Semua orang menginginkan agar lembaga pendidikan menjadi semakin maju dan berkembang. Akan tetapi, pada kenyataannya pekerjaan tersebut tidak selalu mudah dilakukan. Buktinya, tidak semua orang dalam berbagai usahanya berhasil meraihnya. Banyak lembaga pendidikan yang sejak lama diusahakan untuk berubah dan maju, tetapi nyatanya juga tidak berubah-ubah. Mereka itu sejak lama keadaannya tetap, tidak berubah.
Sementara orang mengira bahwa kemajuan itu ditentukan oleh kekuatan modal yang dimiliki, misalnya ada anggaran yang cukup, fasilitas yang tersedia, tenaga pengelola yang berpengalaman dan terampil, dan sejenisnya. Pendapat lainnya, bahwa agar lembaga pendidikan menjadi maju harus dipromosokan secara luas dan besar-besaran. Modal dan usaha-usaha yang demikian itu memang penting, akan tetapi sebenarnya hal tersebut tidak selalu menjawab persoalan, yaitu berhasil memajukan lembaga pendidikan dimaksud.
Mengembangkan lembaga pendidikan adalah tidak ubahnya dengan berbisnis menjual jasa, dalam hal ini adalah jasa pendidikan. Siapapun yang tepat memilih kebutuhan masyarakat yang sebenarnya, maka mereka akan sukses. Sementara itu, pilihan masyarakat berbeda-beda. Masyarakat kelas atas akan mempertimbangkan kualitas, gengsi, nama besar, popularitas, dan semacamnya. Sebaliknya, masyarakat kelas bawah akan memilih lembaga pendidikan yang terjangkau atau murah, sekalipun tidak berkualitas, misalnya.
Jika pendidikan dikaitkan dengan pasar, atau peminat, maka sudah barang tentu pilihan pasar dimaksud harus jelas, yaitu akan diperuntukkan kepada siapa. Orientasi masyarakat ternyata juga berbeda-beda. Dalam memilih lembaga pendidikan, bagi sementara orang mendasarkan pada afiliasi organisasi, kultur, agama, dan lain-lain. Orang NU misalnya, akan memilih lembaga pendidikan yang dikelola oleh tokoh NU, dan begitu pula, orang Muhammadiyah akan menentukan pilihannya terlebih dahulu pada lembaga pendidikan yang berlabel Muhammadiyah, dan seterusnya. Namun, ada juga orang yang berpandangan, apapun yang terpenting, adalah pada pertimbangan kualitasnya.
Sekarang ini perguruan tinggi sudah sedemikian banyak, baik yang berstatus negeri atau swasta. Kemajuan yang diraih juga bermacam-macam. Status negeri dan swasta juga sudah tidak lagi terlalu banyak dipertimbangkan. Persoalan mendasar terkait dengan perguruan tinggi adalah, sudah semakin banyak lulusan yang tidak dapat ditampung di dunia kerja. Sarjana menganggur sudah bukan rahasia lagi. Maka artinya, perguruan tinggi sudah mulai dihadapkan pada persoalan besar, yaitu kemampuannya memenuhi kebutuhan masyarakat.
Jika ke depan, sarjana yang menganggur semakin banyak, maka orang akan lebih prakmatis dan mempertanyakan, untuk apa masuk perguruan tinggi jika pada akhirnya setelah lulus juga menganggur. Persoalan tersebut seharusnya dijawab oleh semua perguruan tinggi. Siapa saja yang mampu menjawabnya akan menjadi pilihan orang. Sekarang ini semakin tampak bahwa yang diperlukan adalah orang-orang yang nyata-nyata berilmu, profesional, dan berkarakter. Perguruan tinggi yang mampu melahirkan orang-orang yang memiliki kelebihan dimaksud, maka akan menjadi pilihan.
Persoalannya adalah bagaimana membangun orang yang memiliki kelebihan tersebut. Pendidikan dengan pendekatan seperti sekarang ini, yaitu sebatas bersifat formalistik, legalistik, dan mekanis sebenarnya sudah tidak mampu lagi menjawab persoalan masyarakat yang selalu berubah semakin cepat seperti sekarang ini. Menghadapi keadaan tersebut, pendidikan tinggi seharusnya diformat kembali agar benar-benar melahirkan orang berilmu yang mendalam, memiliki profesionalisme, dan berkarakter dimaksud. Jika persoalan tersebut mampu dijawab, maka lembaga pendidikan di mana saja, kapan saja, dan dikelola oleh siapa saja, akan berkembang dan bergerak maju. Wallahu a'lam