Rencamna pemerintah Sudan dalam mengembangkan kerjasama dengan Indonesia didukung oleh perguruan tinggi yang ada di negara itu. Beberapa perguruan tinggi yang dilibatkan di antaranya adalah Universitas al Qur'anul Kariem, Universitas Um Dhurman, Universitas Internasional Al Afrikia, Universitas al Jizira, dan beberapa lagi lainnya. Oleh karena kerjasama dengan Indonesia dimaksudkan untuk pengembangan ilmu-ilmu ke Islaman, maka perguruan tinggi yang dilibatkan adalah mereka yang memiliki keunggulan dalam kajian Islam. Beberapa universitas tersebut dipandang memiliki keunggulan dimaksudkan itu.
Sudan termasuk salah satu negara tujuan bagi mahasiswa Indonesia belajar ilmu agama dan Bahasa Arab. Hingga pada saat ini ratusan mahasiswa Indonesia belajar di Sudan. Sekalipun bangsa itu bukan tergolong kaya, tetapi memberikan kemudahan bagi bangsa lain belajar di perguruan tingginya, bahkan pemerintah menyediakan beasiswa, tidak terkecuali kepada bangsa asing yang datang dan belajar ke negeri itu. Atas kebijakan itu, masing-masing perguruan tinggi di Sudan memiliki mahasiswa yang berasal dari berbagai negara, termasuk dari Indonesia.
Selaku pimpinan perguruan tinggi Islam, sudah beberapa kali saya diundang ke beberapa perguruan tinggi di negara itu, sebagai pembicara di dalam kegiatan ilmiah, seminar misalnya. Kesan saya, di antara sekian perguruan tinggi yang ada berhasil membangun kerjasama yang amat tinggi. Di antara mereka terbangun kesediaan saling mempromosikan satu dengan yang lain. Sebagai contoh, ketika saya diundang dan datang ke Universitas al Qur'anul Kariem, maka pimpinan perguruan tinggi itu tidak lagi menjelaskan tentang kampusnya sendiri, tetapi justru menceritakan tentang keunggulan kampus-kampus lainnya yang ada di Sudan. Begitu pula kalau saya berkunjung ke kampus lainnya.
Bahkan saling mempromosikan tentang keunggulan yang dikmiliki ditempuh dengan cara unik. Manakala sebuah perguruan tinggi kedatangan tamu dari negara lain, disediakan waktu berkunjung dan bahkan jamuan atau ramah tamah justru diselenggarakan di kampus lainnya. Kebersamaan itulah yang rupanya diutamakan sebagai strategi atau pendcekatan dalam membangun bangsanya lewat perguruan tinggi. Beberapa kali kunjungan ke negara itu, saya memperoleh penjelasan menarik, yaitu mereka menyadari bersama bahwa negaranya tidak memiliki sumber kekayaan alam. Mendasarkan pada kesadaran itu, mereka secara bersamna-sama berusaha mengembangkan sumber daya manusia melalui pendidikannya.
Pemerintah negara itu mendorong genarasi muda agar menempuh pendidikan setinggi-tingginya, dan selanjutnya berbekal pengetahuannya itu mereka dalam mencari pekerjaan tidak harus di negaranya sendiri. Bangsa itu justru berbangga manakala warga negaranya berhasil bekerja di negara lain dengan catatan jenis pekerjaan yang dimaksudkan mendasarkan pada ilmu dan profesinya. Dampak dari pandangan strategis itu, orang-orang Sudan tersebar di berbagai negara, bekerja sesuai dengan ilmu dan profesinya. Merupakan kebanggaan bagi bangsa itu, manakala warga negaranya berada di mana saja dan berhasil memberi manfaat, baik terhadap keluarga dan bangsanya sendiri. (bersambung)