Setiap orang yang kembali dari berziarah ke Masjid Nabawi, umumnya akan memperoleh kesan tentang keindahan yang luar biasa tempat ibadah itu. Keindahan itu bukan saja menyangkut bangunan fisik dan berbagai ornamennya, tetapi juga aspek lain yang menjadikan orang merasa tenang, damai, dan khusu'. Itulah sebabnya, orang yang telah berziarah ke tempat suci itu selalu berharap ingin kembali lagi.
Masjid yang mampu menampung hingga juta'an jama'ah, masih dalam proses diperluas lagi. Bangunannya tampak sedemikian kokoh dan berwibawa. Setiap orang yang masuk ke tempat itu segera muncul suasana damai, bernuansa spiritual, dan muncul rasa kekaguman yang luar biasa. Penataan cahaya dengan ribuan lapu terasa tidak ada yang terasa kurang. Karpet yang selalu terawat dan tampak baru menambah keindahan masjid itu. Kebersihan hingga ke sudut-sudut masjid selalu dijaga hingga sempurna.
Ribuan para pekerja kebersihan dan juga keamanan disiagakan sepanjang waktu. Mereka bekerja secara total dan profesional. Melihat kenyataan itu, ketika ada sementara orang mengatakan bahwa Orang Arab tidak memiliki kemampuan manajerial, dan kalah dibanding orang barat misalnya, maka dari melihat pengelolaan masjid itu saja, sama sekali tidak terbukti. Semua keperluan orang yang datang ke masjid dipenuhi. Bahkan, hingga tempat sandal dan barang-barang bawaan lainnya, disediakan agar semua orang di tempat itu terasa nyaman..
Kebutuhan orang di masjid, misalnya al Qur'an, juga disediakan di berbagai tempat. Kitab suci itu ditaruh di berbagai tempat hingga sedemikian mudah bagi setiap orang untuk mengambilnya. Dengan cara itu, bagi siapa saja yang masuk ke masjid tidak ada yang mengeluh oleh karena kekurangan kelengkapan beribadah. Bahkan bagi orang tua atau siapa saja yang tidak mampu menjalankan shalat dengan berdiri, disediakan kursi yang diletakkan di berbagai tempat lingkungan masjid, agar mudah dijangkau dan dalam jumlah yang cukup.
Demikian pula untuk kebutuhan bersuci, berwudhu misalnya, disediakan tempat dan dilengkapi dengan toilet. Semua faslitas yang diperlukan untuk beribadah di Masjid Nabawi dirawat dari waktu ke waktu hingga kebersihannya tampak sempurna. Sekalipun sehari-hari melayani puluhan hingga ratusan ribu jama'ah, tidak kekurangan air. Bisa dibayangkan di wilayah padang pasir dan tidak banyak turun hujan, tetapi mereka sehari-hari mampu menyediakan air hingga cukup. Penyediaan fasilitas yang terasa sempurna itu tidak mungkin diraih jika tidak didukung kemampuan ilmu dan teknologi.
Keindahan masjid juga tampak dari para jama'ah yang mengisi masjid itu. Ratusan ribu orang, dan bahkan mungkin pada hari tertentu, di musim haji misalnya, hingga jutaan orang jumlahnya, tetapi mampu menjaga kedisiplinan, ketertiban, kebersihan, dan bahkan juga kekhusu'an di dalam beribadah. Tidak ada suara yang mengganggu orang lain di dalam masjid. Semua orang berusaha mencari tempat masing-masing dan tidak ada yang saling berebut tempat. Perbincangan antar sesama tidak dilakukan, kecuali seperlunya. Itu pun dilakukan dengan suara pelan. Membaca al Qur;an dan juga doa disuarakan di dalam hati, agar tidak mengganggu orang lain.
Kesamaan dan kebersamaan para jama'ah di masjid terasa sekali dan dapat dilihat dengan jeas. Sekalipun para jama'ah berasal dari berbagai negara yang berbeda-beda, yaitu memiliki warna kulit, dan postur tubuh yang berlainan, tetapi tidak ada yang merasa harus diistimewakan. Semua merasa sama. Bagi mereka yang datang terlebih dahulu mengambil tempat paling depan, dan sebaliknya, mereka yang datang kemudian hanya memperoleh tempat di belakang. Itulah bentuk kesamaan dan kebersamaan yang terbangun di masjid Nabawi. Tentu hal demikian itu juga terjadi di masjid-masjid lain di mana saja. Jika ada bedanya, mungkin tentang suara bacaan tertentu pada saat menjelang atau akhir shalat jama'ah. Hal demikian itu memang telah menjadi tradisi yang dijaga dan dianggap berguna, bahkan penting. Wallahu a'lam