Menjauhi Fitnah
Prof. Dr. H. Imam Suprayogo Selasa, 24 Januari 2017 . in Dosen . 10359 views

Islam melarang terjadinya fitnah, perbuatan itu dosanya sedemikian besar, disebutkan lebih besar dibanding dengan membunuh. Namun anehnya, bahwa dunia ini sendiri sebenarnya adalah juga fitnah. Bahkan kekayaan dan anak sekalipun juga dapat dipandang sebagai fitnah. Maka artinya, fitnsah itu sedemikian besar bahayanya dan juga selalu berada di sekeliling kehidupan sehari-hari.

Ketika masih menjadi Rektor, pada suatu saat saya kedatangan seorang dosen senior, masuk ke kantor saya. Agaknya aneh, begitu masuk ruang,. dosen dimaksud segera menutup pintu dan sekaligus mengambil anak kunci pintu, dan kemudian memasukkannya ke dalam sakunya. Semula saya tidak mengerti apa sebenarnya yang akan terjadi dari dosen yang berperilaku aneh tersebut.

Tanpa saya persilahkan, ia segera duduk tidak jauh dari saya sedang duduk di kantor itu. Selanjutnya, juga tanpa diawali pembicaraan apapun dan juga tidak saya ketahui penyebabnya, ia langsung menangis sesenggukan. Setelah saya mencoba untuk menanyakan tentang maksud kedatangannya, ia menyebut satu dua kata, bahwasanya ia sedang difitnah oleh beberapa orang.

Mendapatkan fitnahan itu, ia mengaku tidak tahan. Ia merasa tidak mampu menghadapi tuduhan yang ditujukan kepadanya itu. Atas ungkapannya itu, saya mencoba untuk menenangkan emosinya, dengan mengatakan bahwa dunia ini sebenarnya adalah fitnah. Oleh karena itu, menghadapinya, tidak ada cara lain kecuali sabar. Fitnah adalah wajar. Justru sebaliknya, jika tidak terdapat fitnah di dunia ini sebenarnya aneh.

Sebagai upaya lain untuk meredam emosi yang bersangkutan, saya mengatakan bahwa yang diperlukan dalam menjalani hidup ini agar siapa saja tidak berada di tempat yang memungkinkan fitnah itu muncul. Mengetahui bahwa suatu perbuatan atau tempat sangat mungkin menimbulkan fitnah, maka seharusnya selalu dijauhi. Jangan sampai, seseorang tidak mau difitnah, tetapi selalu mendekat tempat atau sumber-sumber fitnah.

Sebagai contoh konkrit, seseorang yang tidak mau dituduh menggangu isteri orang, maka jangan terlalu dekat dengan yang bersangkutan. Khawatir dituduh atau difitnah melakukan korupsi, maka jangan terlalu berani dalam mengambil keputusan terkait penggunaan uang negara. Sebagai seorang penulis, tidak mau dituduh melakukan plagiat, jangan seenaknya ketika membuat artikel, buku atau apa saja.

Fitnah selalu berada di mana-mana. Hampir di semua celah kehidupan terdapat peluang munculnya fitnah. Fitnah ada di rumah, di antara tetangga, di kantor, di pasar, bahkan di tempat ibadah sekalipun ternyata tidak steril dari jenis perbuatan tersebut. Pintu fitnah menjadi semakin lebar tatkala berada di dunia bisnis, hukum, politik, dan sejenisnya. Menghindar fitnah, caranya adalah berhati-hati dan jangan terlalu dekat dengan sumber munculnya fitnah. Wallahu a'lam

(Author)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up