Dalam komunitas apapun, kehadiran orang tua selalu diperlukan. Orang tua tidak saja diharapkan untuk memberikan ilmu dan atau nasehatnya, tetapi juga kearifannya. Ilmu dapat dimiliki oleh siapa saja, tetapi tidak semua orang memiliki kearifan. Orang tua, sekalipun ilmunya sudah kalah dibanding dengan yang muda, tetapi mereka dibutuhkan dari kearifannya itu.
Namun pada kenyataannya tidak semua orang benar-benar mampu menjadi orang tua. Usianya sudah lanjut, tetapi bisa saja pikirannya masih muda. Jenis dan jumlah kebutuhannya tidak bisa dibedakan dari orang yang masih muda. Orang yang demikian itu, usianya sudah tergolong tua, tetapi ternyata masih belum dapat dituakan.
Masyarakat pada ukuran apapun akan berhasil meraih kedamaian, rukun, dan tenteram, jika orang tua mampu menempatkan dirinya. Sebaliknya, jika para orang tua masih berperilaku sebagaimana mereka yang masih muda, maka suasana kehidupan akan terganggu. Kegaduhan atau berisik akan selalu terjadi, oleh karena tidak ada orang yang dituakan.
Menjadi orang tua tidak semudah sebagaimana yang dibayangkan. Orang tua harus mampu mengendalikan diri, berbuat bijak, adil, dan jika mungkin, seharusnya sudah ikhlas meninggalkan sesuatu yang diperebutkan oleh banyak orang, terutama hal yang bersifat duniawi.
Bangsa ini sehari-hari semakin terasa diliputi oleh banyak masalah. Konflik antar kelompok, curiga mencurigai, khawatir yang berlebihan, mudah menyalahkan orang atau pihak lain, dan sejenisnya adalah menjadi sesuatu yang biasa. Akhirnya, ketenangan dan ketenteraman menjadi barang langka, sehingga tidak mudah didapatkan. Padahal, semua orang membutuhkannya.
Keadaan yang demikian itu bisa terjadi oleh karena orang tua atau orang yang dituakan tidak hadir. Semua orang masih berperilaku sama, yaitu ikut berebut, berkompetisi, mencari menang, dan sejenisnya. Padahal seharusnya mereka sudah menempati posisi tersendiri, yakni sebagai orang tua, guru, resi, bagi semuanya. Dari orang tua diperlukan contoh, tauladan, dan kearifannya. Wallahu a'lam