Ketika sedang umrah, saya nginap di Raffles Hotel Palace, terletak persis di depan Masjidil Haram. Begitu datang dan masuk kamar, saya melihat pohon hidup, ---dalam arti bukan terbuat dari plastik, diletakkan di pojok kamar yang saya tempati. Diletakkannya pohon dimaksud di tempat itu tidak lain, agar kamar menjadi sempurna keindahannya. Kamar yang sebenarnya sudah indah, menjadi semakin indah lagi dengan adanya tanaman tersebut.
Memang, kalau dibandingkan dengan jenis tanaman yang ada di Indonesia, pohon yang tingginya sekitar satu setengah meter tersebut tidak seberapa indah. Akan tetapi, oleh karena berada di Makkah, yakni daerah yang hampir tidak ada pepohonan semacam itu, maka keberadaan tanaman dimaksud menjadi terasa indah, dan pasti harganya mahal.
Melihat dan merenungkan tanaman itu, pikiran saya tertuju pada hal yang menyangkut hakekat eksistensi. Sesuatu akan tetap bertahan, dipelihara, dan dihargai oleh orang manakala memiliki daya guna dan apalagi terkait dengan keindahan. Tanaman dimaksud sebenarnya sederhana saja, akan tetapi ia memiliki kekuatan, yaitu penyempurna keindahan ruangan.
Oleh karena memiliki kekuatan, yaitu fungsi keindahannya itu, keberadaan tanaman tersebut bukan saja dianggap perlu, tetapi memang dibutuhkan. Pohon yang sebenarnya sederhana itu dipelihara, bahkan biaya perawatannya pasti mahal. Beberapa pohon yang berada di dalam masing-masing kamar hotel itu, sehari-hari diurus dan dirawat oleh pegawai hotel yang memang bertugas merawat tanaman dimaksud.
Sekedar memperhatikan pohon yang berada di pojok kamar hotel, yang kebetulan selama beberapa hari saya menginap di tempat itu, terbayang tentang kehidupan manusia yang saya kaitkan dengan ajaran Islam. Agama yang dibawa oleh Muhammad saw., mengajarkan agar manusia memelihara keimanannya, berakhlak mulia, dan beramal shaleh. Ajaran itu manakala dijalankan maka pelakunya akan disenangi orang banyak. Kehadirannya akan memperindah suasana kehidupan.
Siapapun di dunia ini ketika benar-benar menjadi orang yang beriman, beramal shaleh, dan berakhlak mulia, akan disenangi oleh semua orang. Sebagai orang yang berakhlak mulia, ia selalu menunjukkan kasih sayang kepada semua orang, mampu memahami dan menghargai orang lain, suka menolong sesama, tidak mau mengganggu terhadap siapapun, dan sebagainya, maka orang tersebut pasti akan disenangi banyak orang. Orang dimaksud akan menjadi bagaikan pohon yang diletakkan di pojok kamar Raffles Hotel Palace, di mana beberapa hari saya nginap di tempat itu.
Agar keberadaan seseorang tetap dipandang penting dan dihargai, maka seharusnya yang bersangkutan memiliki kelebihan. Tentu, kelebihan dimaksud adalah yang diperlukan oleh kebanyakan orang. Setiap orang memerlukan keindahan. Sementara itu, keindahan yang sebenarnya, menurut ajaran Islam, adalah keimanan, amal shaleh, dan akhlakul karimah. Umat Islam melalui al Qur'an dan Hadits Nabi, diharapkan menjadi umat pilihan dan terbaik, sehingga keberadaannya persis seperti pohon yang dtelakkan di pojok kamar hotel, adalah untuk memperindah kehidupan ini. Wallahu a'lam