipandang paling dahsyat adalah berada pada dirinya sendiri. Ketika seseorang masih memiliki sifat takabur, sombong, suka menghasut, merendahkan dan atau menjatuhkan orang lain, memfitnah, bakhil, dan seterusnya, maka sebenarnya sifat-sifat dimaksud adalah musuh sebenarnya yang ada pada dirinya sendiri. Sedangkan untuk mengalahkan musuh sebagaimana dimaksudkan itu, ---bagi siapapun, ternyata bukan perkara mudah dan selalu berhasil dilakukan.
Kegiatan mengkaji al Qur;an dan as-Sunnah serta mengamalkannya, sebagai upaya memperbaiki diri sendiri dimaksud, ternyata memperoleh sambutan dari kalangan yang semakin luas. Pada akhir-akhir ini, muncul di berbagai kota, kegiatan dimaksud dan diikuti oleh banyak kalangan, baik para akademisi dari kampus-kampus, para birokrat, pengusaha, para tokoh, dan warga masyarakat pada umumnya. Oleh karena anggota Jam'iyyatul Islamiyah selalu mengedepankan suara hati dan anggota serta simpatisannya berasal dari berbagai latar belakang dan organisasi yang berbeda-beda,---sebagaimana dikemukakan di muka, maka organisasi ini akan menjadi kekuatan perekat pesatuan umat. Wallahu a'lam