Kepintaran Anak Pedesaan
Prof. Dr. H. Imam Suprayogo Rabu, 18 Januari 2017 . in Dosen . 4094 views

Jangan dikira bahwa anak desa selalu bodoh, kurang kreatif, dan tidak kaya ide. Kepintaran, ide, dan atau kreatifitas akan tumbuh di mana dan kapan saja dari orang yang sedang menghadapi tantangan. Seserorang yang selalu dihadapkan pada tantangan, maka yang bersangkutan akan mencari cara mengatasi tantangan yang dihadapi. Anak desa yang kaya tantangan mungkin saja akan menjadi lebih cerdas dan kreatif dibanding anak kota yang dimanja.

Berbicara tentang kreatifitas anak pedesaan, saya teringat pengalaman menarik ketika masih menjadi anak-anak di pedesaan. Anak pedesaan biasanya sejak kecil sudah diajari dan dilatih bertanggung jawab. Tidak pernah ada anak desa yang dimanja. Tidak terbiasa bagi orang tua di pedesaan mengantarkan anaknya ke sekolah. Sejak masuk sekolah dasar, anak-anak dibiarkan berangkat dan pulang sendiri dari sekolah.

Bahkan sejak usia anak-anak, anak desa sudah dibiasakan membantu orang tuanya, bekerja di rumah, di kebun, sawah, bahkan juga menggembala kerbau, sapi, atau kambing ke hutan. Pagi hari bersekolah, sedangkan sorenya bekerja atas tanggung jawabnya masing-masing yang diberikan oleh orang tuanya. Hal demikian itu dipandang wajar dan bahkan menjadi seharusnya dilakukan sebagai anak desa.

Aktifitas anak desa seperti digambarkan tersebut menjadikan konsep life skill berkembang pada pribadi masing-masing anak dengan sendirinya. Keterlibatan anak pada aktifitas di tengah-tengah masyarakat tersebut menjadikan mereka mengerti tentang kehidupan. Komunikasi dengan orang lain, baik dengan orang tua, sesama anak-anak, tetangga, dan lain-lain dapat dipelajari melalui kehidupan mereka sehari-hari.

Menghadapi berbagai tantangan, anak-anak di pedesaan juga tumbuh kreatifitas dan kecerdasannya. Pada musim kemarau misalnya, mendapatkan rumput yang segar untuk diberikan pada ternaknya bukan pekerjaan mudah. Di mana-mana, oleh karena musim kemarau tersebut, rumput mengering. Dalam keadaan seperti itu, ternak hanya diberikan rumput seadanya. Ilalang atau pohon padi kering terpaksa diberikan kepada ternaknya.

Agar ternak mau makan ilalang dan atau pohon padi kering tersebut, pada kedua mata ternaknya ditutup kertas berwarna hijau. Selain itu, rumput kering tersebut diberi air bergaram. Dengan cara itu, ternak akan menyantap rumput dengan lahap. Ternaknya itu mengira, rumput yang dimakan, dilihatnya dalam keadaan segar, karena berwarna hijau. dan ketika dimakan terasa enak oleh karena makanan itu telah dibubuhi garam.

Pengalaman tersebut tidak akan pernah diperoleh oleh anak kota seusianya yang tidak memperoleh tantangan dan apalagi hidupnya selalu dimanja. Itulah salah satu sebab, yang menjadikan bagi anak pedesaan yang beruntung memperoleh kesempatan, mereka cepat berkembang. Berbekalkan pengalaman menghadapi tantangan hidup tersebut menjadikan anak pedesaan berjiwa ulet, tekun, berani menghadapi tantangan. Itulah sebabnya pula, anak desa banyak yang sukses menjadi bupati, wali kota, gubernur, pimpinan perusahaan, dan bahkan ada juga yang menjadi menteri.

Lebih dari itu, pengalaman sebagaimana digambarkan di muka, -----menutup mata ternaknya dengan kertas berwarna hijau, agar mau makan rumput kering, juga akan digunakan untuk menjelaskan bahwa, ketika seseorang melihat sesuatu yang indah bukan semata-mata karena sesuatu itu indah, tetapi hanya karena yang bersangkutan mampu menggunakan perspektif yang indah. Banyak sesuatu yang sebenarnya indah tetapi dianggap jelek, hanya disebabkan oleh perspektif yang digunakannya, atau yang bersangkutan sedang menggunakan kaca mata berwarna yang kurang tepat. Wallahu a'lam.

(Author)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up